Friday, May 1, 2015

KORINTUS: JEMAAT SARKIKOS



KORINTUS: JEMAAT  SARKIKOS
I Ketut Sunalis Muadi, S.Th



P
aulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua, hal ini dicatat Lukas dalam Kis. 18:1. Pelayanan Paulus di Korintus diawali dengan pertemuannya  dengan keluarga Yahudi bernama Akwila dan Priskila.

Kis 18:2  Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.

Di Korintus   Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1- 18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab. Jemaat Korintus rupa-rupanya besar dari segi jumlah.

Kis 18:8  Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis.

Kis 18:10  Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini."


Dengan berbahasa roh Jemaat Koritus mengira diri mereka dewasa, padahal menurut Paulus mereka masih anak-anak secara rohani, baik ketika Paulus masih melayani di Korintus maupun saat surat Korintus ditulis.
Korintus 3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.
3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?



Kata “duniawi”  dalam ayat 1  menggunakan kata “σαρκινος”( sarkinos) ini secara harfiah berarti pertumbuhan manusia secara daging saja. Hal ini menunjuk kepada jemaat Korintus ketika mereka baru lahir baru. Setiap orang Kristen yang baru lahir baru adalah manusia “sarkinos”. Dengan demikian ketika jemaat Korintus baru percaya di saat-saat awal pelayanan Paulus, mereka adalah manusia “sarkinos”, yaitu bayi-bayi rohani dalam Kristus.
Kata “Duniawi” dalam ayat 3, menggunakan kata “σαρκικος”( sarkikos). Coba perhatikan kata “Duniawi” di sini bukan sarkinos tetapi sarkikos, yang secara harfiah artinya. bersifat seperti daging, yang sama dengan menurut daging (bdg. Rm. 8:4). Di balik kata ini terdapat pengertian sifat bandel, dan Paulus menyalahkan orang-orang yang dalam kondisi ini. Ketika paulus melayani di Korintus jemaat Korintus adalah manusia “sarkinos”, namun ketika paulus menulis surat kepada Jemaat Korintus , mereka adalah jemaat yang “sarkikos” karena seharusnya ditinjau dari sudut waktu seharusnya mereka sudah dewasa, tapi faktanya mereka tidak bertumbuh. 

Paulus melukiskan empat jenis manusia dalam hubungannya dengan tingkat kedewasaan.
1.       Manusia duniawi(Psuchikos)
1Kor 2:14  Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.
Kata “duniawi dalam ayat ini menggunakan kata ” ψυχικος” ( psuchikos). Secara hurufiah berarti bersifat jiwa. Manusia “ψυχικος”  (psuchikos) yaitu manusia yang tanpa Roh, yang memerlukan kelahiran baru (Yoh. 3:1-8).

2.      Manusia duniawi (sarkinos) (I Kor. 3:1),
Sarkinos adalah bayi di dalam Kristus, yang perlu bertumbuh melalui susu Firman.
3.      Manusia duniawi yang bandel (sarkikos),
Sarkikos adalah  orang Kristen yang sudah  lama menjadi Kristen tetapi belum dewasa, yang memerlukan pemulihan kepada persekutuan. atau keadaan sehat yang memungkinkannya menyerap gizi, melalui pengakuan dosa (bdg. I Yoh. 1:9).
4.      Manusia rohani atau dewasa ( pneumatikos)
Manusia “πνευματικος pneumatikos” adalah orang yang telah menanggapi susu dan bertumbuh menjadi dewasa rohani sehingga kuat dan mampu menerima makanan keras dari Firman (I Kor. 2:15; 3:2).

Dengan demikian ini berarti jemaat korintus adalah jemaat yang mengira diri dewasa, karena menggunakan ukuran yang salah dalam mengukur tingkat kedewasaan. Mengira diri manusia rohani dengan bermacam-macam karunia yang mereka miliki, tapi pada dasarnya mereka adalah manusia “Sarkikos”, yaitu manusia yang bandel dan tidak mau bertumbuh. Secara lahiriah mereka meningkat tapi secara batiniah mereka tidak ada peningkatan sama sekali.

