RAHASIA BERSYUKUR
OLEH; I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
Ef
5:20 Ucaplah
syukur senantiasa atas segala sesuatu
dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
Ef
5:20 Selalu dan mengenai apa pun juga,
hendaklah kalian mengucap terima kasih kepada Allah Bapa, atas nama Yesus
Kristus Tuhan kita.(BIS)
Kata
“senantiasa” dalam ayat diatas menggunaan kata “παντοτε” (pantote) mengunakan bentuk present active
participle = present continous actives yaitu satu format terus-menerus. Kata “παντοτε” (pantote) dalam TB diterjemahkan menjadi: sediakala 1
kali, selalu 16 kali , selama-lamanya 1kali , senantiasa 14 kali, setiap kali 3
kali, setiap waktu 1kali, terus-menerus 1kali.
Disini kita tahu bahwa sebenarnya hidup orang Kristen harus
penuh dengan ucapan syukur. Perintah Tuhan adalah “Bersyukur senantiasa”
berarti bahwa sepanjang waktu kita harus bersyukur. Tidak bisa hari senin
sampai sabtu mengeluh dan mengomel, tapi hari minggu bersyukur. Setiap hari,
setiap jam, setiap waktu harus diwarnai dengan syukur.
Namun kenyataannya banyak orang Karisten tidak dapat hidup
seperti apa yang Alkitab katakan, mereka hidup penuh dengan sungut-sungut dan
pengeluhan sebagai akibat tekanan
kesulitan dan penderitaan.
Selanjutnya mengucap
Syukur adalah perintah dan kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pilihan, tidak
ada “jikalau” atau “kalau” atau “kalau ada waktu” . Tuhan memberi perintah untuk
mengucap syukur “dalam segala hal” artinya seluruh aspek kehidupan manusia,
situasi dan kondisi yang kita hadapi dan alami harus senantiasa diwarnai dengan
syukur.
Mengucap syukur
dalam keadaan baik semua orang bisa melakukannya. Tetapi mengucap syukur dalam
segala hal tidak semua orang bisa melakukannya. Kita akan lebih mudah
bersungut-sungut dari pada mengucap syukur bila keadaannya buruk. Bukan berarti
kita mengucap syukur atas pekerjaan iblis yang dilancarkan kepada kita atau
mengucap syukur atas malapetaka atau kemalangan yang menimpa kita. Bukan! Kita
mengucap syukur bukan pada keadaannya tetapi mengucap syukur kepada Tuhan bahwa
sekalipun keadaannya buruk Dia pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya
kepada kita.
Bagaimana dengan Saudara
dan saya? Apakah keadaan yang buruk sanggup menghentikan mulut kita untuk mengucap syukur?
Untuk itu pada
kesempatan kali ini kita akan belajar tentang rahasia bisa bersyukur senantiasa
dan dalam segala keadaan.
I.
MILIKILAH STANDART RASA CUKUP YANG
RENDAH
Salah satu tokoh dalam Alkitab yang bisa bersyukur senantiasa dalam
segala keadaan adalah Rasul Paulus. Hal ini Paulus katakan sendiri ketika Ia
dalam 1 Kor 1:4.
1Kor
1:4 Aku
senantiasa mengucap syukur kepada
Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu
dalam Kristus Yesus.
Hal ini menjadi dasar dia mengajak kita untuk senaniasa bersyukur karena
hal itu sudah terlebih dahulu dia lakukan. Bersyukur dalam segala keadaan
bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan, karena hal ini sudah dibuktikan
dalam kehidupan Paulus. Melalui Roh Kudus, Tuhan memberi kita energi untuk
dapat bersyukur dalam segala hal.
Namun selain dari bagian Tuhan yang memampukan kita untuk bersyukur, ada
yang menjadi bagian kita supaya pada akhirnya kita bisa bersyukur dalam segala
hal. Untuk itu kita akan belajar dari Paulus mengenai rahasia tersebut. Dalam 1
Tim 6:8 Paulus mengatakan:
1Tim
6:8 Asal
ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Dari ayat ini
terlihat bahwa Paulus mempunyai standar rasa cukup yang rendah. Artinya bahwa
“rasa cukupnya” hanya asal ada makanan dan pakaian. Standart rasa cukup Paulus bukan “asal ada
makanan enak dan berlimpah” atau “asal ada pakaian yang bagus dan banyak” akan
tetapi yang ia katakan adalah asal ada makanan dan pakaian. Standar rasa cukup
yang rendah semacam inilah yang membuat Paulus bisa bersyukur senantiasa dan
dalam segala hal. Artinya Paulus dengan mudahnya bisa bersyukur, karena cukup
ada makanan dan pakaian maka syukur akan keluar dari mulutnya.
