Wednesday, April 8, 2015

RAHASIA BERSYUKUR



RAHASIA BERSYUKUR
OLEH; I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH

Ef 5:20  Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita

Ef 5:20  Selalu dan mengenai apa pun juga, hendaklah kalian mengucap terima kasih kepada Allah Bapa, atas nama Yesus Kristus Tuhan kita.(BIS)

Kata “senantiasa” dalam ayat diatas menggunaan kata “παντοτε” (pantote)  mengunakan bentuk present active participle = present continous actives yaitu satu format terus-menerus. Kata “παντοτε” (pantote)  dalam TB diterjemahkan menjadi: sediakala 1 kali, selalu 16 kali , selama-lamanya 1kali , senantiasa 14 kali, setiap kali 3 kali, setiap waktu 1kali, terus-menerus 1kali.

Disini kita tahu bahwa sebenarnya hidup orang Kristen harus penuh dengan ucapan syukur.  Perintah Tuhan adalah “Bersyukur senantiasa” berarti bahwa sepanjang waktu kita harus bersyukur. Tidak bisa hari senin sampai sabtu mengeluh dan mengomel, tapi hari minggu bersyukur. Setiap hari, setiap jam, setiap waktu harus diwarnai dengan syukur.

Namun kenyataannya banyak orang Karisten tidak dapat hidup seperti apa yang Alkitab katakan, mereka hidup penuh dengan sungut-sungut dan pengeluhan sebagai  akibat tekanan kesulitan dan penderitaan.
Selanjutnya mengucap Syukur adalah perintah dan kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pilihan, tidak ada “jikalau” atau “kalau” atau “kalau ada waktu” . Tuhan memberi perintah untuk mengucap syukur “dalam segala hal” artinya seluruh aspek kehidupan manusia, situasi dan kondisi yang kita hadapi dan alami harus senantiasa diwarnai dengan syukur.
Mengucap syukur dalam keadaan baik semua orang bisa melakukannya. Tetapi mengucap syukur dalam segala hal tidak semua orang bisa melakukannya. Kita akan lebih mudah bersungut-sungut dari pada mengucap syukur bila keadaannya buruk. Bukan berarti kita mengucap syukur atas pekerjaan iblis yang dilancarkan kepada kita atau mengucap syukur atas malapetaka atau kemalangan yang menimpa kita. Bukan! Kita mengucap syukur bukan pada keadaannya tetapi mengucap syukur kepada Tuhan bahwa sekalipun keadaannya buruk Dia pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita.
Bagaimana dengan Saudara dan saya? Apakah keadaan yang buruk sanggup menghentikan mulut kita untuk  mengucap syukur?
Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan belajar tentang rahasia bisa bersyukur senantiasa dan dalam segala keadaan.

I.                   MILIKILAH STANDART RASA CUKUP YANG RENDAH
Salah satu tokoh dalam Alkitab yang bisa bersyukur senantiasa dalam segala keadaan adalah Rasul Paulus. Hal ini Paulus katakan sendiri ketika Ia dalam 1 Kor 1:4.

1Kor 1:4  Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.

Hal ini menjadi dasar dia mengajak kita untuk senaniasa bersyukur karena hal itu sudah terlebih dahulu dia lakukan. Bersyukur dalam segala keadaan bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan, karena hal ini sudah dibuktikan dalam kehidupan Paulus. Melalui Roh Kudus, Tuhan memberi kita energi untuk dapat bersyukur dalam segala hal.

Namun selain dari bagian Tuhan yang memampukan kita untuk bersyukur, ada yang menjadi bagian kita supaya pada akhirnya kita bisa bersyukur dalam segala hal. Untuk itu kita akan belajar dari Paulus mengenai rahasia tersebut. Dalam 1 Tim 6:8 Paulus mengatakan:

1Tim 6:8  Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

Dari ayat ini terlihat bahwa Paulus mempunyai standar rasa cukup yang rendah. Artinya bahwa “rasa cukupnya” hanya asal ada makanan dan pakaian.  Standart rasa cukup Paulus bukan “asal ada makanan enak dan berlimpah” atau “asal ada pakaian yang bagus dan banyak” akan tetapi yang ia katakan adalah asal ada makanan dan pakaian. Standar rasa cukup yang rendah semacam inilah yang membuat Paulus bisa bersyukur senantiasa dan dalam segala hal. Artinya Paulus dengan mudahnya bisa bersyukur, karena cukup ada makanan dan pakaian maka syukur akan keluar dari mulutnya.

