JANGAN MENGHAKIMI
OLEH: I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
MATIUS
7:1-5
1 "Jangan
kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai
untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,
akan diukurkan kepadamu.
3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok
di dalam matamu.
5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok
dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar
itu dari mata saudaramu."
Kata
“menghakimi” dalam bahasa Yunani adalah “κρινω” (krino), yang berarti: “menilai,
menganggap, membedakan, menyatakan, mencela, menghukum, menetapkan atau memutuskan sesuatu atau
seseorang sebagai pihak yang salah”. Dengan demikian “menghakimi” adalah
menilai/menetapkan atau memutuskan bahwa sesuatu atau seseorang sebagai pihak
yang salah.
Yesus
mengatakan, "Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi" (ayat
1). Apakah sebenarnya maksud larangan ini merupakan larangan untuk membuat
penilaian, anggapan, memutuskan bahwa seseorang atau sesuatu hal itu salah atau
keliru atau bagaimana?. Sekali lagi, apakah larangan ini sebenarnya bersifat
mutlak, dalam perngertian: sama sekali jangan menyatakan bahwa seseorang atau
suatu hal itu salah?
Sebenarnya
"menghakimi" yang dimaksud dalam bagian ini bukan berarti kita tidak
boleh menegur kesalahan orang lain, mengkritik orang lain, atau meniadakan
nalar kita untuk membedakan mana benar, mana salah, mana baik, mana jahat. Jika
kita melihat Matius 7:13-27,
jelas sekali di situ Yesus meminta kita untuk bisa membedakan antara nabi-nabi
palsu dengan nabi-nabi yang sejati. Ini berarti diperlukan kemampuan kritis
untuk membedakan mana nabi yang asli dan yang palsu; mana ajaran yang benar dan
yang sesat.
Berikut
ini saya paparkan beberapa penggunaan kata tersebut dalam PB
Kis
13:27 Sebab penduduk Yerusalem dan
pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati (krino) atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan
setiap hari Sabat.
1Kor
10:15 Aku berbicara kepadamu sebagai
orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah(krino) sendiri apa yang aku
katakan!
1Kor
11:13 Pertimbangkanlah (krino)
sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak
bertudung?
Kol
2:16 Karena itu janganlah kamu biarkan
orang menghukum (krino)
kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun
hari Sabat;
Rm
14:22 Berpeganglah pada keyakinan yang
engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia,
yang tidak menghukum (krino)
dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Yoh
7:51 "Apakah hukum Taurat kita menghukum (krino)
seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah
dibuat-Nya?"
Yang akan menjadi fokus
kita kali ini adalah apakah menghakimi itu boleh?
Yoh
7:24 Janganlah menghakimi (krino) menurut apa yang
nampak, tetapi hakimilah
dengan adil."
Dalam
ayat di atas ada kesan bahwa menghakimi itu boleh asal dilakukan dengan adil.
Untuk itu kita akan belajar tentang batasan dalam menghamiki.
I.
DILAKUKAN DALAM BATASAN YANG
BENAR
Seperti yang sudah di singgung sebelumnya bahwa kata
“menghakimi” dalam bacaan kita di atas diterjemahkan dari kata bahasa Yunani
“κρινω’ (krino) .Dalam PB kata “κρινω’
(krino)ini digunakan sebanyak 114 kali yang diterjemahkan dengan bermacam-macam
arti yang berbeda.