Demikian juga
dengan kita, hanya dengan standart rasa
cukup yang rendah seperti Pauluslah orang Kristen sekarang ini akan bisa
bersyukur dalam segala keadaan. Seandainya standart rasa cukup kita adalah”asal
ada makanan untuk 7 turunan, asal ada pakaian segala merek terkenal yang tidak
habis dipakai seumur hidup, asal ada mobil mewah di garasi, asal ada rumah
mewah di setiap kota di dunia, asal punya 7-9 istri seperti Eyang Subur, maka
ini adalah standart rasa cukup yang sangat tinggi. Standart rasa cukup yang
sangat tinggi akan membuat seseorang tidak pernah merasa cukup, dan orang yang
tidak mempunyai rasa cukup tidak akan bisa untuk bersyukur senantiasa dan
bersyukur dalam segala keadaan.
Dalam dunia
ini ada 3 kelompok orang dalam kaitannya dengan bersyukur.
-
Orang
yang tidak mau bersyukur adalah orang-orang
yang tidak memiliki rasa cukup atau rasa puas.
-
Orang-orang
yang kadang-kadang bersyukur, adalah
orang yang mempunyai tingkat atau standart rasa cukup yang tinggi.
-
Orang
yang bersyukur senantiasa adalah orang-orang yang memiliki standart rasa cukup
yang rendah.
Jadi,
standart rasa puas atau rasa cukup adalah hal yang sangat menentukan agar bisa
bersyukur senantiasa.
Dalam
Alkitab “rasa puas/Rasa cukup” bukan hanya berbeda-beda antara satu orang
dengan yang lainnya, malahan ada orang yang tidak punya rasa puas atau rasa
cukup tersebut. Pemicu utama dari hilangnya rasa puas/rasa cukup itu adalah
cinta uang.
Pkh 5:9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa
mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
Pengkhotbah mengatakan bahwa orang yang cinta uang akan tidak
puas dengan uang. Ini berarti bahwa cinta uang
akan membuat kita kehilangan “rasa puas” atau “rasa cukup”.
Kata ”puas” dalam ayat
ini adalah “עבשׂ” (saba) atau “ עבשׂ” (sabea) dalam bahasa Ibraninya. Kata
ini bisa berarti “puas” tapi bisa juga berarti “cukup”. Hal ini bisa juga kita
lihat dalam terjemahan FAYH.
Pkh 5:9 Orang yang mencintai uang tidak akan pernah merasa mempunyai
cukup uang. Bodoh sekali jika orang
beranggapan bahwa kekayaan mendatangkan kebahagiaan.(FAYH)
Dengan demikian, ini
berarti bahwa orang yang cinta uang akan tidak pernah merasa puas atau tidak
akan pernah merasa cukup. Hal ini bisa digambarkan dengan seseorang yang haus
tapi seberapa banyakpun air yang diminumnya tidak bisa menghilangkan dahaganya. Demikianlah orang yang cinta uang,
mereka akan kehilangan “rasa puas/rasa cukup”. Apapun yang mereka peroleh dan
sebanyak apapun mereka memperolehnya, semuanya itu tidak akan membuat mereka
puas atau cukup.
Hal seperti ini pernah dialami oleh Bangsa Isarel, ketika
mereka dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Di padang Gurun mereka kehilangan rasa
puas/cukup meski makanan masih ada dalam mulut mereka (Maz 78:27-30).
Maz 78:27-30
27 Ia menurunkan kepada mereka hujan daging
seperti debu banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut;
28 Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan
mereka, sekeliling tempat kediaman itu.
29 Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia
memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan.
30 Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut
mereka;
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar
mengucapkan doa Bapa kami: “Berikanlah
kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Rasa cukup dalam teks yunaninya
adalah “autarkeias” yang berarti
self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan). Autarkeias
hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Cinta uang bisa membuat kepuasan pribadi (self-satisfaction)
manusia menjadi hilang sehingga apapun yang sudah diperoleh dan berapa
banyakpun yang diperolehnya tidak akan pernah bisa membuat ia berkata “cukup”.
Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata
air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata
air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya,
sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata
“cukup“. Seketika si petani
terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya.
Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya
penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus
mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya,
bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar
untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir
hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak
pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali
adalah kata “cukup“. Kapankah kita
bisa berkata cukup? Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah
persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang masih
memiliki rasa cukup, dan rasa cukup ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak
mencintai uang.