Demikian juga dengan kita,  hanya dengan standart rasa cukup yang rendah seperti Pauluslah orang Kristen sekarang ini akan bisa bersyukur dalam segala keadaan. Seandainya standart rasa cukup kita adalah”asal ada makanan untuk 7 turunan, asal ada pakaian segala merek terkenal yang tidak habis dipakai seumur hidup, asal ada mobil mewah di garasi, asal ada rumah mewah di setiap kota di dunia, asal punya 7-9 istri seperti Eyang Subur, maka ini adalah standart rasa cukup yang sangat tinggi. Standart rasa cukup yang sangat tinggi akan membuat seseorang tidak pernah merasa cukup, dan orang yang tidak mempunyai rasa cukup tidak akan bisa untuk bersyukur senantiasa dan bersyukur dalam segala keadaan.
Dalam dunia ini ada 3 kelompok orang dalam kaitannya dengan bersyukur.
-          Orang yang tidak mau bersyukur adalah orang-orang  yang tidak memiliki rasa cukup atau rasa puas.
-          Orang-orang yang kadang-kadang bersyukur,  adalah orang yang mempunyai tingkat atau standart rasa cukup yang tinggi.
-          Orang yang bersyukur senantiasa adalah orang-orang yang memiliki standart rasa cukup yang rendah.
Jadi, standart rasa puas atau rasa cukup adalah hal yang sangat menentukan agar bisa bersyukur senantiasa.

Dalam Alkitab “rasa puas/Rasa cukup” bukan hanya berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya, malahan ada orang yang tidak punya rasa puas atau rasa cukup tersebut. Pemicu utama dari hilangnya rasa puas/rasa cukup itu adalah cinta uang.

Pkh 5:9   Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.


Pengkhotbah mengatakan bahwa orang yang cinta uang akan tidak puas dengan uang. Ini berarti bahwa cinta uang  akan membuat kita kehilangan “rasa puas” atau “rasa cukup”.

Kata ”puas” dalam ayat  ini adalah “עבשׂ” (saba) atau “ עבשׂ” (sabea) dalam bahasa Ibraninya. Kata ini bisa berarti “puas” tapi bisa juga berarti “cukup”. Hal ini bisa juga kita lihat dalam terjemahan FAYH.

Pkh 5:9  Orang yang mencintai uang tidak akan pernah merasa mempunyai cukup uang. Bodoh sekali jika orang beranggapan bahwa kekayaan mendatangkan kebahagiaan.(FAYH)

Dengan demikian,  ini berarti bahwa orang yang cinta uang akan tidak pernah merasa puas atau tidak akan pernah merasa cukup. Hal ini bisa digambarkan dengan seseorang yang haus tapi seberapa banyakpun air yang diminumnya tidak bisa menghilangkan  dahaganya. Demikianlah orang yang cinta uang, mereka akan kehilangan “rasa puas/rasa cukup”. Apapun yang mereka peroleh dan sebanyak apapun mereka memperolehnya, semuanya itu tidak akan membuat mereka puas atau cukup.

Hal seperti ini pernah dialami oleh Bangsa Isarel, ketika mereka dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Di padang Gurun mereka kehilangan rasa puas/cukup meski makanan masih ada dalam mulut mereka (Maz 78:27-30).

Maz 78:27-30
27  Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut;
28  Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu.
29  Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan.
30  Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut mereka;

Berkenaan dengan hal ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengucapkan doa Bapa kami: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Rasa cukup dalam teks yunaninya adalah “autarkeias” yang berarti self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan). Autarkeias hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.

Cinta uang bisa membuat kepuasan pribadi (self-satisfaction) manusia menjadi hilang sehingga apapun yang sudah diperoleh dan berapa banyakpun yang diperolehnya tidak akan pernah bisa membuat ia berkata “cukup”.