Coba kita bandingkan dengan keadaan Paulus. Paulus secara lahiriah merosot, tapi secara rohaniah/batiniah Paulus terus mengalami peningkatan.
2 Korintus 4:16
“Sebab itu kami tidak tawar hati,tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”

Demikian juga umur kita boleh semakin tua, secara lahiriah kita semakin lemah, namun biarlah dengan makanan rohani kita bertumbuh sehingga terus diperbaharui hingga semakin kuat dan semakin dewasa, hingga mampu mengendalikan hidup ke arah yang benar, serta mematikan dosa!. Kita tidak akan pernah mampu menilai, diri sendiri dengan tepat, kita juga takkan pernah sanggup mengandalkan kekuatan sendiri untuk berubah dan bertumbuh, kita butuh makanan rohani, dan dengan anugrahNya boleh bertumbuh terus hingga serupa denganNya. Tuhan yang unlimited, kita tak boleh kenal henti untuk meresponi anugrahNya, untuk terus bertumbuh.

Jemaat Korintus adalah jemaat sarkikos. Apakah ciri-ciri jemaat sarkikos?
I.                    TIDAK ADA PENINGKATAN DALAM KEMAMPUAN MENCERNA

1Korintus 3:1-2
1  Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
2  Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.

Coba perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi. Frase “pada waktu itu” menunjuk pada saat paulus sedang berada dan sedang melayani di Korintus. Paulus pada saat itu berumur 50 tahun. ia sendiri melayani di Korintus sekitar tahun 50 M, selama 18 bulan.

Kis 18:11  Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka.

Pada masa itu karena Jemaat Korintus karena baru saja lahir baru(sarkinos) sehingga tidak mungkin langsung diberi makan makanan yang keras.

Frase “Dan sekarangpun” dalam 1 Kor 3:2 menunjuk pada saat surat 1 Korintus ditulis. Pertanyaannya adalah kapan surat 1 Korintus ini ditulis?.
Kira-kira musim semi  tahun 52 M Paulus meninggalkan Korintus  untuk menginjili di tempat lain. Kira-kira 5 atau 6 tahun kemudian  Paulus kembali ke Akhaya untuk tinggal di sana selama 3 bulan.

Kis 20:3  Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria. Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia.

Kunjungan Paulus kali ini adalah kunjungan Paulus yang terakhir. Dengan demikian ini berarti bahwa surat 1 dan 2 Korintus ditulis antara tahun 52-57 M. Para ahli pada umumnya sepakat bahwa 1 Korintus di tulis tahun 54 M, sedangkan 2 Korintus ditulis 1 tahun sesudahnya.
Dengan demikian dalam umur 2-3 tahun menjadi Kristen,, ternyata jemaat Korintus tidak ada peningkatan sama sekali dalam kemampuan mencerna Firman Tuhan. Untuk itu jemaat korintus ketika surat ini ditulis oleh Paulus dinilai sebagai manusia “sarkikos”. Manusia yang “sarkinos” kalau tidak menjadi manusia yang “pneumatikos” pastilah manusia “sarkikos”.

Di dalam Ibrani 5:13, penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa anak kecil yang tidak memahami (bahasa aslinya bisa diterjemahkan: bodoh atau mengabaikan) ajaran tentang kebenaran itu suka minum susu, sedangkan di ayat 14 dijelaskan bahwa orang yang sudah dewasa tidak lagi mengonsumsi susu, tetapi mengonsumsi makanan keras.

“Makanan keras” di dalam KJV diterjemahkan strong meat (=daging yang keras/kuat).

AV-   Heb 5:14  But strong meat belongeth to them that are of full age, even those who by reason of use have their senses exercised to discern both good and evil.
NKJV- Heb 5:14  But solid food belongs to those who are of full age, that is, those who by reason of use have their senses exercised to discern both good and evil.

