CINTA UANG
OLEH; I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
Cinta
uang dalam bahasa Yunaninya adalah
“φιλαργυρια” (philarguria). Kata “φιλαργυρια” (philarguria) sendiri berasal
dari kata “φιλαργυρος” (philarguros)
yang dalam TB sering diterjemahkan menjadi “hamba uang”. Pada dasarnya kata “φιλαργυρος” (philarguros)
sendiri terdiri dari dua kata yaitu
“φιλος” (philos) yang berarti: “sahabat, bersahabat” dan “αργυρος”
(arguros) yang berarti :” uang” , “perak”.
Dengan
demikian istilah “cinta uang” dan hamba “hamba uang” pada prinsipnya sama. Dan maksud
dari cinta uang ataupun hamba uang tidak hanya terbatas pada uang, tapi
terhadap kekayaan pada umumnya.
Paulus
mengingatkan Timotius sebuah fenomena akhir zaman bahwa pada hari-hari
terakhir manusia akan mencintai diri
sendiri dan menjadi hamba uang disamping dosa-dosa akhir zaman lainnya.
2 Tim 3:1-2
1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba
uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan
menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu
berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
Penulis Kitab
Ibrani juga mengingatkan supaya pembacanya jangan menjadi hamba uang tapi
belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada pada mereka.
Ibr 13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah
telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku
sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Dalam Alkitab
masih begitu banyak ayat yang memperingatkan agar orang kristen jangan menjadi
hamba uang atau cinta uang. Semua
peringatan Alktab ini membuktikan bahwa “cinta uang” adalah sesuatu yang membahayakan orang
percaya itu sendiri.
Pada kesempatan kali ini kita akan
belajar tentang bahaya-bahaya dari cinta uang.
I.
CINTA UANG BISA MEMBUAT KITA KEHILANGAN
RASA PUAS
Pkh
5:9 Siapa
mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak
akan puas dengan penghasilannya. Inipun
sia-sia.
Pengkhotbah mengatakan bahwa orang yang cinta uang akan tidak
puas dengan uang. Mengapa demikian?, karena cinta uang akan membuat kita kehilangan “rasa puas”.
Kata ”puas” dalam ayat
ini adalah “עבשׂ” (saba) atau “ עבשׂ” (sabea) dalam bahasa Ibraninya. Kata
ini bisa berarti “puas” tapi bisa juga berarti “cukup”. Dengan demikian ini
berarti bahwa orang yang cinta uang akan tidak pernah merasa puas atau tidak
akan pernah merasa cukup. Hal ini bisa digambarkan dengan seseorang yang haus
tapi seberapa banyakpun air yang diminumnya tidak bisa menghilangkan dahaganya. Demikianlah orang yang cinta uang,
mereka akan kehilangan “rasa puas/rasa cukup”. Apapun yang mereka peroleh dan
sebanyak apapun mereka memperolehnya, semuanya itu tidak akan membuat mereka
puas atau cukup.
Hal seperti ini pernah dialami oleh Bangsa Isarel, ketika
mereka dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Di padang Gurun mereka kehilangan rasa
puas/cukup meski makanan masih ada dalam mulut mereka (Maz 78:27-30).
Maz 78:27-30
27 Ia menurunkan kepada mereka hujan daging
seperti debu banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut;
28 Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan
mereka, sekeliling tempat kediaman itu.
29 Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia
memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan.
30 Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut
mereka;
Sementara itu Tuhan menghendaki kita merasa cukup dengan apa
yang ada sehingga keinginan kita diisi oleh kerinduan perkara-perkara yang di
atas (Kol 3:1-4).
Dalam 1 Tim 6:8 dikatakan : “Asal ada makanan dan pakaian cukuplah.”
Maksudnya adalah, yang penting bagaimana seseorang dapat menjalani hidup ini.
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengucapkan doa Bapa
kami: “Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya.” Rasa cukup dalam teks yunaninya adalah “autarkeias” yang berarti
self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan). Autarkeias
hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Cinta uang bisa membuat kepuasan pribadi (self-satisfaction)
manusia menjadi hilang sehingga apapun yang sudah diperoleh dan berapa
banyakpun yang diperolehnya tidak akan pernah bisa membuat ia berkata “cukup”.
Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata
air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata
air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya,
sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata
“cukup“. Seketika si petani
terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya.
Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya
penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus
mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya,
bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar
untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir
hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak
pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali
adalah kata “cukup“. Kapankah kita
bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan
sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan
perusahaannya masih dibawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya
kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata
cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan
kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak
perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti
berusaha dan berkarya. “Cukup” jangan
diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata
cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum
kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata
cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.Belajarlah untuk berkata “Cukup“
Selanjutnya apa yang
akan terjadi kalau kita telah kehilangan rasa puas tak pernah bisa berkata
cukup ?
1. Kita akan menjelma menjadi orang
yang serakah.
Kalau “rasa puas” itu sudah tidak ada pada diri
seseorang maka otomatis orang tersebut akan berusaha sedemikian rupa untuk
memuaskan keinginannya. Hal ini akan memicu dan memacu orang tersebut untuk
berusaha sedemikian rupa agar rasa hausnya terpuaskan. Orang yang serakah
adalah orang yang tidak pernah puas. Ia selalu ingin memiliki lebih dari apa
yang sudah dimilikinya, misalnya, ingin lebih banyak uang atau harta. Keinginan
memiliki “lebih” ini tidak ada batasnya sehingga bisa membahayakan dirinya
sendiri dan merugikan orang lain.
Orang serakah tidak akan perduli dengan cara-cara
mereka gunakan dalam mencari uang. Orang yang serakah akan menghalalkan segala
cara bahkan sampai merampas sesuatu yang bukan miliknya. Selain itu mereka juga
tidak peduli dengan waktu. Semua waktu yang diberikan Tuhan dihabiskan untuk
cari uang dan tidak ada waktu sama sekali untuk Tuhan. Selain itu dalam mencari
uang motivasi dan tujuan mereka hanya untuk dirinya sendiri dan tidak ada
terbesit sedikitpun untuk memikirkan orang lain dan membantu pekerjaan Tuhan.
Iman Kristen pada prinsipnya tidak pernah melarang umat untuk
menjadi kaya; dan juga tidak pernah menganjurkan umat untuk hidup miskin.
Tetapi yang diingatkan dan dinasihatkan oleh iman Kristen terus-menerus adalah
bahaya dari sikap keserakahan untuk memperoleh kekayaan. Sikap serakah bukan hanya sekedar sikap yang
ingin memperoleh banyak seperti uang dan harta benda, tetapi sesungguhnyanya
sikap serakah merupakan suatu hawa nafsu yang liar dan tidak pernah terpuaskan
sehingga orientasi hidup dialihkan secara total kepada keinginan yang duniawi.
Sikap seseorang yang serakah dalam kekayaan berarti mereka
secara sengaja dan sadar untuk menjadikan mamon sebagai penentu hidupnya.
Kol 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala
sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan
juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan
berhala, (TB)
Col 3:5
Mortify therefore your members which are upon the earth; fornication,
uncleanness, inordinate affection, evil concupiscence, and
covetousness, which is idolatry: (AV)
Kata berhala di sini dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari
“idolatry”. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “ειδωλολατρεια” (eidololatreia). Dua kata yang digabung “ειδωλον” (eidolon) dan “λατρεια” (latreia).
Edolon adalah berhala dan latreia berarti berbakti. Berhala itu berarti
kebaktian kepada obyek lain di luar Tuhan. Tuhan menentang ini dengan hukum
pertamaNya: Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.
Dalam Efesus 5:5, Paulus menyatakan bahwa
orang-orang serakah tidak akan mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan
Allah.
Ef 5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada
orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam
Kerajaan Kristus dan Allah.
Semua ini membuktikan bahwa keserakahan adalah dosa yang
serius. Keserakahan adalah akibat hilangnya rasa puas atau sulitnya berkata
cukup. Memang rasa cukup atau kepuasan pribadi setiap orang memang relatif.