Berikut ini saya paparkan penggunaan kata tersebut dalam
TB : Kuhakimi 1, Kuhukum 1, Pertimbangkanlah
2, berpendapat 3, dihadapkan 2, dihakimi 13, dihukum 3, dihukum …
berada di bawah hukuman 1, diputuskan 1, ditentukan 1, hakimilah 1, hukuman
tidak menimpa kita 1, keputusan-keputusan 1, kuputuskan 1, memutuskan 4,
mencari keadilan 2, menerima hukuman 1, mengadukan 1, mengambil keputusan 1,
menganggap 3, menghadap pengadilan 1, menghakimi 32, menghakimi …
dihakimi 3, menghakimi … hakimilah 1, menghakimi … kamu
menganut pandangan 1, menghakimi … penghakiman 1, menghakiminya
… menghakimi 1, menghukum 3, menjadi hakimnya …
menghakimi 1, menjatuhkan hukuman 3, menjatuhkan hukuman mati 1, menyampaikan
keputusan-keputusan 1, pendapatmu 1, putuskan 1, sudah ada hakimnya
… menjadi 1, telah mengambil keputusan 1, telah mengerti 1.
Nah kalau demikian
-
Menghakimi
boleh jika batasan/defenisi menghakimi itu adalah “mempertimbangkan”
1Kor 10:15
Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah(krino) sendiri apa yang aku
katakan!
1Kor 11:13
Pertimbangkanlah (krino) sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala
yang tidak bertudung?
Termasuk
tugas atau kewajiban orang Kristen untuk menalar. ‘Mengapakah engkau juga tidak
memutuskan sendiri apa yang benar?’ ( Luk 12:57) tanya Yesus. Sekali lagi
dikatakan-Nya, ‘Janganlah menghakimi menurut apa yg nampak, tetapi hakimilah
dengan adil!’ (Yoh 7:24). Orang Kristen dituntut menalar kritis, cermat dalam
menentukan pendapat, dan dikaruniai kesanggupan berbuat demikian. Kesanggupan
itu harus digunakan untuk menghakimi dengan adil.
II.
DILAKUKAN SECARA BENAR (obyektif)
Seperti yang sudah dijelaskan di
atas bahwa dalam konteks Matius 7 ini,
“jangan menghakimi” bukanlah larangan mutlak untuk menghakimi atau menyatakan
sesuatu atau seseorang sebagai pihak yang salah, sesat, dsb. KarenaYang
ditekankan dalam perikop ini adalah penilaian atau penghakiman itu harus
dilakukan dalam proporsi, alasan, dan dasar yang tepat. Artinya jika seseorang
memang salah, sesat, atau telah menyeleweng dari kebenaran maka ia harus
dinyatakan demikian. Atau dengan kata lain, penilaian atau anggapan itu harus
dilakukan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Jadi yang dilarang di sini
adalah sikap atau penilaian yang tidak proporsional atau yang tidak sesuai
dengan faktanya.
Menghakimi bisa disebut dikaios apabila:
-
Tidak didasarkan
hanya pada apa yang nampak saja.
Yoh 7:24 Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil “δικαιος” (dikaios)."
Kata “adil” dalam ayat ini
menggunakan kata “δικαιος” (dikaios) dalam bahasa yunaninya. Kata ini
sebenarnya mempunyai banyak arti: tulus, benar, adil, pantas, baik, jujur,
tidak bersalah.
Menghakimi
dengan benar dan adil adalah yang dilakukan bukan Cuma pada pengamatan mata
tapi harus sampai pada sumbernya yaitu hati.
Seorang pemuda yang berusia 24 tahun
melihat keluar dari jendela kereta sambil berteriak ... "Ayah, lihat
pohon-pohon itu pergi menjauh dari kita!" Ayah anak tersenyum dan pasangan
muda yang duduk di dekatnya, melihat pemuda 24 tahun yang berperilaku
kekanak-kanakan itu dengan belas kasihan, tiba-tiba pemuda ia berseru lagi ...
"Ayah, lihat awan itu berjalan mengikuti kita!" Pasangan muda yang
duduk dengan ayah anak itu tidak bisa menahan penasarannya dan berkata kepada
orang tua pemuda tersebut ... "Kenapa Anda tidak mengantarkan anak Anda ke
dokter untuk diperiksa?" Orang tua itu tersenyum dan berkata ...
"Saya sudah lakukan dan kami baru saja dari rumah sakit, anak saya buta
sejak lahir, dia baru saja dapat melihat hari ini."