Karena itu milikilah rasa cukup agar kita bisa bersyukur, dan
milikilah standar rasa cukup yang rendah agar kita bisa bersyukur senantiasa
dan dalam segala keadaan.
II.
PERCAYALAH BAHWA TUHAN TIDAK
PERNAH SALAH KARENA DIA ADIL DAN BENAR
Satu lagi tokoh Perjanjian Lama yang bisa bersyukur
dalam segala keadaan adalah Daud. Mengapa saya katakan demikian? karena Daud
banyak sekali menuliskan tentang mazmur yang bertemakan syukur. Dan bukan itu
saja, ternyata Daud juga bisa bersyukur meski dia saat sedang difitnah. Saat itu ia sedang dituduh atau difitnah oleh
Kusy seorang suku benyamin.
Mazmur
7:1-18 tidak menjelaskan tuduhan apa yang dilakukan Kusy, si orang Benyamin,
terhadap Daud. Nama ini tidak muncul di tempat lain dalam Alkitab. Namun mungkin
sekali tuduhan Kusy sama seperti tuduhan beberapa orang keturunan Saul, yakni
bahwa:
-
Daud telah membunuh Saul dan merampas
takhtanya (2Sam 16:5-8)
5 Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim,
keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera.
Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.
6 Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya
dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri
kanannya.
7 Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk:
"Enyahlah,
enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila!
8 TUHAN
telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan
menjadi raja,
TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya,
engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah."
-
Daud memperlakukan keturunan
Saul dengan tidak adil ( 2Sam 20:1).
2
Sam 20: 1 Kebetulan ada di sana seorang
dursila, bernama Seba bin Bikri, orang Benyamin. Ia meniup sangkakala serta
berkata: "Kita tidak memperoleh bagian
dari pada Daud. Kita tidak memperoleh
warisan dari anak Isai itu. Masing-masing ke kemahnya, hai orang Israel!"
Menghadapi
fitnahan Kusy, yang Daud lakukan pertama kali adalah mencari perlindungan pada
Tuhan (Mazm 7:1-10). Daud tahu
bahwa ia tidak bersalah seperti tuduhan Kusy. Oleh karena itu permohonan Daud
adalah agar Tuhan bertindak adil menyatakan kebenarannya (Mazm 7:3-5), serta menghukum mereka
yang memperlakukan dia secara tidak adil (Mazm 7:6). Keadilan Tuhan akan menempatkan masalah secara
proporsional dan tepat. Tuhan yang Mahaadil dapat diandalkan karena tidak ada
yang dapat ditutupi di hadapan Tuhan. Tuhan juga akan membongkar kejahatan
mereka yang memfitnah Daud. Tuhan dalam keadilan-Nya dapat membalikkan rencana jahat
mereka menimpa diri mereka sendiri (
Mazm 7:12-16).
Dimulai
dengan seruan minta tolong pada Tuhan, mazmur ini ditutup dengan ucapan syukur
Daud karena Tuhan pasti berlaku adil terhadap dirinya dan orang-orang jahat
yang memusuhinya.
Mzm 7:18 Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena
keadilan-Nya, dan bermazmur bagi nama TUHAN, Yang
Mahatinggi.
Kata
“keadilan” dalam ayat ini menggunakan kata “קדצ” (tsedeq) dalam bahasa
Ibraninya. Kata ini sebenarnya mempunyai beberapa arti diantaranya: adil, keadilan, benar, kebenaran.
Dengan
demikian ketika Daud difitnah dia tetap
bisa bersyukur karena dia percaya pada Tuhan yang adil dan benar. Daud percaya
bahwa Tuhan tidak pernah salah. Keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah salah inilah
yang membuat Daud bisa bersyukur dalam segala hal, yaitu bahkan saat dia sedang
dituduh dan difitnah.
Seperti
apa rasanya dituduh melakukan sesuatu yang Anda tidak perbuat? Apalagi kalau
tuduhan itu digemakan seakan-akan sudah terbukti. Bukankah fitnah seperti itu
merusak dan membunuh karakter? Bagaimanakah kita bisa tetap bersyukur dalam
kondisi semacam itu?
Jawabannya
adalah percayalah bahwa Yesus tidak pernah salah. Hanya orang yang percaya
bahwa Yesus adil dan benar (tidak pernah salah) yang bisa bersyukur dalam
segala keadaan.
Yesus
tidak pernah salah bukan Cuma dalam urusan dalam menghakimi. Apapun yang kita
alami, adalah bukti bahwa Yesus tidak pernah salah.
-
Ia
tidak pernah salah ketika ia menaruh jemaat kritis disekitarmu. Itu adalah cara
Tuhan membuat engkau sebagai pendeta atau pemimpin jemaat rajin belajar.
