KORINTUS: JEMAAT SARKIKOS
I
Ketut Sunalis Muadi, S.Th
P
|
aulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya
yang kedua, hal ini dicatat Lukas dalam Kis. 18:1. Pelayanan Paulus di Korintus diawali dengan pertemuannya dengan keluarga Yahudi bernama Akwila dan
Priskila.
Kis 18:2 Di Korintus ia berjumpa
dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari
Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila,
isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi
meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.
Di Korintus Paulus memulai
sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok
karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1- 18). Ia tinggal di sana
selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab. Jemaat
Korintus rupa-rupanya besar dari segi jumlah.
Kis 18:8 Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada
Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang
mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka
dibaptis.
Kis 18:10 Sebab Aku menyertai
engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini."
Dengan berbahasa roh Jemaat Koritus mengira diri mereka
dewasa, padahal menurut Paulus mereka masih anak-anak secara rohani, baik
ketika Paulus masih melayani di Korintus maupun saat surat Korintus ditulis.
Korintus 3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat
berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
3:2 Susulah yang
kuberikan kepadamu, bukanlah makanan
keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.
3:3 Karena kamu masih manusia
duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi?
Kata “duniawi” dalam ayat 1
menggunakan kata “σαρκινος”( sarkinos) ini secara harfiah berarti
pertumbuhan manusia secara daging saja. Hal ini menunjuk kepada jemaat Korintus
ketika mereka baru lahir baru. Setiap orang Kristen yang baru lahir baru adalah
manusia “sarkinos”. Dengan demikian ketika jemaat Korintus baru percaya di
saat-saat awal pelayanan Paulus, mereka adalah manusia “sarkinos”, yaitu
bayi-bayi rohani dalam Kristus.
Kata “Duniawi” dalam ayat 3, menggunakan kata “σαρκικος”(
sarkikos). Coba perhatikan kata “Duniawi”
di sini bukan sarkinos tetapi sarkikos,
yang secara harfiah artinya. bersifat seperti daging, yang sama dengan menurut
daging (bdg. Rm. 8:4). Di balik kata ini terdapat pengertian sifat bandel, dan
Paulus menyalahkan orang-orang yang dalam kondisi ini. Ketika paulus melayani
di Korintus jemaat Korintus adalah manusia “sarkinos”, namun ketika paulus
menulis surat kepada Jemaat Korintus , mereka adalah jemaat yang “sarkikos”
karena seharusnya ditinjau dari sudut waktu seharusnya mereka sudah dewasa,
tapi faktanya mereka tidak bertumbuh.
Paulus
melukiskan empat jenis manusia dalam hubungannya dengan tingkat kedewasaan.
1.
Manusia duniawi(Psuchikos)
1Kor 2:14 Tetapi manusia duniawi tidak menerima
apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan;
dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara
rohani.
Kata
“duniawi dalam ayat ini menggunakan kata ” ψυχικος” ( psuchikos). Secara
hurufiah berarti bersifat jiwa. Manusia “ψυχικος” (psuchikos) yaitu manusia yang tanpa Roh,
yang memerlukan kelahiran baru (Yoh. 3:1-8).
2. Manusia duniawi (sarkinos)
(I Kor. 3:1),
Sarkinos
adalah bayi di dalam Kristus, yang perlu bertumbuh melalui susu Firman.
3.
Manusia
duniawi yang bandel (sarkikos),
Sarkikos
adalah orang Kristen yang sudah lama menjadi Kristen tetapi belum dewasa,
yang memerlukan pemulihan kepada persekutuan. atau keadaan sehat yang
memungkinkannya menyerap gizi, melalui pengakuan dosa (bdg. I Yoh. 1:9).
4.
Manusia
rohani atau dewasa ( pneumatikos)
Manusia
“πνευματικος pneumatikos” adalah orang yang telah menanggapi susu dan bertumbuh
menjadi dewasa rohani sehingga kuat dan mampu menerima makanan keras dari
Firman (I Kor. 2:15; 3:2).
Dengan demikian ini berarti
jemaat korintus adalah jemaat yang mengira diri dewasa, karena menggunakan
ukuran yang salah dalam mengukur tingkat kedewasaan. Mengira diri manusia
rohani dengan bermacam-macam karunia yang mereka miliki, tapi pada dasarnya
mereka adalah manusia “Sarkikos”, yaitu manusia yang bandel dan tidak mau
bertumbuh. Secara lahiriah mereka meningkat tapi secara batiniah mereka tidak
ada peningkatan sama sekali.