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup“. Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata “cukup“. Kapankah kita bisa berkata cukup? Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang masih memiliki rasa cukup, dan rasa cukup ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak mencintai uang.

Karena itu milikilah rasa cukup agar kita bisa bersyukur, dan milikilah standar rasa cukup yang rendah agar kita bisa bersyukur senantiasa dan dalam segala keadaan.



II.                PERCAYALAH BAHWA TUHAN TIDAK PERNAH SALAH KARENA DIA ADIL DAN BENAR

Satu lagi tokoh Perjanjian Lama yang bisa bersyukur dalam segala keadaan adalah Daud. Mengapa saya katakan demikian? karena Daud banyak sekali menuliskan tentang mazmur yang bertemakan syukur. Dan bukan itu saja, ternyata Daud juga bisa bersyukur meski dia saat sedang difitnah.  Saat itu ia sedang dituduh atau difitnah oleh Kusy seorang suku benyamin.
Mazmur 7:1-18 tidak menjelaskan tuduhan apa yang dilakukan Kusy, si orang Benyamin, terhadap Daud. Nama ini tidak muncul di tempat lain dalam Alkitab. Namun mungkin sekali tuduhan Kusy sama seperti tuduhan beberapa orang keturunan Saul, yakni bahwa:

-          Daud telah membunuh Saul dan merampas takhtanya (2Sam 16:5-8)

5   Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.
6  Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya.
7  Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: "Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila!
8  TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah."

-          Daud memperlakukan keturunan Saul dengan tidak adil ( 2Sam 20:1).
2 Sam 20: 1  Kebetulan ada di sana seorang dursila, bernama Seba bin Bikri, orang Benyamin. Ia meniup sangkakala serta berkata: "Kita tidak memperoleh bagian dari pada Daud. Kita tidak memperoleh warisan dari anak Isai itu. Masing-masing ke kemahnya, hai orang Israel!"

Menghadapi fitnahan Kusy, yang Daud lakukan pertama kali adalah mencari perlindungan pada Tuhan (Mazm 7:1-10). Daud tahu bahwa ia tidak bersalah seperti tuduhan Kusy. Oleh karena itu permohonan Daud adalah agar Tuhan bertindak adil menyatakan kebenarannya (Mazm 7:3-5), serta menghukum mereka yang memperlakukan dia secara tidak adil (Mazm 7:6). Keadilan Tuhan akan menempatkan masalah secara proporsional dan tepat. Tuhan yang Mahaadil dapat diandalkan karena tidak ada yang dapat ditutupi di hadapan Tuhan. Tuhan juga akan membongkar kejahatan mereka yang memfitnah Daud. Tuhan dalam keadilan-Nya dapat membalikkan rencana jahat mereka menimpa diri mereka sendiri ( Mazm 7:12-16).

Dimulai dengan seruan minta tolong pada Tuhan, mazmur ini ditutup dengan ucapan syukur Daud karena Tuhan pasti berlaku adil terhadap dirinya dan orang-orang jahat yang memusuhinya.

Mzm 7:18 Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan-Nya, dan bermazmur bagi nama TUHAN, Yang Mahatinggi.

Kata “keadilan” dalam ayat ini menggunakan kata “קדצ” (tsedeq) dalam bahasa Ibraninya. Kata ini sebenarnya mempunyai beberapa arti diantaranya: adil, keadilan,  benar, kebenaran.

Dengan demikian ketika  Daud difitnah dia tetap bisa bersyukur karena dia percaya pada Tuhan yang adil dan benar. Daud percaya bahwa Tuhan tidak pernah salah. Keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah salah inilah yang membuat Daud bisa bersyukur dalam segala hal, yaitu bahkan saat dia sedang dituduh dan difitnah.


Seperti apa rasanya dituduh melakukan sesuatu yang Anda tidak perbuat? Apalagi kalau tuduhan itu digemakan seakan-akan sudah terbukti. Bukankah fitnah seperti itu merusak dan membunuh karakter? Bagaimanakah kita bisa tetap bersyukur dalam kondisi semacam itu?