Cukupnya seseorang berbeda dengan orang lain. Tetapi seseorang dapat menguji
apakah yang diingini itu memang benar-benar kebutuhan atau ternyata berunsur
keserakahan, kesombongan dan upaya meningkatkan harga diri. Keserakahan di dalam
Alkitab sering dikemukakan sebagai dosa utama. Mengapa keserakahan disebut
sebagai dosa utama?. Sebab Apabila kita
serakah dan mengabdi kepada mamon, maka seluruh uang dan harta yang kita miliki
akan kita gunakan untuk mendukung seluruh program kuasa duniawi, kita
manfaatkan untuk menekan orang-orang yang lemah, kita gunakan uang yang ada
untuk ketidakadilan dan kejahatan. Jika demikian, bagaimana orientasi hidup
kita yang sesungguhnya? Apakah hidup kita kini makin tertuju kepada Allah dan
Kristus, ataukah hidup kita tertuju kepada Mamon? “Tetapi mereka yang ingin
kaya terjatuh ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan,
yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (1 Tim. 6:9).
2. Kita akan menjelma menjadi orang
yang tidak bisa bersyukur.
Bersyukur
hanya akan terjadi jika kita memiliki rasa puas dan bisa berkata cukup,
dan ketiadaan rasa puas akan membuat kita tidak bisa bersyukur. Dengan kata
lain bersyukur adalah bentuk nyata dari adanya rasa puas, dan kalau tidak ada rasa
puas maka tidak ada juga syukur.
Inilah yang akan terjadi bagi orang yang cinta uang.
Cinta uang akan menghilangkan rasa puasnya dan akan membuat dia menjadi orang
yang tak bisa bersyukur. Untuk itu jangan heran dengan orang-orang yang suka
mengeluh/menggerutu/mengomel, semua itu adalah wujud nyata dari adanya masalah
pada rasa puasanya.
Nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu adalah orang
yang cinta uang atau hamba uang(Luk 16:14), mereka hanya melayani perut mereka
karena tuhan mereka adalah perut mereka sendiri. Yudas menggambarkan mereka
sebagai orang yang suka menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya .
Yud 1:16 Mereka itu
orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti
hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang
bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.
Kalau ditanya apa sebabnya ?, jawabannya adalah
karena hilangnya rasa puas yang disebabkan oleh cinta uang. Karena itu jangan
jadi hamba uang karna akan menggiring kita pada kehilangan rasa puas dan akan
membuat kita tidak bisa bersyukur tapi sebaliknya hanya menggerutu dan mengeluh,
padahal Allah menghendaki kita untuk bersyukur senantiasa
3. Kita akan kehilangan keuntungan
dari berbibadah.
Dalam Alkitab ada 2 hal yang membuat ibadah kita
menjadi tak berguna.
Pertama adalah saat kita tidak mengekang lidah
(Yakobus 1:26).
Yak 1:26 Jikalau ada
seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya
sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Kedua adalah dalam 1 Timotius 6:6
1 Tim 6:6 Memang ibadah itu kalau
disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Ayat di atas mengatakan bahwa ibadah yang
disertai “rasa cukup/rasa puas” akan memberi keuntungan besar. Ayat ini bisa
dibalik redaksinya yaitu bahwa ibadah yang tidak disertai rasa cukup tidak akan
memberi keuntungan (sia-sia).
Ini berarti bahwa di saat kita kehilangan
rasa puas atau rasa cukup maka ibadah yang kita lakukan tidak akan memberi
keuntungan apapun alias sia-sia.
Inilah alasan mengapa Timotius diingatkan untuk
melatih dirinya beribadah, karena ibadah itu bermanfaat dalam segala hal.
1Tim 4:7
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. 8 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna
dalam segala hal, karena mengandung
janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
Sekarang coba bayangkan disaat kita sering ibadah tapi
manfaat ibadah kita tidak pernah terima cuma karena hilangnya rasa cukup/rasa
puas. Ingat semua ini biang keroknya adalah cinta uang.
II.
