HATI YANG BERKENAN
DIHADAPAN ALLAH
OLEH: I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
1 Sam 16: 7 Tetapi
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat
manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi
TUHAN melihat hati."
Dikatakan
bahwa Tuhan bukan melihat elok paras dan tinggi perawakan tapi Tuhan melihat
hati. Artinya Tuhan memiliki kriteria hati yang berkenan kepadanya.
Berikut
adalah 4 macam hati yang berkenan kepada Allah
I.
HATI YANG LAPANG
Kata
“lapangan”berasal dari kata “lapang” ditambah akhiran “an”.Lapang sendiri
berarti luas.
Istilah
hati yang lapang adalah legowo/iklas. Menerima dan mensyukuri setiap hal yang
Tuhan beri.
Berikut
ini ada dua contoh dalam Alkitab tetang oraeng yang memiliki hati yang lapang.
a. Iklas
menerima kekurangan diri
Para
ahli umumnya menarik kesimpulan bahwa postur tubuh Daud bukanlah postur ideal
bagi orang Israel Zaman itu. Itulah alasan Daud tidak dijadikan tentara sebagaimana
saudara Daud yang lainnya.
Perawakan
Daud itu tidak tinggi, banyak yang bilang bahwa tingginya hanya 150-170 cm.
Namun demikian dia tidak pernah menyesali keadaan tersebut. Sebalikanya ia
melihat dirinya adalah karya seni Tuhan (Mazmur 139:13-14).
Maz 139: 13 Sebab
Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena
kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar
menyadarinya.
Kekurangan pada dirinya tidak menutup mulutnya untuk
bersyukur.Justru karena tubuhnya kecil itu kuasa Tuhan menjadi nyata terlihat.
Seandainya ada orang setinggi dan sebesar goliat
bisa mengalahkan singa atau beruang otomatis orang akan mengatakan hal itu
sebagai sesuatu yang wajar, karena orang tersbut lebih besar dari singa atau
beruangnya. Tapi kalau ada orang kecil yang melakukan hal tersebut, maka pasti
ada kuasa lain dibelakangnya. Dibalik kelemahan dan kekurangan Daud kuasa Tuhan
menjadi nyata.
Hal ini juga dinyatakan oleh Paulus. Ia kuat saat ia
lemah.
2Kor 12:10 Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di
dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
b.
Iklas
Menerima apapun yang Tuhan Izinkan terjadi.
Ketika Allah mengambil harta dan anak-anak Ayub,
Ayub iklas.
Ayub 1:21-22
21 katanya: "Dengan
telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan
kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!"
22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh
Allah berbuat yang kurang patut.
Hal ini hanya dimungkinkan bagi orang yang memiliki
hati yang lapang.
Selanjutnya ketika kesehatan Ayub diambil, tidak ada
kepahitan dalam hatinya terhadap Allah.Hal yang berbeda dengan sikap istrinya.
Ayub 2:9-10
9 Maka berkatalah
isterinya kepadanya: "Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
10 Tetapi jawab Ayub
kepadanya: "Engkau
berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari
Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub
tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada
suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang
yang tidak berbahagia.
Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua
masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu
mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini
dan katakan bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.
“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu
sambil meludah kesamping.
Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya
berjalan ke tepi telaga didalam hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang
itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang
tenang itu.
Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke
dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari
adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga
ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak
Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam
didalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak
muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu.
“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam,
tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang
akan tetap selalu sama.”
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat
tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari
perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati
kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada
satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah
wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung
segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana
telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan
kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama
belajar hari itu. Dan Pak Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam
garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan
jiwa…
APLIKASI
-
Banyak
orang yang marah pada Tuhan karena kekurangan yang ada pada dirinya.
Contoh
Nowela adalah orang cadel. Dulu ia menanam talentanya karena kekurangannya
yaitu cadel. Sekarang ia memiliki hati yang lapang bahkan ia menerima atau
melihat bahwa cadelnya tersebut adalah Anugrah. Akhirnya ia sebagai pemenang
pertama Indonesia Idol.
