DOA
YANG EFEKTIF
OLEH: EV. IKETUT SUNALIS
MUADI, S.TH
Apakah yang membuat permohonan doa kita
dijawab? Kesungguhan kita berdoakah, atau kebaikan Allah yang ingin memberikan
yang terbaik untuk kita? Tuhan Yesus mengajar kita bahwa keduanya tidak bertentangan
tetapi saling menunjang. Kita berdoa dengan penuh kesungguhan bukan karena
Allah perlu "dipaksa" oleh klaim-klaim kita, tetapi karena kita
percaya Allah baik adanya.
Agar
doa kita efektif, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
I.
DIPANJATKAN DENGAN
IMAN YANG TULUS DAN SEJATI
Doa kita tidak akan dijawab
kecuali kita memiliki iman yang tulus dan sejati. Yesus mengatakan dengan tegas
hal ini dalam Markus 11:23-24.
Markus 11: 23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah
ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang
dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi
baginya.
Markus 11: 24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah
bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu.
Kata “Percayalah” adalah
“πιστευω” (pisteuo) yang merupakan bentuk waktu kini imperatif, memerlukan iman
yang teguh dan berkesinambungan. Sedangkan “Menerima” menggunakan
kata “λαμβανω” (lambano) yang menggunkan
bentuk waktu aoris- “kamu sudah menerima”. Dengan kata lain, kita diharuskan
tetap percaya bahwa Allah telah mengabulkan permohonan kita.
Yesus menggambarkan kuasa
iman yang begitu hebat, yaitu sanggup memindahkan gunung dan melemparkannya ke
laut (Mr 11:23). Luar biasa bukan? Yesus memakai gambaran itu untuk melukiskan
sesuatu yang kelihatannya mustahil dilakukan, tetapi menjadi mungkin karena
Allah Mahakuasa. Dan mukjizat semacam itu adalah hasil dari doa yang dinyatakan
di dalam iman.
Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk memiliki
iman yang meyakini bahwa Allah juga mendengarkan mereka. Iman yang bergantung
kepada Allah yang Maha kuasa dapat menggapai segala sesuatu yang tidak mungkin
bagi manusia melalui doa (band. Yak 1:6). Jangan mengkhawatirkan kesanggupan
Allah karena Allah Mahakuasa.
Kepada ayah anak yang
dirasuk setan Yesus mengatakan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang
percaya" (/TB Mr 9:23).
Markus 9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat?
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
Penulis Ibrani mendorong
kita untuk "menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan
iman yang teguh" (/TB Ibr 10:22),
Ibrani 10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh,
oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh
kita telah dibasuh dengan air yang murni.
dan Yakobus menasihatkan
kita bila meminta untuk "sama sekali jangan bimbang" (/TB Yak 1:6;
bd. /TB Yak 5:15).
Yak 1:6 Hendaklah ia memintanya dalam
iman, dan sama sekali jangan bimbang,
sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan
kian ke mari oleh angin.
Yak 5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni.
II.
DIPANJATKAN DALAM
NAMA YESUS
Yoh 14: 12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan
yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
13 dan apa juga yang kamu minta
dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa
dipermuliakan di dalam Anak.
14 Jika kamu meminta sesuatu
kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."
Doa juga harus dipanjatkan
dalam nama Yesus. Yesus sendiri menyatakan prinsip ini ketika mengatakan,
"Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya supaya Bapa
dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku,
Aku akan melakukannya" (/Yoh 14:13-14). Doa kita hendaknya diselaraskan
dengan oknum, sifat, dan kehendak Tuhan kita
III.
DIPANJATKAN
SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH
Doa hanya bisa efektif
apabila dipanjatkan sesuai dengan kehendak Allah yang sempurna.
1Yoh 5:14 Dan inilah keberanian percaya kita
kepada-Nya, yaitu bahwa
Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut
kehendak-Nya.
Salah satu permohonan dalam
pola doa Yesus, Doa Bapa Kami, membenarkan prinsip ini, "Jadilah
kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga" ( Mat 6:10; bd. Luk 11:2; perhatikan doa Yesus sendiri di
Taman Getsemani, Mat 26:42). Dalam
banyak hal kita mengetahui kehendak Allah karena Ia telah menyatakannya dalam
Alkitab. Kita bisa yakin bahwa setiap doa yang sungguh-sungguh dilandaskan pada
janji-janji Allah dalam Firman-Nya akan benar-benar efektif. Elia yakin bahwa
Allah Israel akan menjawab doanya dengan api dan kemudian dengan hujan karena
firman nubuat Tuhan telah sampai kepadanya (1Raj 18:1), dan ia sangat yakin
bahwa tidak ada satu pun dewa kafir yang lebih besar atau setingkat kuasanya
dengan Tuhan Allah Israel (1Raj 18:21-24).
Pada saat lain, kehendak
Allah menjadi jelas hanya waktu kita dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
mencarinya; kemudian ketika kita sudah mengetahui kehendak-Nya mengenai hal
tertentu, kita dapat berdoa dengan keyakinan dan iman bahwa Allah akan menjawab
Kita
bukan hanya harus berdoa sesuai dengan kehendak Allah, kita juga harus berada
dalam kehendak Allah itu jikalau kita mengharapkan Dia mendengar dan menanggapi
kita. Allah akan memberikan hal-hal yang kita minta dari-Nya hanya jika kita
mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Rasul Yohanes dengan tegas
menyatakan,
1Yoh
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena
kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Menaati
perintah-perintah Allah, mengasihi, dan menyenangkan-Nya merupakan
syarat-syarat mutlak agar menerima jawaban atas doa-doa kita. Ketika Yakobus
menulis bahwa doa orang benar sangat besar kuasanya, yang dimaksudkannya ialah
baik seorang yang telah dibenarkan karena imannya kepada Kristus maupun yang
hidupnya benar, takut, dan taat kepada Allah — seperti nabi Elia
(Yak 5:16-18; bd. /Mazm 34:14-15).
