Wednesday, April 8, 2015

CINTA UANG

CINTA UANG
OLEH; I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH



Cinta uang  dalam bahasa Yunaninya adalah “φιλαργυρια” (philarguria). Kata “φιλαργυρια” (philarguria) sendiri berasal dari kata  “φιλαργυρος” (philarguros) yang dalam TB sering diterjemahkan menjadi “hamba uang”.  Pada dasarnya kata “φιλαργυρος” (philarguros) sendiri terdiri dari dua kata yaitu  “φιλος” (philos) yang berarti: “sahabat, bersahabat” dan “αργυρος” (arguros) yang berarti :” uang” , “perak”.

Dengan demikian istilah “cinta uang” dan hamba  “hamba uang” pada prinsipnya sama. Dan maksud dari cinta uang ataupun hamba uang tidak hanya terbatas pada uang, tapi terhadap kekayaan pada umumnya.

Paulus mengingatkan Timotius sebuah fenomena akhir zaman bahwa pada hari-hari terakhir  manusia akan mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang disamping dosa-dosa akhir zaman lainnya.

2 Tim 3:1-2
1  Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2  Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
Penulis Kitab Ibrani juga mengingatkan supaya pembacanya jangan menjadi hamba uang tapi belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada pada mereka.
Ibr 13:5  Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Dalam Alkitab masih begitu banyak ayat yang memperingatkan agar orang kristen jangan menjadi hamba uang atau cinta uang. Semua  peringatan Alktab ini membuktikan bahwa “cinta  uang” adalah sesuatu yang membahayakan orang percaya itu sendiri.

Pada kesempatan kali ini kita akan belajar tentang bahaya-bahaya dari cinta uang.


I.                   CINTA UANG BISA MEMBUAT KITA KEHILANGAN RASA PUAS
Pkh 5:9   Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.

Pengkhotbah mengatakan bahwa orang yang cinta uang akan tidak puas dengan uang. Mengapa demikian?, karena cinta uang  akan membuat kita kehilangan “rasa puas”.

Kata ”puas” dalam ayat  ini adalah “עבשׂ” (saba) atau “ עבשׂ” (sabea) dalam bahasa Ibraninya. Kata ini bisa berarti “puas” tapi bisa juga berarti “cukup”. Dengan demikian ini berarti bahwa orang yang cinta uang akan tidak pernah merasa puas atau tidak akan pernah merasa cukup. Hal ini bisa digambarkan dengan seseorang yang haus tapi seberapa banyakpun air yang diminumnya tidak bisa menghilangkan  dahaganya. Demikianlah orang yang cinta uang, mereka akan kehilangan “rasa puas/rasa cukup”. Apapun yang mereka peroleh dan sebanyak apapun mereka memperolehnya, semuanya itu tidak akan membuat mereka puas atau cukup.

Hal seperti ini pernah dialami oleh Bangsa Isarel, ketika mereka dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Di padang Gurun mereka kehilangan rasa puas/cukup meski makanan masih ada dalam mulut mereka (Maz 78:27-30).

Maz 78:27-30
27  Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut;
28  Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu.
29  Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan.
30  Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut mereka;

Sementara itu Tuhan menghendaki kita merasa cukup dengan apa yang ada sehingga keinginan kita diisi oleh kerinduan perkara-perkara yang di atas (Kol 3:1-4).
Dalam  1 Tim 6:8 dikatakan : “Asal ada makanan dan pakaian cukuplah.” Maksudnya adalah, yang penting bagaimana seseorang dapat menjalani hidup ini. Berkenaan dengan hal ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar mengucapkan doa Bapa kami: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Rasa cukup dalam teks yunaninya adalah “autarkeias” yang berarti self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan). Autarkeias hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.

Cinta uang bisa membuat kepuasan pribadi (self-satisfaction) manusia menjadi hilang sehingga apapun yang sudah diperoleh dan berapa banyakpun yang diperolehnya tidak akan pernah bisa membuat ia berkata “cukup”.
Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup“. Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata “cukup“. Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. “Cukup” jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.Belajarlah untuk berkata “Cukup


Selanjutnya apa yang akan terjadi kalau kita telah kehilangan rasa puas tak pernah bisa berkata cukup ?