-
Banyak
Orang Kristen seperti istri Ayub. Marah sama Tuhan. Kalau istri ayub masuk akal
kalau dia marah karena apa yang mereka alamai serentak dan bertubi-tubi. Tapi
kalau baru panen sedikit, rezeki sedikit sudah marah sama Tuhan, Rhoma irama bilang “terlalu”
II.
HATI YANG
LEMBUT
Musa disebutkan dalam Alkitab
sebagai orang yang lembut hatinya .
Bil 12:3 Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap
manusia yang di atas muka bumi (TB).
Kata “lembut” alam ayat ini menggunakan kata “ונע
‘anav” yang berarti “meek; humble ; poor , lowly.Sehingga tidak heran
terjemahan lain menggunakan istilah yang berbeda-beda.
BIS………..Bil
12:3 Musa adalah orang yang sangat rendah hati, melebihi semua
orang yang hidup di bumi ini
FAYH……..Bil
12:3 Adapun Musa seorang yang paling rendah hati di dunia
Nu 12:3 (Now the man Moses was very humble, more than all men
who were on the face of the earth (NKJV)
Nu 12:3 now the man Moses was very meek, more than all men
that were on the face of the earth (RSV)
Orang sering menyempitkan
pengertian kerendahan hati, sebagai tidak sombong. Pengertian ini memang tidak
salah, namun bisa mengakibatkan kekaburan makna.
Kerendahan hati dalam
bahasa Latin disebut humilitas. Kata ini berasal dari kata humus, artinya: tanah.
Kata ini mau mengatakan bahwa orang menjadi rendah hati kalau ia menyadari
asal-usul dirinya. Ia hanyalah debu tanah yang kotor. Pengenalan diri yang
sejati akan selalu membawa manusia kepada sikap memuliakan Tuhan, Pencipta-Nya.
Allah yang Mahabesar telah sudi mengangkat manusia yang kecil, hina, dan kotor
menjadi anak-anak-Nya sendiri. Dari kesadaran inilah mengalir sikap bakti dan
pelayanan yang sejati dari orang-orang yang rendah hati. Jadi semangat
kerendahan hati selalu disertai semangat pelayanan.
Di sini kita dapat
melihat bahwa sebenarnya kerendahan hati itu tidak hanya sekedar berarti tidak
angkuh atau tidak sombong. Artinya yang lebih dalam bersifat sangat aktif dan
dinamis. Orang yang rendah hati sadar akan segala kelemahan dan keterbatasannya.
Namun, ia sekaligus sadar pula akan segala kekuatan dan kemampuan Tuhan yang
ada di dalam dirinya.
Apakah kita pernah berpikir bahwa penulis pernyataan
terkenal Musa lebih rendah hati daripada semua orang lain di bumi adalah Musa
sendiri? Musa menulis lima kitab
pertama Alkitab, Kitab Bilangan adalah yang nomor tiga. Jika kita tidak
berpikir tentang hal ini sebelumnya, ide tersebut biasanya sedikit mengejutkan.
Sebenarnya, hal ini telah begitu mengejutkan beberapa ahli Alkitab sehingga
mereka mengajukan hipotesis bahwa editor yang belakangan dari Kitab Bilangan
pasti sudah menyisipkan komentar itu. Dalam benak mereka, Musa tidak mungkin
cukup congkak untuk menyatakan dirinya sebagai orang yang rendah hati.
Seandainya benar, pernyataan seperti ini pasti langsung membatalkan kerendahan
hatinya.
Mari kita pikirkan hal ini sejenak. Saya percaya ini
adalah masalah yang sangat penting. Dapatkah seseorang yang benar-benar rendah
hati mengakui bahwa dirinya rendah hati dan mengucapkan kepada orang lain?
Mengapa tidak? Pertimbangkan komentar sarjana Alkitab A. A. MacRae tentang
Musa.
