Friday, May 1, 2015

DOA YANG EFEKTIF



DOA YANG EFEKTIF
OLEH: EV. IKETUT SUNALIS MUADI, S.TH



        Apakah yang membuat permohonan doa kita dijawab? Kesungguhan kita berdoakah, atau kebaikan Allah yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita? Tuhan Yesus mengajar kita bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling menunjang. Kita berdoa dengan penuh kesungguhan bukan karena Allah perlu "dipaksa" oleh klaim-klaim kita, tetapi karena kita percaya Allah baik adanya.

Agar doa kita efektif, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

I.                   DIPANJATKAN DENGAN IMAN YANG TULUS DAN SEJATI

Doa kita tidak akan dijawab kecuali kita memiliki iman yang tulus dan sejati. Yesus mengatakan dengan tegas hal ini dalam  Markus 11:23-24.

Markus 11: 23  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
Markus 11: 24  Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Kata “Percayalah” adalah “πιστευω” (pisteuo) yang merupakan bentuk waktu kini imperatif, memerlukan iman yang teguh dan berkesinambungan. Sedangkan “Menerima”  menggunakan kata “λαμβανω” (lambano) yang  menggunkan bentuk waktu aoris- “kamu sudah menerima”. Dengan kata lain, kita diharuskan tetap percaya bahwa Allah telah mengabulkan permohonan kita.

Yesus menggambarkan kuasa iman yang begitu hebat, yaitu sanggup memindahkan gunung dan melemparkannya ke laut (Mr 11:23). Luar biasa bukan? Yesus memakai gambaran itu untuk melukiskan sesuatu yang kelihatannya mustahil dilakukan, tetapi menjadi mungkin karena Allah Mahakuasa. Dan mukjizat semacam itu adalah hasil dari doa yang dinyatakan di dalam iman.

 Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk memiliki iman yang meyakini bahwa Allah juga mendengarkan mereka. Iman yang bergantung kepada Allah yang Maha kuasa dapat menggapai segala sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia melalui doa (band. Yak 1:6). Jangan mengkhawatirkan kesanggupan Allah karena Allah Mahakuasa.

Kepada ayah anak yang dirasuk setan Yesus mengatakan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya" (/TB Mr 9:23).

Markus 9:23  Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"

Penulis Ibrani mendorong kita untuk "menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (/TB Ibr 10:22),

Ibrani 10:22  Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.


dan Yakobus menasihatkan kita bila meminta untuk "sama sekali jangan bimbang" (/TB Yak 1:6; bd. /TB Yak 5:15).
Yak 1:6  Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.

Yak 5:15  Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

II.                DIPANJATKAN DALAM NAMA YESUS


Yoh 14: 12   Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
13  dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.
14  Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."


Doa juga harus dipanjatkan dalam nama Yesus. Yesus sendiri menyatakan prinsip ini ketika mengatakan, "Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya" (/Yoh 14:13-14). Doa kita hendaknya diselaraskan dengan oknum, sifat, dan kehendak Tuhan kita


III.             DIPANJATKAN SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH

Doa hanya bisa efektif apabila dipanjatkan sesuai dengan kehendak Allah yang sempurna.

1Yoh 5:14   Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.

Salah satu permohonan dalam pola doa Yesus, Doa Bapa Kami, membenarkan prinsip ini, "Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga" ( Mat 6:10; bd.  Luk 11:2; perhatikan doa Yesus sendiri di Taman Getsemani,  Mat 26:42). Dalam banyak hal kita mengetahui kehendak Allah karena Ia telah menyatakannya dalam Alkitab. Kita bisa yakin bahwa setiap doa yang sungguh-sungguh dilandaskan pada janji-janji Allah dalam Firman-Nya akan benar-benar efektif. Elia yakin bahwa Allah Israel akan menjawab doanya dengan api dan kemudian dengan hujan karena firman nubuat Tuhan telah sampai kepadanya (1Raj 18:1), dan ia sangat yakin bahwa tidak ada satu pun dewa kafir yang lebih besar atau setingkat kuasanya dengan Tuhan Allah Israel (1Raj 18:21-24).

Pada saat lain, kehendak Allah menjadi jelas hanya waktu kita dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mencarinya; kemudian ketika kita sudah mengetahui kehendak-Nya mengenai hal tertentu, kita dapat berdoa dengan keyakinan dan iman bahwa Allah akan menjawab

Kita bukan hanya harus berdoa sesuai dengan kehendak Allah, kita juga harus berada dalam kehendak Allah itu jikalau kita mengharapkan Dia mendengar dan menanggapi kita. Allah akan memberikan hal-hal yang kita minta dari-Nya hanya jika kita mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Rasul Yohanes dengan tegas menyatakan,

1Yoh 3:22  dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.

Menaati perintah-perintah Allah, mengasihi, dan menyenangkan-Nya merupakan syarat-syarat mutlak agar menerima jawaban atas doa-doa kita. Ketika Yakobus menulis bahwa doa orang benar sangat besar kuasanya, yang dimaksudkannya ialah baik seorang yang telah dibenarkan karena imannya kepada Kristus maupun yang hidupnya benar, takut, dan taat kepada Allah  —  seperti nabi Elia (Yak 5:16-18; bd. /Mazm 34:14-15).