-
Didasarkan pada
Firman Tuhan
Yoh 5:30 Aku tidak dapat
berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku
menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan
kehendak Dia yang mengutus Aku.
Yoh 8:16 dan jikalau Aku
menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi
Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Yoh 8:15 Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku
tidak menghakimi seorangpun,
-
Tidak memandang muka
1Ptr 1:17 Dan jika kamu
menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang
muka menghakimi semua orang menurut
perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang
di dunia ini.
Yak 2:4 bukankah kamu
telah membuat pembedaan di dalam
hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?
III.
DILAKUKAN
OLEH ORANG YANG BENAR (Qualified)
MATIUS 7:1-5
1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi.
2 Karena dengan penghakiman
yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu
pakai
untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita
dapat memahami mengapa Yesus merasa perlu mengingatkan para pendengar-Nya:
“…ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Mat. 7:2).
Artinya, sebelum seseorang menghakimi atau menilai sesuatu atau seseorang, ia
harus terlebih dahulu memastikan dengan jelas alasan dan dasar penilaian atau
penghakiman tersebut. Bukan hanya itu, tetapi seorang yang memberikan penilaian
juga harus terlebih dahulu memeriksa dirinya sendiri apakah dia luput dari apa
yang mau dikoreksi atau dievaluasinya.
3 Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok
di dalam matamu tidak engkau ketahui?
4 Bagaimanakah engkau
dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
5 Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Dalam ayat-ayat di atas, Yesus menyajikan contoh yang cukup
menggelitik. Tuhan Yesus berkata, "Mengapakah engkau melihat selumbar di
mata saudaramu…" Selumbar (bhs Yunani: karphos) adalah serbuk kayu
yang diperoleh saat menggergaji kayu, yang berarti ukurannya sangat kecil.
Kemudian Ia melanjutkan, "Engkau sangat mampu melihat selumbar di mata
saudaramu tetapi kamu tidak mampu melihat balok di matamu." Balok (bhs
Yunani: dokos) yang dibicarakan di sini adalah balok yang biasa dipakai
sebagai penyangga atap. Biasanya berasal dari batang utama sebuah pohon yang
sisi-sisinya dipotong persegi dan dipasang sebagai tiang utama.
Orang yang memiliki balok dalam matanya itu, ingin menolong
mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya. Tentu motivasi ini sangat baik
kelihatannya. Tetapi masalahnya adalah tidak mungkin orang itu dapat menolong
mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya karena dalam matanya sendiri
terdapat sebuah balok besar. Pada saat orang ini ingin mengeluarkan selumbar
itu, ada balok yang menghalangi dia untuk bisa melihat dengan jelas selumbar
itu. Dengan demikian, tak mungkin pertolongan bisa dilakukan.
Dengan kata lain, larangan “jangan menghakimi” dalam ayat 1
harus dimengerti dalam hubungan dengan orang-orang yang tidak memenuhi
persyaratan untuk menghakimi karena mereka menggunakan standar ganda dalam
menilai dan menghakimi orang lain. Larangan “jangan menghakimi” tidak
dimaksudkan untuk diterapkan secara umum atau tanpa batas. Karena dalam Matius
7:15dst, Yesus juga berharap agar para murid dapat menilai (menghakimi) apakah
pengajaran seseorang itu benar atau salah berdasarkan “buahnya”. Jika kita
sendiri (sedang) melakukan hal yang sama, tidak memiliki pertimbangan yang baik
untuk memberikan evaluasi ditambah keinginan untuk membalas dendam, maka Yesus
berkata, “Jangan engkau menghakimi….”
Singkatnya, pesan dari perikop ini dapat diparafrasekan
sebagai berikut: Jangan menghakimi seseorang kalau anda sendiri melakukan hal
yang sama atau karena menggunakan standar ganda.