1.      Kita akan menjelma menjadi orang yang serakah.

Kalau “rasa puas” itu sudah tidak ada pada diri seseorang maka otomatis orang tersebut akan berusaha sedemikian rupa untuk memuaskan keinginannya. Hal ini akan memicu dan memacu orang tersebut untuk berusaha sedemikian rupa agar rasa hausnya terpuaskan. Orang yang serakah adalah orang yang tidak pernah puas. Ia selalu ingin memiliki lebih dari apa yang sudah dimilikinya, misalnya, ingin lebih banyak uang atau harta. Keinginan memiliki “lebih” ini tidak ada batasnya sehingga bisa membahayakan dirinya sendiri dan merugikan orang lain.  
Orang serakah tidak akan perduli dengan cara-cara mereka gunakan dalam mencari uang. Orang yang serakah akan menghalalkan segala cara bahkan sampai merampas sesuatu yang bukan miliknya. Selain itu mereka juga tidak peduli dengan waktu. Semua waktu yang diberikan Tuhan dihabiskan untuk cari uang dan tidak ada waktu sama sekali untuk Tuhan. Selain itu dalam mencari uang motivasi dan tujuan mereka hanya untuk dirinya sendiri dan tidak ada terbesit sedikitpun untuk memikirkan orang lain dan membantu pekerjaan Tuhan.
Iman Kristen pada prinsipnya tidak pernah melarang umat untuk menjadi kaya; dan juga tidak pernah menganjurkan umat untuk hidup miskin. Tetapi yang diingatkan dan dinasihatkan oleh iman Kristen terus-menerus adalah bahaya dari sikap keserakahan untuk memperoleh kekayaan.  Sikap serakah bukan hanya sekedar sikap yang ingin memperoleh banyak seperti uang dan harta benda, tetapi sesungguhnyanya sikap serakah merupakan suatu hawa nafsu yang liar dan tidak pernah terpuaskan sehingga orientasi hidup dialihkan secara total kepada keinginan yang duniawi.
Sikap seseorang yang serakah dalam kekayaan berarti mereka secara sengaja dan sadar untuk menjadikan mamon sebagai penentu hidupnya.

Keserakahan ini ternyata di dalam Alkitab disamakan dengan berhala (Kolose 3:5)
Kol 3:5  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (TB)

Col 3:5  Mortify therefore your members which are upon the earth; fornication, uncleanness, inordinate affection, evil concupiscence, and covetousness, which is idolatry: (AV)

Kata berhala di sini dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari “idolatry”. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “ειδωλολατρεια”  (eidololatreia). Dua kata yang digabung  “ειδωλον” (eidolon) dan “λατρεια” (latreia). Edolon adalah berhala dan latreia berarti berbakti. Berhala itu berarti kebaktian kepada obyek lain di luar Tuhan. Tuhan menentang ini dengan hukum pertamaNya: Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.

Dalam Efesus 5:5, Paulus menyatakan bahwa orang-orang serakah tidak akan mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.
Ef 5:5  Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

Semua ini membuktikan bahwa keserakahan adalah dosa yang serius. Keserakahan adalah akibat hilangnya rasa puas atau sulitnya berkata cukup. Memang rasa cukup atau kepuasan pribadi setiap orang memang relatif. Cukupnya seseorang berbeda dengan orang lain. Tetapi seseorang dapat menguji apakah yang diingini itu memang benar-benar kebutuhan atau ternyata berunsur keserakahan, kesombongan dan upaya meningkatkan harga diri. Keserakahan di dalam Alkitab sering dikemukakan sebagai dosa utama. Mengapa keserakahan disebut sebagai dosa utama?.  Sebab Apabila kita serakah dan mengabdi kepada mamon, maka seluruh uang dan harta yang kita miliki akan kita gunakan untuk mendukung seluruh program kuasa duniawi, kita manfaatkan untuk menekan orang-orang yang lemah, kita gunakan uang yang ada untuk ketidakadilan dan kejahatan. Jika demikian, bagaimana orientasi hidup kita yang sesungguhnya? Apakah hidup kita kini makin tertuju kepada Allah dan Kristus, ataukah hidup kita tertuju kepada Mamon? “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (1 Tim. 6:9).