Kesalahan tidak disembunyikan atau diabaikan, juga
tidak ada kesederhanaan yang pura-pura mengenai penyajian hal-hal baik persis
sebagaimana adanya. Menulis dibawah inspirasi Roh Kudus. Musa tidak ragu
mencatat dosa dan kelemahannya sendiri, dengan menggunakan bahasa yang paling
jelas. Akan berlawanan sekali dengan objektivitas luar biasa dari Alkitab
apabila ia tidak merekam pula kualitas dirinya yang paling kuat: kerendahan
hatinya.
Pikiran ini membuat saya mengajukan pertanyaan
kepada diri saya sendiri, kualitas pribadi apakah yang saya miliki untuk
menulis sebuah buku lengkap tentang kerendahan hati? Dapatkah orang menulis
buku tentang kerendahan hati apabila ia sendiri tidak rendah hati? Ini
sebenarnya bukanlah pertanyaan yang begitu sulit. Dapatkah seseorang menulis
buku tentang investasi di pasar saham jika ia sendiri sedang bangkrut? Dapatkah
seorang penulis buku tentang diet jika ia sendiri kegemukan dan tidak pernah
sukses denga diet? Dapatkah seseorang menulis buku tentang bagaimana mengasuh
anak sementara anak-anaknya sendiri tumbuh dewasa sebagai pengacau dan berada
di penjara? Sejalan dengan ini, terpikir oleh saya bahwa saya mungkin tidak
boleh berusaha menulis buku tentang kerendahan hati apabila saya sendiri tidak
rendah hati dan apabila saya tidak dapat berfungsi sebagai teladan.
Saya mempunyai beberapa teladan dalam Alkitab untuk
mendukung maksud saya. Seperti sudah saya kemukakan, Musa adalah satu kasus
yang jelas. Yesus dan Paulus adalah dua yang lain. Masing-masing juga
mengatakan diri mereka rendah hati.
Yesus berfirman, "Aku lemah lembut dan rendah
hati" (Matius 11:29). Kata "gentle"
atau "lemah lembut" dalam New
King James Version diterjemahkan "meek"
di beberapa versi lain. Ini berkaitan dengan kata Yunani "prayotes", yang sudah saya sebutkan
dalam bab sebelumnya. Sebenarnya, New
Living Translation memberikan pernyataan, "I am humble and gentle." Yesus, saya sadari, adalah pribadi
kedua dari Trinitas, dan dengan begitu, Tuhan sendiri, tetapi kita masih dapat
mengikuti teladan-Nya. Kita juga harus sanggup berkata, "Aku lemah lembut
dan rendah hati," khususnya karena kedua karakteristik ini terdaftar dalam
Galatia 5 sebagai buah Roh Kudus.
Namun Paulus adalah manusia sebagaimana kita. Dalam
Kitab 2 Korintus, surat dimana
ia paling menegaskan kualifikasinya sebagai rasul, Paulus juga menulis,
"Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu,
tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi
Kristus yang lemah lembut dan ramah" (2Korintus 10:1). Kata "meekness" (lemah lembut) yang
digunakan disini juga berasal dari kata Yunani "prayotes". Kata untuk kerendahan hati. Agaknya Paulus tidak
mengalami masalah mengidentifikasikan diri dengan penegasan Yesus bahwa Ia
rendah hati. Jadi, walaupun Paulus ditinggikan oleh Tuhan sebagai rasul, ia
juga mengakui bahwa satu alasan yang Tuhan lihat cocok untuk melakukan ini
adalah karena ia (Paulus) telah memilih untuk merendahkan diri.
Selanjutnya Daud adalah seorang
yang lembut hatinya, Saat ini ditegur oleh nabi natan ia langsung menerima
Firman Tuhan tersebut dan bertobat. Pertobatan Daud tersebut bisa dilihat dari
Mazmur 51. Respon yang begitu luar bisa terhadap teguran FT adalah bukti kelembutan
hati Daud.
·
Dalam
Lukas 8:4-15 diperlihatkan bahwa respon terhadap FT adalah bukti atau tanda
hati yang subur dan lembut.
·
Daud
juga adalah pemaaf. Ia tidak dendam pada Saul meskipun ia punya kesempatan dua
kali untuk membunuh Saul yaitu di gua Adulam dan padang gurun Sif. Ketika Saul
mati ia berkabung. Hal ini membuktikan bahwa hatinya lembut, karena meresponi
FT dan juga pengampun.
