Friday, May 1, 2015

JANGAN MENGHAKIMI



JANGAN MENGHAKIMI
OLEH: I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
MATIUS 7:1-5

1  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
2  Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
4  Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
5  Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."      
Kata “menghakimi” dalam bahasa Yunani adalah “κρινω” (krino), yang berarti: “menilai, menganggap, membedakan, menyatakan, mencela, menghukum,  menetapkan atau memutuskan sesuatu atau seseorang sebagai pihak yang salah”. Dengan demikian “menghakimi” adalah menilai/menetapkan atau memutuskan bahwa sesuatu atau seseorang sebagai pihak yang salah.
Yesus mengatakan, "Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi" (ayat 1). Apakah sebenarnya maksud larangan ini merupakan larangan untuk membuat penilaian, anggapan, memutuskan bahwa seseorang atau sesuatu hal itu salah atau keliru atau bagaimana?. Sekali lagi, apakah larangan ini sebenarnya bersifat mutlak, dalam perngertian: sama sekali jangan menyatakan bahwa seseorang atau suatu hal itu salah?
Sebenarnya "menghakimi" yang dimaksud dalam bagian ini bukan berarti kita tidak boleh menegur kesalahan orang lain, mengkritik orang lain, atau meniadakan nalar kita untuk membedakan mana benar, mana salah, mana baik, mana jahat. Jika kita melihat Matius 7:13-27, jelas sekali di situ Yesus meminta kita untuk bisa membedakan antara nabi-nabi palsu dengan nabi-nabi yang sejati. Ini berarti diperlukan kemampuan kritis untuk membedakan mana nabi yang asli dan yang palsu; mana ajaran yang benar dan yang sesat.
Berikut ini saya paparkan beberapa penggunaan kata tersebut dalam PB 
Kis 13:27  Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati  (krino) atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat.
1Kor 10:15  Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah(krino)  sendiri apa yang aku katakan!
1Kor 11:13  Pertimbangkanlah (krino) sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
Kol 2:16  Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum (krino) kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
Rm 14:22  Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia, yang tidak menghukum (krino) dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Yoh 7:51  "Apakah hukum Taurat kita menghukum (krino) seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"
Yang akan menjadi fokus kita kali ini adalah apakah menghakimi itu boleh?
Yoh 7:24  Janganlah menghakimi (krino) menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."
Dalam ayat di atas ada kesan bahwa menghakimi itu boleh asal dilakukan dengan adil. Untuk itu kita akan belajar tentang batasan dalam menghamiki.
I.                   DILAKUKAN DALAM BATASAN YANG BENAR
Seperti yang sudah di singgung sebelumnya bahwa kata “menghakimi” dalam bacaan kita di atas diterjemahkan dari kata bahasa Yunani “κρινω’ (krino) .Dalam PB kata “κρινω’ (krino)ini digunakan sebanyak 114 kali yang diterjemahkan dengan bermacam-macam arti yang berbeda.
Berikut ini saya paparkan penggunaan kata tersebut dalam TB  : Kuhakimi 1, Kuhukum 1, Pertimbangkanlah 2, berpendapat 3, dihadapkan 2, dihakimi 13, dihukum 3, dihukum  …  berada di bawah hukuman 1, diputuskan 1, ditentukan 1, hakimilah 1, hukuman tidak menimpa kita 1, keputusan-keputusan 1, kuputuskan 1, memutuskan 4, mencari keadilan 2, menerima hukuman 1, mengadukan 1, mengambil keputusan 1, menganggap 3, menghadap pengadilan 1, menghakimi 32, menghakimi  …  dihakimi 3, menghakimi  …  hakimilah 1, menghakimi  …  kamu menganut pandangan 1, menghakimi  …  penghakiman 1, menghakiminya  …  menghakimi 1, menghukum 3, menjadi hakimnya  …  menghakimi 1, menjatuhkan hukuman 3, menjatuhkan hukuman mati 1, menyampaikan keputusan-keputusan 1, pendapatmu 1, putuskan 1, sudah ada hakimnya  …  menjadi 1, telah mengambil keputusan 1, telah mengerti 1.
Nah kalau demikian
-          Menghakimi boleh jika batasan/defenisi menghakimi itu adalah “mempertimbangkan”

1Kor 10:15  Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah(krino)  sendiri apa yang aku katakan!
1Kor 11:13  Pertimbangkanlah (krino) sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
Termasuk tugas atau kewajiban orang Kristen untuk menalar. ‘Mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?’ ( Luk 12:57) tanya Yesus. Sekali lagi dikatakan-Nya, ‘Janganlah menghakimi menurut apa yg nampak, tetapi hakimilah dengan adil!’ (Yoh 7:24). Orang Kristen dituntut menalar kritis, cermat dalam menentukan pendapat, dan dikaruniai kesanggupan berbuat demikian. Kesanggupan itu harus digunakan untuk menghakimi dengan adil.
II.                DILAKUKAN SECARA BENAR (obyektif)

            Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dalam konteks Matius 7  ini, “jangan menghakimi” bukanlah larangan mutlak untuk menghakimi atau menyatakan sesuatu atau seseorang sebagai pihak yang salah, sesat, dsb. KarenaYang ditekankan dalam perikop ini adalah penilaian atau penghakiman itu harus dilakukan dalam proporsi, alasan, dan dasar yang tepat. Artinya jika seseorang memang salah, sesat, atau telah menyeleweng dari kebenaran maka ia harus dinyatakan demikian. Atau dengan kata lain, penilaian atau anggapan itu harus dilakukan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Jadi yang dilarang di sini adalah sikap atau penilaian yang tidak proporsional atau yang tidak sesuai dengan faktanya.
Menghakimi bisa disebut dikaios apabila:
-          Tidak didasarkan hanya pada apa yang nampak saja.
Yoh 7:24  Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil “δικαιος” (dikaios)."
Kata “adil” dalam ayat ini menggunakan kata “δικαιος” (dikaios) dalam bahasa yunaninya. Kata ini sebenarnya mempunyai banyak arti: tulus, benar, adil, pantas, baik, jujur, tidak bersalah.


Menghakimi dengan benar dan adil adalah yang dilakukan bukan Cuma pada pengamatan mata tapi harus sampai pada sumbernya yaitu hati.
Seorang pemuda yang berusia 24 tahun melihat keluar dari jendela kereta sambil berteriak ... "Ayah, lihat pohon-pohon itu pergi menjauh dari kita!" Ayah anak tersenyum dan pasangan muda yang duduk di dekatnya, melihat pemuda 24 tahun yang berperilaku kekanak-kanakan itu dengan belas kasihan, tiba-tiba pemuda ia berseru lagi ... "Ayah, lihat awan itu berjalan mengikuti kita!" Pasangan muda yang duduk dengan ayah anak itu tidak bisa menahan penasarannya dan berkata kepada orang tua pemuda tersebut ... "Kenapa Anda tidak mengantarkan anak Anda ke dokter untuk diperiksa?" Orang tua itu tersenyum dan berkata ... "Saya sudah lakukan dan kami baru saja dari rumah sakit, anak saya buta sejak lahir, dia baru saja dapat melihat hari ini."
-          Didasarkan pada Firman Tuhan
Yoh 5:30  Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Yoh 8:16  dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Yoh 8:15  Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun,
-          Tidak memandang muka
1Ptr 1:17  Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Yak 2:4  bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?




III.             DILAKUKAN OLEH ORANG YANG BENAR (Qualified)

MATIUS 7:1-5

1  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
2  Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
            Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat memahami mengapa Yesus merasa perlu mengingatkan para pendengar-Nya: “…ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Mat. 7:2). Artinya, sebelum seseorang menghakimi atau menilai sesuatu atau seseorang, ia harus terlebih dahulu memastikan dengan jelas alasan dan dasar penilaian atau penghakiman tersebut. Bukan hanya itu, tetapi seorang yang memberikan penilaian juga harus terlebih dahulu memeriksa dirinya sendiri apakah dia luput dari apa yang mau dikoreksi atau dievaluasinya.
3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
4  Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
5  Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."      
Dalam ayat-ayat di atas, Yesus menyajikan contoh yang cukup menggelitik. Tuhan Yesus berkata, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu…" Selumbar (bhs Yunani: karphos) adalah serbuk kayu yang diperoleh saat menggergaji kayu, yang berarti ukurannya sangat kecil. Kemudian Ia melanjutkan, "Engkau sangat mampu melihat selumbar di mata saudaramu tetapi kamu tidak mampu melihat balok di matamu." Balok (bhs Yunani: dokos) yang dibicarakan di sini adalah balok yang biasa dipakai sebagai penyangga atap. Biasanya berasal dari batang utama sebuah pohon yang sisi-sisinya dipotong persegi dan dipasang sebagai tiang utama.
Orang yang memiliki balok dalam matanya itu, ingin menolong mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya. Tentu motivasi ini sangat baik kelihatannya. Tetapi masalahnya adalah tidak mungkin orang itu dapat menolong mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya karena dalam matanya sendiri terdapat sebuah balok besar. Pada saat orang ini ingin mengeluarkan selumbar itu, ada balok yang menghalangi dia untuk bisa melihat dengan jelas selumbar itu. Dengan demikian, tak mungkin pertolongan bisa dilakukan.
Dengan kata lain, larangan “jangan menghakimi” dalam ayat 1 harus dimengerti dalam hubungan dengan orang-orang yang tidak memenuhi persyaratan untuk menghakimi karena mereka menggunakan standar ganda dalam menilai dan menghakimi orang lain. Larangan “jangan menghakimi” tidak dimaksudkan untuk diterapkan secara umum atau tanpa batas. Karena dalam Matius 7:15dst, Yesus juga berharap agar para murid dapat menilai (menghakimi) apakah pengajaran seseorang itu benar atau salah berdasarkan “buahnya”. Jika kita sendiri (sedang) melakukan hal yang sama, tidak memiliki pertimbangan yang baik untuk memberikan evaluasi ditambah keinginan untuk membalas dendam, maka Yesus berkata, “Jangan engkau menghakimi….”
Singkatnya, pesan dari perikop ini dapat diparafrasekan sebagai berikut: Jangan menghakimi seseorang kalau anda sendiri melakukan hal yang sama atau karena menggunakan standar ganda.