Jawabannya adalah percayalah bahwa Yesus tidak pernah salah. Hanya orang yang percaya bahwa Yesus adil dan benar (tidak pernah salah) yang bisa bersyukur dalam segala keadaan. 
Yesus tidak pernah salah bukan Cuma dalam urusan dalam menghakimi. Apapun yang kita alami, adalah bukti bahwa Yesus tidak pernah salah.

-          Ia tidak pernah salah ketika ia menaruh jemaat kritis disekitarmu. Itu adalah cara Tuhan membuat engkau sebagai pendeta atau pemimpin jemaat rajin belajar.
-          Ia tidak pernah salah ketika memangkas atau mengambil pekerjaan, sahabat, harta, kedudukan dsb karena dia adil dan benar.
-          Ia tidak pernah salah disaat kita tidak menuai apa yang kita tabur, karena Tuhan adil dan benar.
Dengan mengimani bahwa Tuhan tidak pernah salah, bahwa Dia adil dan benar, maka dalam segala hal kita akan bisa bersyukur. Segala hal yang terjadi dalam hidup kita berada dalam kendalinya yang adalah adil dan benar.
Mzm 119:62  Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas hukum-hukum-Mu yang adil.


III.             PERCAYA BAHWA TUHAN ITU BAIK
Dasar bagi seseorang untuk mengucap syukur adalah kasih setia dan kebaikan Tuhan.  Hal ini juga yang menjadi alasan orang Israel untuk bersyukur.

1Taw 16:34  Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Mzm 106:1  Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.


Mazmur 100: 4  Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
5  Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Sebaliknya yang membuat bangsa Israel berhenti bersyukur dan mulai bersunggut-sungut adalah karena mereka mulai meragukan kebaikan dan kasih setia Allah. Pada prinsipnya meragukan kebaikan Allah sama saja dengan menganggap bahwa Allah yang baik itu telah berubah menjadi Allah yang tidak baik (Allah yang jahat).
Bilangan pasal 11 menyingkapkan gambaran tentang apa yang Allah dan Musa harus hadapi ketika berusaha menuntun umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. "Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan..." Bukan hanya Musa yang harus mendengar keluhan mereka, tetapi Tuhan juga.
Bil 11:1  Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan.
5  Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.
6  Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."
7  Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah.
Orang Israel bersungut-sungut karena pemahaman mereka telah berubah dari Allah yang baik menjadi Allah yang kurang baik atau Allah yang tidak baik. Perubahan cara memandang Allah inilah yang menjadi penyebab utama berubahnya syukur menjadi sungut-sungut.
Seharusnya kita memahami bahwa Allah itu baik. Manusia yang jahat saja bisa memberikan yang baik pada anak-anaknya, apalagi Bapa yang baik. Ia akan memberikan bukan hanya apa yang baik, tapi yang terbaik.

Matius 7:8-11
8  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
9  Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
10  atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
11  Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Mari kita menghitung kebaikanNya. Kalau dikalkulator akan “error” karena tidak dapat menghitung kebaikan Tuhan. Percayalah bahwa Allah adalah Bapa yang baik, sehingga kita tidak akan mengukur kebaikan Tuhan dari apa yang kita alami, tapi pada keyakinan kita pada sifat Allah yang baik. Dengan demikian kita akan bisa bersyukur dalam segala keadaan.

IV.             FOKUS PADA APA YANG ADA JANGAN PADA APA YANG TIDAK ADA
Selanjutnya penulis Ibrani menganjurkan kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita.

Ibr 13:5  Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Penulis ibrani mengatakan “cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”, dia tidak mengatakan bahwa “cukupkanlah dirimu dengan apa yang tidak ada padamu. Penulis Ibrani mengajak pembacanya untuk fokus pada apa yang ada, bukan pada apa yang tidak ada. Orang yang fokus pada apa yang ada akan bisa bersyukur dalam segala keadaan.

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, "Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".

"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku. Malaikat-ku menjawab,
-          "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."
-          "Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."

-          "Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."

-          Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."

-          "Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

-          "Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."

-          "Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."

-          "Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."

-          "Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu ."
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih."Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anug'rah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi."

No comments:

Post a Comment