·
Dikeluarga
daud ia juga ditolak oleh keluarganya (Mazmur 27:10)
Meek=lembut
(penurut)
III.
HATI YANG BULAT
Kis 8:6 Ketika orang
banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang
diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya
itu.
Kis 15:25 Sebab itu
dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang
kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi,
Ul 4:29 Dan baru di sana
engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
Ul 6:5 Kasihilah TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu.
Mat 22:37 Maka kata ‘Isa
kepadanya, "’Hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat
hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segala ingatanmu.’ (SB)
Mrk 12:30 maka hendaklah
engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat
hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan sepenuh akal-budimu, dan
dengan segala kuatmu. (TL)
Bulat
hati adalah istilah lain untuk segenap hati dan totalitas.
Lukas 9 :62, Tetapi
Yesus berkata : setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh kebelakang
tidak layak untuk kerajaan Allah.
Elisa
dalam memulai pelayanannya ia memasak lembu yang dipakainya untuk membajak
dengan bajaknya sebagai kayu api.Hal ini
karena ia total dalam melayani dan mengikut Tuhan.Hal itu dia lakukan karena ia
tidak mau pada akhirnya ia menoleh kebelakang.
1
Raja-Raja 19:19-21
19 Setelah Elia pergi
dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua
belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika
Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya.
20 Lalu Elisa
meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: "Biarkanlah
aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau."
Jawabnya kepadanya: "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah
kuperbuat kepadamu."
21 Lalu berbaliklah ia
dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak
dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu
kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia,
lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Tuhan
tidak berkenan pada bangsa Israel karena masih ingat mesir meskipun Tuhan sudah
diselamatkan dari Mesir. Dengan kata lain bangsa Israel suka menoleh
kebelakangadalah penyebab mereka tidak masuk tanah kanaan.
Dalam
Yohanes 21:15-19, Yesus menanyakan kebulatan hati Petrus dalam mengasihi,
sampai hal itu ditanyakan tiga kali oleh Yesus. Pertanyaan “Do you truly Love
Me more than these” senantiasa dikaitkan dengan perintah untuk melayani. Hal
ini karena hanya hati yang bulat yang berkenan pada Allah. Full heart adalah
syarat dalam melayani yang berkenan kepada Allah.
IV.
HATI
YANG LURUS
Kis
8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam
perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.
·
Hati
yang lurus berbicara motivasi.
·
Matius
4:18-22, Petrus dan kawan kawan dipanggil oleh Yesus. Mereka langsung
meninggalkan segalanya, tapi belum dengan motivasi yang murni.
18 Dan ketika Yesus
sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu
Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan
jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
19 Yesus berkata kepada
mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan
kamu akan Kujadikan penjala manusia."
20 Lalu merekapun segera
meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
21 Dan setelah Yesus
pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak
Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang
membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
22 dan mereka segera
meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Beberapa
waktu kemudian Petrus menanyakan upah yang akan mereka terima karena telah
mengikut Yesus. Pertanyaan ini menunjukan motivasi Petrus sekian lama dalam
mengikut Yesus
Matius
19 :27, 27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada
Yesus: "Kami ini telah meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia
bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk
juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa
atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat
dan akan memperoleh hidup yang kekal.
Matius
16:21-28,Petrus ditegur keras oleh Yesus karena menegur Yesus tentang
penderitaannya yang akan Dia alami. Semua itu didorong oleh motivasinya yang
tidak lurus yaitu harta dan tahta.
Kisah
Para Rasul 8:14-24, Simon ditegur oleh Petrus karena motivasi ingin memiliki
karunia seperti para rasul dinodai dengan hati yang tidak lurus (ayat 21).
Hati yang tak lurus
tidak diperkenan Tuhan.
Yes 57:2 dan ia masuk ke tempat damai; orang-orang
yang hidup dengan lurus hati mendapat
perhentian di atas tempat tidurnya.
Hab 2:4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi
orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
Kis 8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara
ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.
AMIN
No comments:
Post a Comment