CINTA UANG BISA MENJADI LANGKAH AWAL SEGALA KEJAHATAN
1Tim
6:10 Karena
akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (TB)
Kata “Akar” adalah “ριζα” (rhiza) dalam bahasa Yunaninya. Arti
dari “ριζα” (rhiza) ini adalah : akar; tunas; turunan; asal-usul;sumber;
penyebab. Dengan demikian ketika cinta uang dipandang sebagai akar kejahatan,
maka yang dimaksudkan adalah sumber/penyebab dari segala kejahatan adalah cinta
uang. Dalam terjemahan Firman Allah yang Hidup (FAYH), diterjemahkan menjadi
langkah pertama/awal segala jenis dosa.
1Tim 6:10 Karena cinta akan uang adalah langkah pertama menuju kepada segala
jenis dosa. Bahkan beberapa orang
berpaling dari Allah karena cinta akan uang. Akibatnya, mereka mencelakakan
diri sendiri. (FAYH)
Memang benar apa yang Paulus katakan. Segala dosa dan kejahatan pada hakikatnya
berawal, bersumber dari cinta uang. Karena itu coba kita buktikan satu persatu.
-
Apa
yang membuat Ananias dan Safira berdusta dan tidak menepati janjinya dengan
tidak mebayarkan nazarnya secara penuh?. Jawabannya adalah cinta uang. Ananias dan Safira adalah suami istri yang tinggal dan menjadi anggota gereja mula-mula di Yerusalem. Kisahnya terdapat dalam Perjanjian Baru di Alkitab , yaitu dalam Kisah Para Rasul 5 ayat 1-11. Nama Ananias
berarti Allah telah memberikan, atau Allah Rahmani. Sedangkan nama Safira berarti cantik atau yang jelita. Nama mereka indah dan bermakna, namun
itu bukan jaminan bahwa perilaku mereka berkenan di hadapan Tuhan.
Mereka berdua dianggap sebagai jemaat
yang tidak taat kepada Tuhan karena pada dasarnya mereka adalah
orang yang cinta pada uang. Mereka mendustai
Roh Kudus, harta hasil
penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki
Rasul (Petrus). Suami istri ini berkomplot untuk berdusta. Lalu keduanya mati,
yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta)
dengan suaminya. Cinta uanglah yang membuat mereka
berani berdusta dan ingkar janji.
Ada
seorang miliuner bertamasya naik kapal pesiar yang mewah. Namun, nasib sial
menimpanya. Kapal pesiar yang ia tumpangi pecah. Ia terkatung-katung pada
serpihan kapal tersebut. Dalam keadaan tidak berdaya, ia bernazar kepada Tuhan:
“Jika aku selamat sampai di darat, akan kupersembahkan separuh dari
kekayaanku.”
Tak
lama kemudian datanglah tim SAR dan ia tertolong, selamatlah ia sampai di
rumah. Lalu ia teringat akan nazarnya, ia menghitung kekayaannya dan ternyata
sangat besar, lalu timbullah rasa sayang pada kekayaannya karena ia cinta uang.
Ia bingung. Ia sudah bernazar dan sekarang selamat.
Kemudian,
timbul ide dan ia berkata kepada dirinya sendiri, “Ketika aku bernazar di laut,
kekayaanku hanya yang ada di dompet,” ia membuka dompet dan menghitungnya, lalu
membagi uangnya menjadi dua.
“Kekayaan
di laut beda dengan yang di darat, Tuhan,” ia berdoa kepada Tuhan.
Demikian
juga dengan saudara dan saya, saat kita mulai mencintai uang atau menjadi hamba
uang, pada saat yang sama kita akan terjerumus dalam berbagai-bagai kejahatan,
salah satunya adalah mudah mengingkari janji
baik terhadap sesama maupun terhadap Tuhan.
-
Apa
yang menjadi latar belakang “perampokan”/”Penyerobotan” kebun anggur Nabot oleh
Ahab dan Izebel?, apa juga yang menyebabakan Nabot orang Yizreel harus difitnah
dan dibunuh? Jawabannya adalah karena Ahab dan Izebel adalah hamba uang.
Demikian juga yang menjadi latar belakang tindakan perampokan, pencurian, copet,
fitnah bukanlah karena demi sesuap nasi, tapi karena sebongkah berlian alias
cinta uang. Banyak orang yang cacat, orang miskin tidak mencuri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan buktinya mereka masih hidup. Kalau ada orang menjadikan
kemiskinan sebagai alasan untuk merampok, mencuri atau mencopet maka itu adalah
alasan yang tidak masuk akal. Alkitab mengatakan bahwa semua kejahatan dan dosa
semacam itu didorong oleh cinta uang.