Bahkan
dalam PL telah ditekankan hal yang sama. Allah menjelaskan bahwa doa-doa Musa
bagi orang Israel itu efektif karena ketaatannya dalam hubungan dengan Tuhan
dan kesetiaan Musa kepada-Nya
Sebaliknya,
pemazmur mengatakan bahwa jikalau ada niat jahat dalam hati, Tuhan tidak akan
mendengarkan doa kita.
Mzm
66:18 Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau
mendengar.
Sikap
semacam inilah yang menjadi alasan utama Tuhan tidak mendengarkan doa orang
Israel yang menyembah berhala dan jahat (/Yes 1:15). Tetapi apabila umat Allah
bertobat dan meninggalkan semua kebiasaan buruk mereka, Tuhan berjanji akan
mendengarkan mereka kembali, mengampuni dosa-dosa mereka dan memulihkan negeri
mereka ( 2Taw 7:14; bd. / 2Taw 6:36-39; Luk 18:14). Perhatikan bahwa doa imam
besar untuk memohon pengampunan bagi dosa-dosa bangsa Israel pada Hari
Pendamaian tidak akan didengar sebelum keadaannya yang berdosa disucikan ( Kel
26:33)
IV.
DIPANJATKAN DENGAN
TEKUN
Akhirnya, agar doa kita
efektif kita haruslah tekun. Inilah pokok utama dalam perumpamaan janda yang
gigih ( Luk 18:1-7)
1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada
mereka untuk menegaskan, bahwa
mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang
hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu
datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak.
Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorangpun,
5 namun karena janda ini menyusahkan aku,
baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya
menyerang aku."
6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang
dikatakan hakim yang lalim itu!
7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang
pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur
waktu sebelum menolong mereka?
Selanjutnya petunjuk Yesus
untuk "meminta … mencari … mengetuk" (Mat
7:7-8) mengajarkan ketekunan dalam berdoa
Mat 7: 7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
8 Karena setiap orang yang meminta, menerima
dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya
pintu dibukakan.
Demikian juga dengan Rasul Paulus juga mendorong kita untuk
bertekun dalam doa
Kol 4:2 Bertekunlah
dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.
1Tes 5:17 Tetaplah berdoa.
Demikian pula, orang kudus
PL menyadari prinsip ini. Misalnya, hanya selama Musa bertekun dalam doa dengan
mengangkat tangan kepada Allah orang Israel menang dalam peperangan melawan
bangsa Amalek
Setelah Elia menerima firman
nubuat bahwa akan hujan, ia tetap berdoa hingga hujan itu tiba (1Raj 18:41-45).
Dalam suatu peristiwa sebelumnya, nabi yang ternama ini berdoa dengan gigih dan
sungguh-sungguh bahwa Allah akan memberikan hidup kembali kepada putra janda di
Sarfat yang telah mati hingga Tuhan menjawab doanya (1Raj 17:17-23).
Jadi,
berdasarkan sejumlah kutipan dari PL dan PB, kita dapat menyimpulkan bahwa
kehidupan Kristen yang normal itu identik dengan kehidupan yang bertekun dalam
doa.
Itu
bukan lantas berarti bahwa doa menjadi satu-satunya hal yang kita lakukan –
ibarat seorang suami disebut berdedikasi jika ia menghabiskan seluruh waktunya
dengan bercengkerama bersama sang istri. Sebaliknya, dedikasi sang suami kepada
sang istri selayaknyalah memengaruhi segala aspek dalam hidupnya dan membuat
dia memberikan seluruh keberadaannya kepada sang istri dalam beraneka cara.
Jadi,
bertekun dalam doa tidak berarti bahwa berdoa kemudian menjadi satu-satunya
kegiatan kita (sekalipun pada bagian lain, Rasul Paulus mengatakan, “tetaplah
berdoa” [atau, “berdoalah tanpa henti”], 1 Tesalonika 5:17). Ini berarti ada
sejenis pola berdoa yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai bertekun
dalam doa. Dan itu tidak akan sama bagi setiap orang. Sebaliknya itu pasti
merupakan sesuatu yang signifikan. Bertekun dalam doa pastilah berbeda dengan
tidak bertekun dalam doa. Dan Allah jelas memahami perbedaan itu. Ia akan
meminta pertanggungjawaban kita: sudahkah kita bertekun dalam doa? Apakah Anda
memiliki sejenis pola berdoa yang layak disebut sebagai “bertekun dalam doa”?
Saya
pikir mayoritas kita akan setuju bahwa ada beberapa pola berdoa yang tidak
layak disebut sebagai “bertekun dalam doa.” Berdoa hanya pada saat krisis
menghampiri hidup kita jelas tidak termasuk dalam pola bertekun dalam doa.
Berdoa hanya pada waktu makan merupakan sebuah pola, tetapi apakah itu memiliki
sesuai dengan imbauan Rasul Paulus kepada jemaat untuk “bertekun dalam doa”?
Doa pendek “Aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur” pada malam hari juga
tidak identik dengan pola “bertekun dalam doa.” Doa spontan, “Tolong saya,
Tuhan” di mobil saat Anda membutuhkan tempat parkir juga bukan merupakan pola
“bertekun dalam doa.” Semua itu baik. Tetapi saya pikir kita semua setuju bahwa
Rasul Paulus mengharapkan sesuatu yang lebih dan berbeda dari para pengikut
Kristus ketika ia mengimbau, “Bertekunlah dalam doa.”
Amin
No comments:
Post a Comment