Coba kita bandingkan dengan
keadaan Paulus. Paulus secara lahiriah merosot, tapi secara rohaniah/batiniah
Paulus terus mengalami peningkatan.
2 Korintus 4:16
“Sebab itu kami tidak tawar
hati,tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot namun manusia
batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”
Demikian
juga umur kita boleh semakin tua, secara lahiriah kita semakin lemah, namun
biarlah dengan makanan rohani kita bertumbuh sehingga terus diperbaharui hingga
semakin kuat dan semakin dewasa, hingga mampu mengendalikan hidup ke arah yang
benar, serta mematikan dosa!. Kita tidak akan pernah mampu menilai, diri
sendiri dengan tepat, kita juga takkan pernah sanggup mengandalkan kekuatan
sendiri untuk berubah dan bertumbuh, kita butuh makanan rohani, dan dengan
anugrahNya boleh bertumbuh terus hingga serupa denganNya. Tuhan yang unlimited,
kita tak boleh kenal henti untuk meresponi anugrahNya, untuk terus bertumbuh.
Jemaat Korintus adalah jemaat sarkikos. Apakah
ciri-ciri jemaat sarkikos?
I.
TIDAK ADA PENINGKATAN DALAM KEMAMPUAN MENCERNA
1Korintus 3:1-2
1 Dan aku,
saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat
berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan
manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
2 Susulah
yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat
menerimanya. Dan sekarangpun
kamu belum dapat menerimanya.
Coba perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi. Frase “pada waktu itu” menunjuk pada saat
paulus sedang berada dan sedang melayani di Korintus. Paulus pada saat itu
berumur 50 tahun. ia sendiri melayani di Korintus sekitar tahun 50 M, selama 18
bulan.
Kis 18:11
Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia
mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka.
Pada masa itu karena Jemaat Korintus karena baru saja lahir
baru(sarkinos) sehingga tidak mungkin langsung diberi makan makanan yang keras.
Frase “Dan sekarangpun” dalam 1 Kor 3:2 menunjuk pada saat
surat 1 Korintus ditulis. Pertanyaannya adalah kapan surat 1 Korintus ini
ditulis?.
Kira-kira musim semi
tahun 52 M Paulus meninggalkan Korintus
untuk menginjili di tempat lain. Kira-kira 5 atau 6 tahun kemudian Paulus kembali ke Akhaya untuk tinggal di
sana selama 3 bulan.
Kis 20:3
Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria.
Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu ia
memutuskan untuk kembali melalui Makedonia.
Kunjungan Paulus kali ini adalah kunjungan Paulus yang
terakhir. Dengan demikian ini berarti bahwa surat 1 dan 2 Korintus ditulis
antara tahun 52-57 M. Para ahli pada umumnya sepakat bahwa 1 Korintus di tulis
tahun 54 M, sedangkan 2 Korintus ditulis 1 tahun sesudahnya.
Dengan demikian dalam umur 2-3 tahun menjadi Kristen,,
ternyata jemaat Korintus tidak ada peningkatan sama sekali dalam kemampuan
mencerna Firman Tuhan. Untuk itu jemaat korintus ketika surat ini ditulis oleh
Paulus dinilai sebagai manusia “sarkikos”. Manusia yang “sarkinos” kalau tidak
menjadi manusia yang “pneumatikos” pastilah manusia “sarkikos”.
Di dalam Ibrani 5:13, penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa
anak kecil yang tidak memahami (bahasa aslinya bisa diterjemahkan: bodoh atau
mengabaikan) ajaran tentang kebenaran itu suka minum susu, sedangkan di ayat 14
dijelaskan bahwa orang yang sudah dewasa tidak lagi mengonsumsi susu, tetapi
mengonsumsi makanan keras.
“Makanan keras” di dalam KJV diterjemahkan strong meat
(=daging yang keras/kuat).
AV- Heb
5:14 But strong
meat belongeth to them that are of full age, even those who by reason of
use have their senses exercised to discern both good and evil.
NKJV- Heb 5:14
But solid food belongs to those
who are of full age, that is, those who by reason of use have their senses
exercised to discern both good and evil.