2.      Kita akan menjelma menjadi orang yang tidak bisa bersyukur.

Bersyukur  hanya akan terjadi jika kita memiliki rasa puas dan bisa berkata cukup, dan ketiadaan rasa puas akan membuat kita tidak bisa bersyukur. Dengan kata lain bersyukur adalah bentuk nyata dari adanya rasa puas, dan kalau tidak ada rasa puas maka tidak ada juga syukur.

Inilah yang akan terjadi bagi orang yang cinta uang. Cinta uang akan menghilangkan rasa puasnya dan akan membuat dia menjadi orang yang tak bisa bersyukur. Untuk itu jangan heran dengan orang-orang yang suka mengeluh/menggerutu/mengomel, semua itu adalah wujud nyata dari adanya masalah pada rasa puasanya.

Nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu adalah orang yang cinta uang atau hamba uang(Luk 16:14), mereka hanya melayani perut mereka karena tuhan mereka adalah perut mereka sendiri. Yudas menggambarkan mereka sebagai orang yang suka menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya .

Yud 1:16  Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.

Kalau ditanya apa sebabnya ?, jawabannya adalah karena hilangnya rasa puas yang disebabkan oleh cinta uang. Karena itu jangan jadi hamba uang karna akan menggiring kita pada kehilangan rasa puas dan akan membuat kita tidak bisa bersyukur tapi sebaliknya hanya menggerutu dan mengeluh, padahal Allah menghendaki kita untuk bersyukur senantiasa

3.      Kita akan kehilangan keuntungan dari berbibadah.

Dalam Alkitab ada 2 hal yang membuat ibadah kita menjadi tak berguna.
Pertama adalah saat kita tidak mengekang lidah (Yakobus 1:26).
Yak 1:26  Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

Kedua adalah dalam 1 Timotius 6:6
1 Tim 6:6  Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Ayat di atas mengatakan bahwa ibadah yang disertai “rasa cukup/rasa puas” akan memberi keuntungan besar. Ayat ini bisa dibalik redaksinya yaitu bahwa ibadah yang tidak disertai rasa cukup tidak akan memberi keuntungan (sia-sia).
Ini berarti bahwa di saat kita kehilangan rasa puas atau rasa cukup maka ibadah yang kita lakukan tidak akan memberi keuntungan apapun alias sia-sia.

Inilah alasan mengapa Timotius diingatkan untuk melatih dirinya beribadah, karena ibadah itu bermanfaat dalam segala hal.

1Tim 4:7  Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. 8  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

Sekarang coba bayangkan disaat kita sering ibadah tapi manfaat ibadah kita tidak pernah terima cuma karena hilangnya rasa cukup/rasa puas. Ingat semua ini biang keroknya adalah cinta uang.


II.                CINTA UANG  BISA MENJADI LANGKAH AWAL  SEGALA KEJAHATAN
1Tim 6:10  Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (TB)

Kata  “Akar” adalah  “ριζα” (rhiza) dalam bahasa Yunaninya. Arti dari “ριζα” (rhiza) ini adalah : akar; tunas; turunan; asal-usul;sumber; penyebab. Dengan demikian ketika cinta uang dipandang sebagai akar kejahatan, maka yang dimaksudkan adalah sumber/penyebab dari segala kejahatan adalah cinta uang. Dalam terjemahan Firman Allah yang Hidup (FAYH), diterjemahkan menjadi langkah pertama/awal segala jenis dosa.

1Tim 6:10  Karena cinta akan uang adalah langkah pertama menuju kepada segala jenis dosa. Bahkan beberapa orang berpaling dari Allah karena cinta akan uang. Akibatnya, mereka mencelakakan diri sendiri. (FAYH)

Memang benar apa yang Paulus katakan. Segala dosa dan kejahatan pada hakikatnya berawal, bersumber dari cinta uang. Karena itu coba kita buktikan satu persatu.