-
Apa
yang mendorong orang untuk korupsi?, jawabannya adalah cinta uang. Pada
kasus korupsi pada umumnya dilakukan
oleh orang yang punya kedudukan yang cukup baik dan tidak ada persoalan dengan
makan dan minum. Mereka korupsi bukan karena tidak ada yang hendak dimakan atau
minum tapi karena cinta uang. Sekali lagi apa yang Alkitab katakan itu benar
adanya.
-
Apa
yang membuat anak remaja terjerumus dalam prostitusi, jawabannya adalah cinta
uang dan tidak mau cari uang dengan cara susah, makanya dipilih cara yang yang
enak, gampang dan menghasilkan banyak uang. Sekali lagi ini adalah cinta uang,
dan bukan karena tidak ada uang.
-
Apa
yang membuat Orang Kristen menjadi kikir/pelit dan egois dan tidak peduli sama sekali dengan
orang-orang yang berkekurangan dan juga tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan?,
Jawabannya adalah cinta uang. Cinta uang ini juga masalah yang dihadapi oleh
John Wesley. John Wesley pernah berkhotbah, “Hai orang Kristen, carilah uang dengan
giat. Amin? (Lalu jemaat menjawab “Amin!”). Setelah mendapat banyak uang,
simpanlah uangmu dengan baik, jangan memboroskannya. Amin? (Jemaat menjawab
“Amin!”). Setelah itu, persembahkan sebanyak mungkin pada Tuhan. Amin?” Lalu
suara “Amin” pun menghilang. Semua orang saling berpandangan, tapi tak
terdengar lagi kata “Amin!”. Mengapa demikian? karena cinta uang.
Masih banyak contoh-contoh baik dari dalam
Alkitab maupun dalam kehidupan sekarang ini yang membuktikan bahwa cinta uang
adalah akar/sumber/penyebab segala kejahatan. Cinta uang adalah langkah pertama
bagi segala macam dosa dan kejahatan.
III.
CINTA UANG BISA MEMBUAT KITA
MENYIMPANG DARI IMAN
1Tim 6:10 Karena akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari
iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (TB)
Kata “iman” dalam Alkitab sering digunakan dalam
pengertian yang berbeda-beda. Namun dalam ayat ini kata iman lebih cocok
dimengerti sebagai Formula ajaran Kristen. Dengan kata lain “iman” dalam ayat
ini adalah sama dengan “doktrin Kristen”. Dalam terjemahan Versi Mudah
Dimengerti (VMD) kata “iman” diterjemahkan menjadi ajaran yang benar.
1Tim 6:10 Mencintai uang
adalah akar dari segala kejahatan. Beberapa orang telah meninggalkan ajaran yang benar sebab mereka ingin
terus mencari uang dan akhirnya sangat menderita.(VMD)
Dengan demikian maksud Paulus dalam ayat di atas
adalah cinta uang bisa membuat seseorang mengorbankan, menyangkal, menolak dan
meninggalkan ajaran yang benar. Dengan kata lain Cinta uang menuntun orang
menjauh dari pengharapan sejati orang Kristen. Orang Kristen yang cinta uang
akan keluar dari rel kebenaran FT dalam mencari uang. Atau mereka akan
kompromikan ajaran yang benar dengan ajaran-ajaran dunia. Bisa juga pada
akhirnya mereka meninggalkan kekristenan karena cinta uang.
Seorang hamba Tuhan yang cinta uang akan
mengkonversikan ajarannya agar bisa diterima. Menurunkan standart kebenaran
firman Tuhan agar menyenangkan telinga jemaatnya, agar jemaatnya bertambah
banyak dan persembahan maupun perpuluhan meningkat. Demikianlah betapa cinta
uang bisa membuat orang meninggalkan ajaran yang benar.
Dalam
Alkitab kita mengenal seorang Nabi yang bernama Bileam. Nabi ini adalah nabi suka menerima upah (suap) dari perbuatan-perbuatannya
yang jahat.