Bahkan dalam PL telah ditekankan hal yang sama. Allah menjelaskan bahwa doa-doa Musa bagi orang Israel itu efektif karena ketaatannya dalam hubungan dengan Tuhan dan kesetiaan Musa kepada-Nya

Sebaliknya, pemazmur mengatakan bahwa jikalau ada niat jahat dalam hati, Tuhan tidak akan mendengarkan doa kita.

Mzm 66:18  Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.

Sikap semacam inilah yang menjadi alasan utama Tuhan tidak mendengarkan doa orang Israel yang menyembah berhala dan jahat (/Yes 1:15). Tetapi apabila umat Allah bertobat dan meninggalkan semua kebiasaan buruk mereka, Tuhan berjanji akan mendengarkan mereka kembali, mengampuni dosa-dosa mereka dan memulihkan negeri mereka ( 2Taw 7:14; bd. / 2Taw 6:36-39; Luk 18:14). Perhatikan bahwa doa imam besar untuk memohon pengampunan bagi dosa-dosa bangsa Israel pada Hari Pendamaian tidak akan didengar sebelum keadaannya yang berdosa disucikan ( Kel 26:33)

    
IV.             DIPANJATKAN DENGAN TEKUN

Akhirnya, agar doa kita efektif kita haruslah tekun. Inilah pokok utama dalam perumpamaan janda yang gigih ( Luk 18:1-7)

1  Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
2  Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
3  Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
4  Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,
5  namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
6  Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
7  Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?

Selanjutnya petunjuk Yesus untuk "meminta  …  mencari  …  mengetuk" (Mat 7:7-8) mengajarkan ketekunan dalam berdoa



Mat 7: 7   "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
8  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

Demikian juga dengan  Rasul Paulus juga mendorong kita untuk bertekun dalam doa

Kol 4:2   Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.

1Tes 5:17  Tetaplah berdoa.

Demikian pula, orang kudus PL menyadari prinsip ini. Misalnya, hanya selama Musa bertekun dalam doa dengan mengangkat tangan kepada Allah orang Israel menang dalam peperangan melawan bangsa Amalek

Setelah Elia menerima firman nubuat bahwa akan hujan, ia tetap berdoa hingga hujan itu tiba (1Raj 18:41-45). Dalam suatu peristiwa sebelumnya, nabi yang ternama ini berdoa dengan gigih dan sungguh-sungguh bahwa Allah akan memberikan hidup kembali kepada putra janda di Sarfat yang telah mati hingga Tuhan menjawab doanya (1Raj 17:17-23).

Jadi, berdasarkan sejumlah kutipan dari PL dan PB, kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan Kristen yang normal itu identik dengan kehidupan yang bertekun dalam doa.
Itu bukan lantas berarti bahwa doa menjadi satu-satunya hal yang kita lakukan – ibarat seorang suami disebut berdedikasi jika ia menghabiskan seluruh waktunya dengan bercengkerama bersama sang istri. Sebaliknya, dedikasi sang suami kepada sang istri selayaknyalah memengaruhi segala aspek dalam hidupnya dan membuat dia memberikan seluruh keberadaannya kepada sang istri dalam beraneka cara.
Jadi, bertekun dalam doa tidak berarti bahwa berdoa kemudian menjadi satu-satunya kegiatan kita (sekalipun pada bagian lain, Rasul Paulus mengatakan, “tetaplah berdoa” [atau, “berdoalah tanpa henti”], 1 Tesalonika 5:17). Ini berarti ada sejenis pola berdoa yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai bertekun dalam doa. Dan itu tidak akan sama bagi setiap orang. Sebaliknya itu pasti merupakan sesuatu yang signifikan. Bertekun dalam doa pastilah berbeda dengan tidak bertekun dalam doa. Dan Allah jelas memahami perbedaan itu. Ia akan meminta pertanggungjawaban kita: sudahkah kita bertekun dalam doa? Apakah Anda memiliki sejenis pola berdoa yang layak disebut sebagai “bertekun dalam doa”?
Saya pikir mayoritas kita akan setuju bahwa ada beberapa pola berdoa yang tidak layak disebut sebagai “bertekun dalam doa.” Berdoa hanya pada saat krisis menghampiri hidup kita jelas tidak termasuk dalam pola bertekun dalam doa. Berdoa hanya pada waktu makan merupakan sebuah pola, tetapi apakah itu memiliki sesuai dengan imbauan Rasul Paulus kepada jemaat untuk “bertekun dalam doa”? Doa pendek “Aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur” pada malam hari juga tidak identik dengan pola “bertekun dalam doa.” Doa spontan, “Tolong saya, Tuhan” di mobil saat Anda membutuhkan tempat parkir juga bukan merupakan pola “bertekun dalam doa.” Semua itu baik. Tetapi saya pikir kita semua setuju bahwa Rasul Paulus mengharapkan sesuatu yang lebih dan berbeda dari para pengikut Kristus ketika ia mengimbau, “Bertekunlah dalam doa.”
Amin

No comments:

Post a Comment