-          Apa yang membuat Ananias dan Safira berdusta dan tidak menepati janjinya dengan tidak mebayarkan nazarnya secara penuh?. Jawabannya adalah cinta uang. Ananias dan Safira adalah suami istri yang tinggal dan menjadi anggota gereja mula-mula di Yerusalem. Kisahnya terdapat dalam Perjanjian Baru di Alkitab , yaitu dalam Kisah Para Rasul 5 ayat 1-11. Nama Ananias berarti Allah telah memberikan, atau Allah Rahmani. Sedangkan nama Safira berarti cantik atau yang jelita. Nama mereka indah dan bermakna, namun itu bukan jaminan bahwa perilaku mereka berkenan di hadapan Tuhan. Mereka berdua dianggap sebagai jemaat yang tidak taat kepada Tuhan karena pada dasarnya mereka adalah orang yang cinta pada uang. Mereka mendustai Roh Kudus, harta hasil penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki Rasul (Petrus). Suami istri ini berkomplot untuk berdusta. Lalu keduanya mati, yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta) dengan suaminya. Cinta uanglah yang membuat mereka berani berdusta dan ingkar janji.

Ada seorang miliuner bertamasya naik kapal pesiar yang mewah. Namun, nasib sial menimpanya. Kapal pesiar yang ia tumpangi pecah. Ia terkatung-katung pada serpihan kapal tersebut. Dalam keadaan tidak berdaya, ia bernazar kepada Tuhan: “Jika aku selamat sampai di darat, akan kupersembahkan separuh dari kekayaanku.”
Tak lama kemudian datanglah tim SAR dan ia tertolong, selamatlah ia sampai di rumah. Lalu ia teringat akan nazarnya, ia menghitung kekayaannya dan ternyata sangat besar, lalu timbullah rasa sayang pada kekayaannya karena ia cinta uang. Ia bingung. Ia sudah bernazar dan sekarang selamat.

Kemudian, timbul ide dan ia berkata kepada dirinya sendiri, “Ketika aku bernazar di laut, kekayaanku hanya yang ada di dompet,” ia membuka dompet dan menghitungnya, lalu membagi uangnya menjadi dua.
“Kekayaan di laut beda dengan yang di darat, Tuhan,” ia berdoa kepada Tuhan.

Demikian juga dengan saudara dan saya, saat kita mulai mencintai uang atau menjadi hamba uang, pada saat yang sama kita akan terjerumus dalam berbagai-bagai kejahatan, salah satunya adalah mudah mengingkari janji  baik terhadap sesama maupun terhadap Tuhan.

-          Apa yang menjadi latar belakang “perampokan”/”Penyerobotan” kebun anggur Nabot oleh Ahab dan Izebel?, apa juga yang menyebabakan Nabot orang Yizreel harus difitnah dan dibunuh? Jawabannya adalah karena Ahab dan Izebel adalah hamba uang. Demikian juga yang menjadi latar belakang tindakan perampokan, pencurian, copet, fitnah bukanlah karena demi sesuap nasi, tapi karena sebongkah berlian alias cinta uang. Banyak orang yang cacat, orang miskin tidak mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan buktinya mereka masih hidup. Kalau ada orang menjadikan kemiskinan sebagai alasan untuk merampok, mencuri atau mencopet maka itu adalah alasan yang tidak masuk akal. Alkitab mengatakan bahwa semua kejahatan dan dosa semacam itu didorong oleh cinta uang.

-          Apa yang mendorong orang untuk korupsi?, jawabannya adalah cinta uang. Pada kasus  korupsi pada umumnya dilakukan oleh orang yang punya kedudukan yang cukup baik dan tidak ada persoalan dengan makan dan minum. Mereka korupsi bukan karena tidak ada yang hendak dimakan atau minum tapi karena cinta uang. Sekali lagi apa yang Alkitab katakan itu benar adanya.