2Ptr 2:15 Oleh karena
mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu
mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat.
Jika kita berbicara tentang Bileam, sudah pasti nama Bileam di sini dikaitkan
dengan Bileam di dalam Perjanjian Lama, yakni seorang nabi yang diminta oleh
Balak (raja Moab) untuk mengutuk bangsa Israel (Bil 22-25). Hanya saja Bileam
tidak bisa mengucapkan kutuk-kutuknya kepada Israel karena ada intervensi
langsung dari Tuhan sehingga ia justru bukan mengucapkan kata-kata kutuk pada
Israel tapi justru kata-kata berkat. Coba kita bandingkan :
Ul 23:5 Tetapi TUHAN,
Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN,
Allahmu, mengasihi engkau.
Yos 24:9-10 –(9) Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit
berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk
mengutuki kamu. (10) Tetapi Aku tidak mau
mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya.
Demikianlah Bileam gagal total dalam mengucapkan kutuk
terhadap Bangsa Israel. Namun jika kita teliti lebih lanjut, dalam Bilangan 25 kita akan mendapati cerita
bahwa ada banyak orang Israel yang terlibat perzinahan dengan
perempuan-perempuan Moab, dan lalu perempuan-perempuan Moab itu membujuk mereka
sehingga mereka terlibat dalam penyembahan berhala dan makan makanan berhala
yang diperuntukkan bagi dewa-dewa Moab.
Bil 25:1-3 – (1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan
dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, …”
Hal Ini membuat Tuhan menjadi sangat murka dan Tuhan memerintahkan Musa untuk membunuh dan menggantung semua
orang Israel yang berzinah itu dan menyembah berhala Moab.
Bil 25:4-5 – (4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah
mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang
bernyala-nyala itu surut dari pada Israel." (5) Lalu berkatalah Musa
kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing
kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor."
Akibatnya jumlah orang yang terbunuh pada saat itu begitu
banyak yakni sebanyak 24.000 orang.
Bil 25:9 - Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya.
Bilangan 25 hanya menceritakan peristiwa ini saja tanpa
menjelaskan ada apa di balik semua ini dan mengapa sampai begitu banyak orang
Israel bisa terlibat perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab itu dan bahkan
penyembahan berhala? Tetapi belakangan dari kata-kata Musa di Bil 31:16, kita
tahu bahwa Bileamlah otak di balik semuanya ini.
Bil 31:16 - Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia
terhadap TUHAN dalam hal Peor,
sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.
Dari sini kita bisa ketahui bahwa setelah tidak berhasil
mengutuk Israel, rupanya Bileam memberikan nasihat kepada raja Moab (Balak)
untuk melakukan strategi / siasat menjebak bangsa Israel dengan menyuruh
perempuan-perempuan Moab menggoda orang-orang Israel dan melibatkan mereka pada
perzinahan dan penyembahan berhala. Dalam Wahyu 2:14 juga dicatat bagaimana
Bileam menasihati Balak untuk menyesatkan Israel supaya mereka makan
persembahan dan berbuat Zinah.
Wah 2:14 – “…Bileam, yang memberi nasihat
kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan
persembahan berhala dan berbuat zinah.
Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa cinta uang telah
membuat Bileam meninggalkan ajaran yang benar dan kompromi dengan ajaran yang
menentang kebenaran. Mata hati Bileam
telah dibutakan oleh cinta uang yang membuat dia tidak peduli lagi
dengan ajaran yang benar. Yang tidak benar dan menyesatkanpun dia ajarkan asal
dia dapat uang.
Banyak hamba-hamba Tuhan sekarang yang bertingkah seperti
Bileam. Mulutnya manis, untuk menjilat demi keuntungan. Mau mengajarkan
ajaran-ajaran yang tidak alkitabiah Cuma dengan alasan uang. Sudah tahu salah,
tidak menggunakan metode hermeneutika yang benar tapi tetap mengajar yang demikian,
akibatnya jemaat bukan bertumbuh tapi malah mudur dan kehilangan pengharapan
sejati dalam Kristus.