Saudara-saudara,
kadang-kadang kita tidak peka terhadap dosa-dosa sendiri, tetapi begitu peka
terhadap dosa-dosa orang lain, seperti yang dilakukan oleh Daud ketika membunuh
Uria untuk mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Pada waktu nabi Natan memberikan
sebuah perumpamaan untuk menegur dosanya, Daud tidak sadar bahwa Natan
sebenarnya sedang menegur dosanya melalui perumpamaan itu. Kita semua sudah
tahu ceritanya. Daud malah berkata: "Demi Allah yang hidup, orang kaya
yang telah mengambil anak domba betina dari si miskin itu, harus dihukum mati,
karena ia tidak mengenal belas kasihan." Tetapi pada saat itu, nabi Natan
berkata: "Daud, engkaulah orang itu!" (Baca II Samuel 12:1-7). Kadang-kadang kita juga bisa seperti Daud, kehilangan
kepekaan terhadap dosa-dosa kita sendiri yang sebenarnya menjijikkan di mata
Allah. John Calvin pernah menulis: "Orang yang kudus, bukanlah orang yang
tidak dapat berbuat dosa lagi, tetapi orang kudus adalah orang yang makin
memiliki kepekaan terhadap dosa-dosa diri sendiri, bahkan dosa-dosa yang
terkecil sekalipun."
IV.
DILAKUKAN DENGAN MOTIVASI DAN TUJUAN YANG BENAR
Pola
menghakimi yang ditentang Yesus di atas tampaknya merupakan kritikan terhadap
cara orang-orang Farisi yang menghakimi orang lain “dengan kekerasan,
penghinaan, dan kesombongan” (demikian pendapat professor F. Buchsel). Meskipun
begitu,
Kata-kata Yesus ini pasti mempunyai
maksud umum juga; manusia secara umum suka menghakimi sesamanya; itu memberi
semacam ‘kepuasan’, dan dengan jalan menghakimi orang lain kita dapat
memperlihatkan diri kita sebagai “orang yang baik dan bermoral.
Di dalam Matius 7:15dst, Yesus menyatakan bahwa kita dapat
menilai seseorang atau sesuatu itu salah berdasarkan “buahnya”. Apakah yang
dimaksud dengan “buahnya”? Bisa jadi “buah” di sini menunjuk kepada pengaruh
buruk yang timbul dari sebuah ajaran. Misalnya ajaran tersebut menjauhkan
seseorang dari kehidupan dan keyakinan akan iman yang sejati terhadap Allah
(bnd. Ul. 13).
Selanjutnya, tampaknya perikop ini berbicara mengenai
bagaimana relasi evaluatif itu dilakukan di dalam jemaat (sesama komunitas
Kristen). Karena dalam ayat 3-5 digunakan kata adelfos (saudara) yang
merujuk kepada dua pihak yang memiliki hubungan tertentu. Jika seorang adelfos
ini telah melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah memberikan
nasihat-nasihat yang seperlunya sesuai dengan tingkatan kesalahan yang telah
dia lakukan (mis. Mat. 18:15dst).
Demikian pula, kepada Timotius, Paulus menasihatkan agar
jika salah satu dari anggota jemaatnya harus dinyatakan bersalah, maka ia dapat
melakukannya dengan menegor mereka seperti “bapa”, “ibu” dan “saudaranya”.
Penilaian atau penghakiman terhadap sesama saudara seiman
harus dilakukan dalam kerangka kasih kristiani dan bukan termotivasi oleh
semangat balas dendam. Dan tujuannya adalah membawa adelfos tersebut
kembali kepada kebenaran lalu hidup memuliakan Tuhan.
Bolehkah kita menghakimi, menilai, dan menyatakan sesuatu
atau seseorang sebagai pihak yang salah atau keliru atau sesat dan harus
kembali kepada kebenaran? Boleh! Tetapi ingat, harus dengan motivasi dan tujuan
yang benar..
AMIN
No comments:
Post a Comment