-
Ia
tidak pernah salah ketika memangkas atau mengambil pekerjaan, sahabat, harta,
kedudukan dsb karena dia adil dan benar.
-
Ia
tidak pernah salah disaat kita tidak menuai apa yang kita tabur, karena Tuhan
adil dan benar.
Dengan mengimani bahwa Tuhan
tidak pernah salah, bahwa Dia adil dan benar, maka dalam segala hal kita akan
bisa bersyukur. Segala hal yang terjadi dalam hidup kita berada dalam
kendalinya yang adalah adil dan benar.
Mzm 119:62 Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas
hukum-hukum-Mu yang adil.
III.
PERCAYA BAHWA TUHAN ITU BAIK
Dasar bagi
seseorang untuk mengucap syukur adalah kasih setia dan kebaikan Tuhan. Hal ini juga yang menjadi alasan orang Israel
untuk bersyukur.
1Taw 16:34 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya.
Mzm 106:1 Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya.
Mazmur 100: 4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan
puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap
turun-temurun.
Sebaliknya yang
membuat bangsa Israel berhenti bersyukur dan mulai bersunggut-sungut adalah
karena mereka mulai meragukan kebaikan dan kasih setia Allah. Pada prinsipnya
meragukan kebaikan Allah sama saja dengan menganggap bahwa Allah yang baik itu
telah berubah menjadi Allah yang tidak baik (Allah yang jahat).
Bilangan pasal 11 menyingkapkan
gambaran tentang apa yang Allah dan Musa harus hadapi ketika berusaha menuntun
umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. "Pada suatu kali
bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan..." Bukan hanya Musa yang
harus mendengar keluhan mereka, tetapi Tuhan juga.
Bil 11:1 Pada suatu kali
bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian
menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan.
5 Kita teringat kepada ikan yang kita makan di
Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei,
bawang merah dan bawang putih.
6 Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada
sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."
7 Adapun manna itu seperti ketumbar dan
kelihatannya seperti damar bedolah.
Orang Israel bersungut-sungut karena
pemahaman mereka telah berubah dari Allah yang baik menjadi Allah yang kurang
baik atau Allah yang tidak baik. Perubahan cara memandang Allah inilah yang
menjadi penyebab utama berubahnya syukur menjadi sungut-sungut.
Seharusnya kita memahami bahwa Allah itu
baik. Manusia yang jahat saja bisa memberikan yang baik pada anak-anaknya,
apalagi Bapa yang baik. Ia akan memberikan bukan hanya apa yang baik, tapi yang
terbaik.
Matius 7:8-11
8 Karena setiap orang yang meminta, menerima
dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya
pintu dibukakan.
9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya,
jika ia meminta roti,
10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Mari kita menghitung kebaikanNya. Kalau dikalkulator
akan “error” karena tidak dapat menghitung kebaikan Tuhan. Percayalah bahwa
Allah adalah Bapa yang baik, sehingga kita tidak akan mengukur kebaikan Tuhan
dari apa yang kita alami, tapi pada keyakinan kita pada sifat Allah yang baik.
Dengan demikian kita akan bisa bersyukur dalam segala keadaan.
IV.
FOKUS PADA APA YANG ADA JANGAN
PADA APA YANG TIDAK ADA
Selanjutnya
penulis Ibrani menganjurkan kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada
pada kita.
Ibr 13:5 Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah
dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan
engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Penulis
ibrani mengatakan “cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”, dia tidak
mengatakan bahwa “cukupkanlah dirimu dengan apa yang tidak ada padamu. Penulis
Ibrani mengajak pembacanya untuk fokus pada apa yang ada, bukan pada apa yang
tidak ada. Orang yang fokus pada apa yang ada akan bisa bersyukur dalam segala
keadaan.
Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang
malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki
suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku
berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, "Ini adalah Seksi
Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati
tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah
seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui
koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku
berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan
dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang
masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang
kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu
banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke
bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".
"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita
syukuri", tanyaku. Malaikat-ku menjawab,
-
"Jika engkau mempunyai makanan di lemari es,
pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur,
maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."
-
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu,
dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."
-
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di
komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan
itu."
-
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan
lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada
begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari
ini."
-
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan
dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan
yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di
dunia".
-
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada
dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat
jarang."
-
"Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engkau
termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat
dari manapun."
-
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan
tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan
semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."
-
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa,
'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak
nikmat kepadamu ."
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih."Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anug'rah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi."
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih."Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anug'rah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi."
No comments:
Post a Comment