Demikianlah cinta uang bisa membuat orang kompromi dengan
ajaran tidak benar, cinta uang bisa membuat orang murtad dan kehilangan
pengharapannya dalam Kristus Yesus.
IV.
CINTA UANG AKAN MENIKAMKAN
BERBAGAI DUKACITA PADA DIRI KITA
1Tim 6:10 Karena akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Kata “menyiksa” dalam ayat ini adalah “περιπειρω” (peripeiro)
yang secara hurufiah berarti: menikam, menusuk atau menyula. Dalam terjemahan
lama kandungan makna dari kata “περιπειρω” (peripeiro) terlihat dengan jelas.
Tim 6:10 Karena tamak
akan uang itulah akar segala jenis kejahatan; maka ada orang, yang merebutnya
itu, telah tersesat daripada iman, sehingga menikamkan banyak duka cita ke dalam dirinya. (TL)
Dengan demikian sebenarnya cinta uang adalah sikap yang akan
menikam/menusuk /menyula diri sendiri dengan berbagai duka cita. Singkat kata cinta
uang akan membunuhmu, lebih keras lagi cinta uang adalah bunuh diri bro.
Ketika Tuhan memerintahkan sesuatu agar
kita lakukan sebanarnya hal itu untuk kebaikan kita sendiri, demikian juga
ketika Tuhan melarang sesuatu agar kita tidak lakukan itu juga untuk kebaikan kita. Dengan kata
lain aturan yang Tuhan berikan adalah semata-mata demi kebaikan kita. Cara
berfikir semacam ini seharusnya tertanam dalam pikiran kita sebagai orang
Kristen.
Ketika Pemerintah melalui kepolisian
membuat peraturan untuk setiap pengendara mobil harus memakai sabuk pengaman
dan helm bagi pengendara motor, sebenarnya peraturan itu dibuat bukan untuk
keuntungan Pemerintah atau Polisi tapi demi keselamatan para pengendara tadi.
Demikian juga ketika Tuhan melarang kita
untuk mencintai uang atau menjadi hamba uang, sebenarnya perintah itu Tuhan
berikan demi kebaikan kita sendiri. Tuhan tahu bahwa cinta uang akan bisa
menyiksa kita, bisa menikam kita, bisa menyula kita dengan berbagai-bagai duka.
Tuhan tahu bahwa cinta uang bisa
membunuh kita, dengan cara yang sangat menyiksa dan menyakitkan.
Orang yang cinta uang selalu kuatir dalam
hidupnya. Saat dia tidak punya uang dia kuatir, saat banyak uang juga kuatir.
Pokoknya hidupnya senantiasa diwarnai dengan ketakutan, kecemasan, risau,
galau. Dan jangan pernah berpikir orang yang takut, cemas, galau, kuatir tersebut
tidak tersiksa hidupnya. Perasaan-perasaan tersebut adalah perasaan yang
menyiksa sekali laksana ada pisau yang menghujam pas di hati kita. Perasaan
semacam itu membuat metabolisme tubuh kita terganggu dan akhirnya berakibat
pada kematian. Namun alangkah bahagianya di saat kita bisa terlepas dari
perasaan-perasaan tersebut. Ternyata caranya belajar berkata cukup. Dan untuk
bisa berkata cukup caranya adalah jangan jadi hamba uang atau cinta uang.
V.
CINTA UANG BISA MEMBUAT FIRMAN
YANG DITABURKAN DALAM HATI KITA MENJADI TIDAK BERBUAH
Mat
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak
duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu
kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga
tidak berbuah.
Pada dasarnya orang kuatir bukan karena tidak punya uang tapi karena
cinta uang. Orang cinta uang akan kuatir saat tidak punya dan juga akan terus
kuatir saat punya.
Cinta uang membuat kita tidak akan pernah puas, selanjutnya kita akan terus
kuatir. Selanjutnya kekuatiran dan tipu daya kekayaan akan menyebabkan firman
yang tertanam dalam hati kita akan terhimpit dan tidak akan menghasilkan buah.
Inilah yang Yesus ajarkan saat Dia memberi perumpamaan tentang seorang penabur.