Kata “keras” di dalam bahasa Yunaninya “στερεος”( stereos ) bisa
diterjemahkan kuat, teguh, padat dan solid
(=kokoh/padat/penuh/kuat/murni). Artinya, orang dewasa lebih suka mengonsumsi
makanan atau sesuatu yang keras.
Saya pernah mendapatkan berbagai pertanyaan seputar “apakah
orang Kristen boleh melakukan ini dan itu?”. Gampang-gampang susah menjawab
pertanyaan seperti ini, sebab kalau orang Kristen dilarang ini dan itu, secara
tidak sadar kita menciptakan “1001 Perintah Allah” (jauh lebih banyak daripada 10
Perintah Allah). Padahal kita tahu bahwa Yesus sudah merangkum seluruh perintah
Allah itu dengan 2 perintah: kasihilah Allah dan sesama (Mat. 22:37-39).
Sebenarnya dalam
Ibrani 5:14 Tuhan sudah memberikan jawabannya. Dikatakan di situ bahwa ada
tingkatan orang Kristen, dari bayi (Nepios) sampai dewasa. Semakin seorang
Kristen dewasa dalam kerohaniannya, semakin ia mempunyai pancaindera yang
terlatih untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Kalau Anda bertanya dengan
pertanyaan: “Bolehkah orang Kristen ke diskotik, bar, bioskop, dsb?” Kalau saya
jawab “tidak boleh”, pasti ada yang protes,
tapi kalau saya jawab “boleh”, wah nanti saya dicap sesat. Jadi jawabannya
kembali kepada masing-masing pribadi tersebut. Mereka yang mempunyai
pancaindera yang terlatih, bila mengendus sesuatu yang jahat, maka ia akan
menghindarinya. Tidak demikian halnya dengan para bayi di dalam Tuhan. Mereka
mudah sekali terjebak dalam dosa lagi, sebab pancainderanya masih bertumbuh.
Mereka tidak dapat membedakan mana yang jahat dan mana yang baik.
Saudara, Tuhan menginginkan kita terus bertumbuh hingga
menjadi dewasa di dalam Tuhan. Makanlah firman Tuhan setiap hari, entah itu
dengan membaca Alkitab, membaca buku-buku rohani yang bermutu, atau
mendengarkan kaset-kaset khotbah (di samping mendengarkan firman Tuhan di Gereja tentunya). Kurangilah
makanan-makanan yang mengandung racun seperti media-media duniawi. Bukan
berarti tidak boleh menonton TV, membaca majalah-majalah sekuler, atau media
lainnya, namun bersikaplah selektif.
Anak saya yang ke tiga, adalah anak yang saya sempat
perhatikan pertumbuhannya secara seksama. Pada 6 bulan pertama ia hanya minum
susu ASI dari ibunya. Setelah itu dia mulai belajar makan bubur. Umur 2 tahun
ia sudah tidak mau minum susu, ia mulai belajar makan nasi. Umur 3 tahun ia
sudah mampu makan makanan orang dewasa. Ini berarti anak saya bertumbuh.
Tidak demikian halnya dengan jemaat Korintus yang usianya
sudah 3-4 tahun tapi tidak mampu makan makanan keras, ini menunjukan bahwa ada
masalah dengan pertumbuhannya.
Apakah yang menghambat
pertumbuhan rohani jemaat Korintus? jawabannya adalah :Dosa
II.
ADANYA IRI HATI DAN PERSELISIHAN
1Kor 3:3 Karena kamu
masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan
bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia
duniawi (σαρκικος sarkikos) dan bahwa kamu hidup
secara manusiawi?
Iri hati dan
perselisihan" Ini adalah dua dari perbuatan daging yang
tercantum dalam Gal 5:19-21
Gal 5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah,
21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang
telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Adanya iri hati dan perselisihan
adalah tanda bahwa mereka adalah orang sarkikos. Namun demikian iri hati dan
perpecahan juga adalah penyebab mereka menjadi sarkikos (Kerdil secara rohani).
Paulus menempatkan iri hati dan perselisihan secara sejajar, karena
perselisihan adalah akibat dari adanya iri hati.
Yakobus menyatakan bahwa
kekacauan seperti perselisihan dan perpecahan adalah akibat dari adanya iri
hati.
Yak 3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri
sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam
perbuatan jahat.