Kata “keras” di dalam bahasa Yunaninya “στερεος”( stereos ) bisa diterjemahkan kuat, teguh,  padat dan solid (=kokoh/padat/penuh/kuat/murni). Artinya, orang dewasa lebih suka mengonsumsi makanan atau sesuatu yang keras.
Saya pernah mendapatkan berbagai pertanyaan seputar “apakah orang Kristen boleh melakukan ini dan itu?”. Gampang-gampang susah menjawab pertanyaan seperti ini, sebab kalau orang Kristen dilarang ini dan itu, secara tidak sadar kita menciptakan “1001  Perintah Allah” (jauh lebih banyak daripada 10 Perintah Allah). Padahal kita tahu bahwa Yesus sudah merangkum seluruh perintah Allah itu dengan 2 perintah: kasihilah Allah dan sesama (Mat. 22:37-39).
Sebenarnya dalam  Ibrani 5:14 Tuhan sudah memberikan  jawabannya. Dikatakan di situ bahwa ada tingkatan orang Kristen, dari bayi (Nepios) sampai dewasa. Semakin seorang Kristen dewasa dalam kerohaniannya, semakin ia mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Kalau Anda bertanya dengan pertanyaan: “Bolehkah orang Kristen ke diskotik, bar, bioskop, dsb?” Kalau saya jawab “tidak boleh”,  pasti ada yang protes, tapi kalau saya jawab “boleh”, wah nanti saya dicap sesat. Jadi jawabannya kembali kepada masing-masing pribadi tersebut. Mereka yang mempunyai pancaindera yang terlatih, bila mengendus sesuatu yang jahat, maka ia akan menghindarinya. Tidak demikian halnya dengan para bayi di dalam Tuhan. Mereka mudah sekali terjebak dalam dosa lagi, sebab pancainderanya masih bertumbuh. Mereka tidak dapat membedakan mana yang jahat dan mana yang baik.

Saudara, Tuhan menginginkan kita terus bertumbuh hingga menjadi dewasa di dalam Tuhan. Makanlah firman Tuhan setiap hari, entah itu dengan membaca Alkitab, membaca buku-buku rohani yang bermutu, atau mendengarkan kaset-kaset khotbah (di samping mendengarkan firman Tuhan di Gereja tentunya). Kurangilah makanan-makanan yang mengandung racun seperti media-media duniawi. Bukan berarti tidak boleh menonton TV, membaca majalah-majalah sekuler, atau media lainnya, namun bersikaplah selektif.

Anak saya yang ke tiga, adalah anak yang saya sempat perhatikan pertumbuhannya secara seksama. Pada 6 bulan pertama ia hanya minum susu ASI dari ibunya. Setelah itu dia mulai belajar makan bubur. Umur 2 tahun ia sudah tidak mau minum susu, ia mulai belajar makan nasi. Umur 3 tahun ia sudah mampu makan makanan orang dewasa. Ini berarti anak saya bertumbuh.

Tidak demikian halnya dengan jemaat Korintus yang usianya sudah 3-4 tahun tapi tidak mampu makan makanan keras, ini menunjukan bahwa ada masalah dengan pertumbuhannya.

Apakah yang menghambat pertumbuhan rohani jemaat Korintus? jawabannya adalah :Dosa





II.                ADANYA IRI HATI DAN PERSELISIHAN

1Kor 3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi (σαρκικος sarkikos) dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Iri hati dan perselisihan" Ini adalah dua dari perbuatan daging yang tercantum dalam Gal 5:19-21

Gal 5:19  Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20  penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
21  kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu  —  seperti yang telah kubuat dahulu  —  bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Adanya iri hati dan perselisihan adalah tanda bahwa mereka adalah orang sarkikos. Namun demikian iri hati dan perpecahan juga adalah penyebab mereka menjadi sarkikos (Kerdil secara rohani). Paulus menempatkan iri hati dan perselisihan secara sejajar, karena perselisihan adalah akibat dari adanya iri hati.