Sebagai contoh, entah berapa kali
kita sudah mendengar atau mungkin membaca Firman Tuhan agar kita tidak kuatir.
Tapi anehnya kita masih saja kuatir. Ini
membuktikan bahwa Firman tetang kekuatiran baik yang kita dengar ataupun baca
tidak berbuah. Apa yang membuat firman yang sudah tertanam dalam hati itu tidak
berbuah?, jawabannya adalah kuatir. Dan kuatir penyebabnya adalah cinta uang.
Tuhan Yesus mengajar kita untuk tidak kuatir tentang apapun juga, dengan dasar bahwa hidup itu lebih penting
dari makanan dan tubuh itu lebih penting dari
pakaian (Mat 6:25).
Mat 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu:
Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting
dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Maksud Tuhan di sini adalah bahwa Tuhan memperhatikan hal-hal yang
penting apalagi hal-hal kurang penting. Kalau Hidup saja Tuhan beri apalagi
perlengkapannya yaitu makanan. Kalau Tubuh saja Tuhan berikan apalagi Cuma
aksesorisnya yaitu pakaian sudah pasti Tuhan berikan. Ibaratnya begini, kalau orang tua kita
membelikan kita motor, jangan kuatir
kalau mereka tidak mau membelikan kita helm. Motor saja mereka berikan
apalagi cuma helm.
Selanjutnya Tuhan Yesus menyuruh kita untuk memandang burung-burung di
udara yang tidak menabur dan tidak menuai, toh dipelihara oleh Bapa di Sorga.
Mat 6:26
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang
di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu?
Di sini Yesus mengajak
kita untuk melihat bahwa kita sebagai orang percaya melebihi baurung-burung
tersebut. Burung dan segala binatang lainnya hanyalah hewan peliharaan dalam
kacamata Allah, sedangkan kita adalah anak-anaknya. Hewan peliharaan-Nya saja
dipelihara apalagi kita.
Di rumah saya ada 3
ekor anjing yaitu Angel, cemonk, dan Ciyus Hachiko. Setiap hari mereka diberi
makan dan dimandikan. Kalau anjing-anjing ini sakit maka mereka akan diobati
agar sembuh. Demikianlah saya dalam memelihara mereka. Kalau kemudian anak saya
kuatir kalau tidak diberi makan dan pakaian, maka itu berarti bahwa anak saya
belum mengetahui bahwa mereka jauh lebih berharga daripada hewan peliharaan
saya, karena mereka adalah anak-anak saya. Kalau hewan peliharaan saja saya perhatikan
apalagi anak-anak saya sendiri.
Demikian juga dengan
Tuhan yang adalah Bapa kita, Ia akan memelihara kita melebihi Ia memelihara
hewan peliharaan-Nya, karena kita jauh lebih berharga.
Namun ironisnya, meskipun kita sudah mengerti dan sering mendengar Firman
Tuhan tentang kuatir, tapi jujur seringkali kita tetap saja kuatir. Ini
membuktikan bahwa firman Tuhan tersebut telah dihimpit oleh kekuatiran dan
kekuatiran itu penyebabnya adalah cinta uang.
Dengan kata lain Firman Tuhan tidak punya efek sama sekali karena
kekuatiran dan tipu daya kekayaan. Firman Tuhan tidak bertumbuh dan berbuah
sama sekali, dan ternayata penyebabnya adalah cinta uang.
Untuk itu dapat saya simpulkan bahwa cinta uang itu berbahaya bro. Karena itu jangan cinta uang atau menjadi
hamba uang, toh uang bukanlah segala-galanya.
Dengan uang, engkau dapat :
Membeli tempat tidur, tapi tidak dapat
membeli tidur nyenyak…
Membeli sebuah jam, tapi tidak dapat membeli
waktu…
Membeli sebuah buku, tapi tidak dapat membeli
pengetahuan…
Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan,
tapi tidak dapat membeli kehormatan…
Membeli obat-obatan, tapi tidak dapat membeli
kesehatan…
Membeli darah, tetapi tidak dapat membeli
kehidupan…
Jadi, uang bukanlah segalanya… Karena jangan jadi hamba uang
tapi jadikan uang sebagai hamba.
~AMIN~
No comments:
Post a Comment