Ada 3 kata Yunani yang berbeda
yang dipergunakan untuk melukiskan perpecahan
di Korintus ini.
1.
Kata
kerja “ερις” (eris) yang diterjemahkan
“perselisihan” (1 Kor 1:11;3:3; 2 Kor 12:20).
Dalam TL kata “ερις” (eris) ini
diterjemahkan “pertengkaran” (1 Kor 1:11;3:3)
dan perbantahan(2 Kor 12:20).
Kehebatan perbantahan ini menjadi
nyata pada waktu kita mendapati Paulus menggunakan kata yang sama baik dalam
daftar kejahatan di Roma 1:29 maupun dalam perbuatan-perbuatan daging di
Galatia 5:20.
Roma 1:29 penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan “ερις” (eris), tipu muslihat dan kefasikan.
Gal 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan “ερις” (eris), iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah,
2.
Kata
kerja “ αιρεσις” ( hairesis) yang
diterjemahkan “perpecahan” dalam 1 Korintus 11:19.
Kata ini juga digunakan untuk
mazhab-mazhab Saduki dan Farisi( Kis 5:17;15:5)
Di daftar “perbuatan-perbuatan
daging” dari Galatia 5:20 kata ini diterjemahkan “roh pemecah”(Bidat dalam TL).
3.
Kata
Yunani yang melukiskan tidak adanya persatuan
dalam jemaat Korintus adalah “σχισμα” (schisma) yang diterjemahkan
“perpecahan” (1 Kor 1:10;11:18;12:25). Kata “σχισμα” (schisma) ini berarti kain
yang koyak atau robek, seperti yang terjadi ketika ita menambalkan secarik kain
yang baru pada baju yang tua; baju itu menjadi” koyak” (Markus 2:21).
Dari penjelasan saya di atas kita dapat
menarik suatu pelajaran bahwa jika kita tidak bertumbuh (Sarkikos), maka akan
mengakibatkan penyakit iri hati dan iri hati akan menggiring jemaat pada
perselisihan dan perpecahan seperi sebuah kain yang koyak. Demikian juga iri
hati dan perselisihan menghambat pertumbuhan kita.
III.
ADANYA SIKAP SOMBONG DAN MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI
1Kor 13:11
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku
menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Pernyataan Paulus dalam ayat ini dilatar belakangi
dengan salah kaprah tentang pengertian karunia dalam hidup orang-orang percaya.
Dalam jemaat Korintus ada yang beranggapan bahwa karunia itu
sifatnya kekal. Anggapan ini cenderung membuat orang yang diberikan karunia
khusus tersebut menjadi sombong. Untuk meluruskan anggapan tersebut Paulus
menjelaskan bahwa karunia adalah pemberian Roh Kudus yang berfungsi untuk
memperlengkapi dan menunjang pelayanan, supaya anak-anak Tuhan dapat melayani
lebih efektif dan efisien. Itu sebabnya karunia diberikan kepada orang tertentu
untuk tugas tertentu. Bila tugas tertentu sudah selesai, maka karunia pun
ditarik kembali. Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang terjebak kepada
pengalaman-pengalaman rohani berupa karunia-karunia sebagai identitas Kristen.
Jati diri Kristen adalah kasih, sedangkan karunia-karunia adalah sarana. Sarana
akan mubazir ketika tidak dipakai, atau sudah tidak diperlukan lagi.
Tidak demikian
dengan kasih. Kasih adalah karakter yang ditanamkan, dan harus ditumbuhkan,
karena itu kasih harus menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidup anak-anak
Tuhan. Paulus mengambil contoh, karunia pengetahuan. Karunia pengetahuan
diberikan karena keterbatasan kita mengenal Allah dan misteri rencana-Nya. Bila
kita sudah kembali kepada Allah, maka karunia pengetahuan itu tidak diperlukan
lagi (1Kor 13:9-12). Tidak demikian dengan kasih sebagai jati diri
Kristen. Siapa dapat menghadap Allah kalau tidak mengasihi Dia? Lagipula kasih
adalah sikap respons personal Kristen kepada Allah dan sesama. Tanpa kasih,
kita tidak bisa bergaul dengan Allah.
Orang Kristen yang sombong pastilah orang Kristen yang tidak
memiliki kasih karena kasih itu tidak sombong. Kesombongan adalah tanda bahwa
kita tidak bertumbuh.
Amin
No comments:
Post a Comment