Yakobus menyatakan bahwa kekacauan seperti perselisihan dan perpecahan adalah akibat dari adanya iri hati.
Yak 3:16  Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Ada 3 kata Yunani yang berbeda yang dipergunakan untuk melukiskan perpecahan  di Korintus ini.
1.      Kata kerja  “ερις” (eris) yang diterjemahkan “perselisihan” (1 Kor 1:11;3:3; 2 Kor 12:20).
Dalam TL kata “ερις” (eris) ini diterjemahkan “pertengkaran” (1 Kor 1:11;3:3)  dan perbantahan(2 Kor 12:20).
Kehebatan perbantahan ini menjadi nyata pada waktu kita mendapati Paulus menggunakan kata yang sama baik dalam daftar kejahatan di Roma 1:29 maupun dalam perbuatan-perbuatan daging di Galatia 5:20.

Roma 1:29  penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan “ερις” (eris), tipu muslihat dan kefasikan.
Gal 5:20  penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan “ερις” (eris), iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,

2.      Kata kerja   αιρεσις” ( hairesis) yang diterjemahkan “perpecahan” dalam 1 Korintus 11:19.
Kata ini juga digunakan untuk mazhab-mazhab Saduki dan Farisi( Kis 5:17;15:5)
Di daftar “perbuatan-perbuatan daging” dari Galatia 5:20 kata ini diterjemahkan “roh pemecah”(Bidat dalam TL).
3.      Kata Yunani  yang melukiskan tidak adanya persatuan dalam jemaat Korintus adalah “σχισμα” (schisma) yang diterjemahkan “perpecahan” (1 Kor 1:10;11:18;12:25). Kata “σχισμα” (schisma) ini berarti kain yang koyak atau robek, seperti yang terjadi ketika ita menambalkan secarik kain yang baru pada baju yang tua; baju itu menjadi” koyak” (Markus 2:21).

Dari penjelasan saya di atas kita dapat menarik suatu pelajaran bahwa jika kita tidak bertumbuh (Sarkikos), maka akan mengakibatkan penyakit iri hati dan iri hati akan menggiring jemaat pada perselisihan dan perpecahan seperi sebuah kain yang koyak. Demikian juga iri hati dan perselisihan menghambat pertumbuhan kita.

III.             ADANYA SIKAP SOMBONG DAN MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

1Kor 13:11  Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Pernyataan Paulus dalam ayat ini dilatar belakangi dengan salah kaprah tentang pengertian karunia dalam hidup orang-orang percaya. Dalam jemaat  Korintus  ada yang beranggapan bahwa karunia itu sifatnya kekal. Anggapan ini cenderung membuat orang yang diberikan karunia khusus tersebut menjadi sombong. Untuk meluruskan anggapan tersebut Paulus menjelaskan bahwa karunia adalah pemberian Roh Kudus yang berfungsi untuk memperlengkapi dan menunjang pelayanan, supaya anak-anak Tuhan dapat melayani lebih efektif dan efisien. Itu sebabnya karunia diberikan kepada orang tertentu untuk tugas tertentu. Bila tugas tertentu sudah selesai, maka karunia pun ditarik kembali. Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang terjebak kepada pengalaman-pengalaman rohani berupa karunia-karunia sebagai identitas Kristen. Jati diri Kristen adalah kasih, sedangkan karunia-karunia adalah sarana. Sarana akan mubazir ketika tidak dipakai, atau sudah tidak diperlukan lagi.
Tidak demikian dengan kasih. Kasih adalah karakter yang ditanamkan, dan harus ditumbuhkan, karena itu kasih harus menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidup anak-anak Tuhan. Paulus mengambil contoh, karunia pengetahuan. Karunia pengetahuan diberikan karena keterbatasan kita mengenal Allah dan misteri rencana-Nya. Bila kita sudah kembali kepada Allah, maka karunia pengetahuan itu tidak diperlukan lagi (1Kor 13:9-12). Tidak demikian dengan kasih sebagai jati diri Kristen. Siapa dapat menghadap Allah kalau tidak mengasihi Dia? Lagipula kasih adalah sikap respons personal Kristen kepada Allah dan sesama. Tanpa kasih, kita tidak bisa bergaul dengan Allah.
Orang Kristen yang sombong pastilah orang Kristen yang tidak memiliki kasih karena kasih itu tidak sombong. Kesombongan adalah tanda bahwa kita tidak bertumbuh.

Amin

No comments:

Post a Comment