                        Saudara-saudara, kadang-kadang kita tidak peka terhadap dosa-dosa sendiri, tetapi begitu peka terhadap dosa-dosa orang lain, seperti yang dilakukan oleh Daud ketika membunuh Uria untuk mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Pada waktu nabi Natan memberikan sebuah perumpamaan untuk menegur dosanya, Daud tidak sadar bahwa Natan sebenarnya sedang menegur dosanya melalui perumpamaan itu. Kita semua sudah tahu ceritanya. Daud malah berkata: "Demi Allah yang hidup, orang kaya yang telah mengambil anak domba betina dari si miskin itu, harus dihukum mati, karena ia tidak mengenal belas kasihan." Tetapi pada saat itu, nabi Natan berkata: "Daud, engkaulah orang itu!" (Baca II Samuel 12:1-7). Kadang-kadang kita juga bisa seperti Daud, kehilangan kepekaan terhadap dosa-dosa kita sendiri yang sebenarnya menjijikkan di mata Allah. John Calvin pernah menulis: "Orang yang kudus, bukanlah orang yang tidak dapat berbuat dosa lagi, tetapi orang kudus adalah orang yang makin memiliki kepekaan terhadap dosa-dosa diri sendiri, bahkan dosa-dosa yang terkecil sekalipun."

IV.             DILAKUKAN DENGAN MOTIVASI DAN TUJUAN YANG BENAR
                        Pola menghakimi yang ditentang Yesus di atas tampaknya merupakan kritikan terhadap cara orang-orang Farisi yang menghakimi orang lain “dengan kekerasan, penghinaan, dan kesombongan” (demikian pendapat professor F. Buchsel). Meskipun begitu,
Kata-kata Yesus ini pasti mempunyai maksud umum juga; manusia secara umum suka menghakimi sesamanya; itu memberi semacam ‘kepuasan’, dan dengan jalan menghakimi orang lain kita dapat memperlihatkan diri kita sebagai “orang yang baik dan bermoral.
Di dalam Matius 7:15dst, Yesus menyatakan bahwa kita dapat menilai seseorang atau sesuatu itu salah berdasarkan “buahnya”. Apakah yang dimaksud dengan “buahnya”? Bisa jadi “buah” di sini menunjuk kepada pengaruh buruk yang timbul dari sebuah ajaran. Misalnya ajaran tersebut menjauhkan seseorang dari kehidupan dan keyakinan akan iman yang sejati terhadap Allah (bnd. Ul. 13).
Selanjutnya, tampaknya perikop ini berbicara mengenai bagaimana relasi evaluatif itu dilakukan di dalam jemaat (sesama komunitas Kristen). Karena dalam ayat 3-5 digunakan kata adelfos (saudara) yang merujuk kepada dua pihak yang memiliki hubungan tertentu. Jika seorang adelfos ini telah melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah memberikan nasihat-nasihat yang seperlunya sesuai dengan tingkatan kesalahan yang telah dia lakukan (mis. Mat. 18:15dst).
Demikian pula, kepada Timotius, Paulus menasihatkan agar jika salah satu dari anggota jemaatnya harus dinyatakan bersalah, maka ia dapat melakukannya dengan menegor mereka seperti “bapa”, “ibu” dan “saudaranya”.
Penilaian atau penghakiman terhadap sesama saudara seiman harus dilakukan dalam kerangka kasih kristiani dan bukan termotivasi oleh semangat balas dendam. Dan tujuannya adalah membawa adelfos tersebut kembali kepada kebenaran lalu hidup memuliakan Tuhan.
Bolehkah kita menghakimi, menilai, dan menyatakan sesuatu atau seseorang sebagai pihak yang salah atau keliru atau sesat dan harus kembali kepada kebenaran? Boleh! Tetapi ingat, harus dengan motivasi dan tujuan yang benar..
AMIN

No comments:

Post a Comment