-          Apa yang membuat anak remaja terjerumus dalam prostitusi, jawabannya adalah cinta uang dan tidak mau cari uang dengan cara susah, makanya dipilih cara yang yang enak, gampang dan menghasilkan banyak uang. Sekali lagi ini adalah cinta uang, dan bukan karena tidak ada uang.

-          Apa yang membuat Orang Kristen menjadi kikir/pelit  dan egois dan tidak peduli sama sekali dengan orang-orang yang berkekurangan dan juga tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan?, Jawabannya adalah cinta uang. Cinta uang ini juga masalah yang dihadapi oleh John Wesley. John Wesley pernah berkhotbah, “Hai orang Kristen, carilah uang dengan giat. Amin? (Lalu jemaat menjawab “Amin!”). Setelah mendapat banyak uang, simpanlah uangmu dengan baik, jangan memboroskannya. Amin? (Jemaat menjawab “Amin!”). Setelah itu, persembahkan sebanyak mungkin pada Tuhan. Amin?” Lalu suara “Amin” pun menghilang. Semua orang saling berpandangan, tapi tak terdengar lagi kata “Amin!”. Mengapa demikian? karena cinta uang.
Masih banyak contoh-contoh baik dari dalam Alkitab maupun dalam kehidupan sekarang ini yang membuktikan bahwa cinta uang adalah akar/sumber/penyebab segala kejahatan. Cinta uang adalah langkah pertama bagi segala macam dosa dan kejahatan.

III.             CINTA UANG BISA MEMBUAT KITA MENYIMPANG DARI IMAN

1Tim 6:10  Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (TB)

Kata “iman” dalam Alkitab sering digunakan dalam pengertian yang berbeda-beda. Namun dalam ayat ini kata iman lebih cocok dimengerti sebagai Formula ajaran Kristen. Dengan kata lain “iman” dalam ayat ini adalah sama dengan “doktrin Kristen”. Dalam terjemahan Versi Mudah Dimengerti (VMD) kata “iman” diterjemahkan menjadi ajaran yang benar.

1Tim 6:10  Mencintai uang adalah akar dari segala kejahatan. Beberapa orang telah meninggalkan ajaran yang benar sebab mereka ingin terus mencari uang dan akhirnya sangat menderita.(VMD)

Dengan demikian maksud Paulus dalam ayat di atas adalah cinta uang bisa membuat seseorang mengorbankan, menyangkal, menolak dan meninggalkan ajaran yang benar. Dengan kata lain Cinta uang menuntun orang menjauh dari pengharapan sejati orang Kristen. Orang Kristen yang cinta uang akan keluar dari rel kebenaran FT dalam mencari uang. Atau mereka akan kompromikan ajaran yang benar dengan ajaran-ajaran dunia. Bisa juga pada akhirnya mereka meninggalkan kekristenan karena cinta uang.

Seorang hamba Tuhan yang cinta uang akan mengkonversikan ajarannya agar bisa diterima. Menurunkan standart kebenaran firman Tuhan agar menyenangkan telinga jemaatnya, agar jemaatnya bertambah banyak dan persembahan maupun perpuluhan meningkat. Demikianlah betapa cinta uang bisa membuat orang meninggalkan ajaran yang benar.

Dalam Alkitab kita mengenal seorang Nabi yang bernama  Bileam. Nabi ini adalah nabi  suka menerima upah (suap) dari perbuatan-perbuatannya yang jahat.

2Ptr 2:15  Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat.
Jika kita berbicara tentang Bileam,  sudah pasti nama Bileam di sini dikaitkan dengan Bileam di dalam Perjanjian Lama, yakni seorang nabi yang diminta oleh Balak (raja Moab) untuk mengutuk bangsa Israel (Bil 22-25). Hanya saja Bileam tidak bisa mengucapkan kutuk-kutuknya kepada Israel karena ada intervensi langsung dari Tuhan sehingga ia justru bukan mengucapkan kata-kata kutuk pada Israel tapi justru kata-kata berkat. Coba kita bandingkan :

Ul 23:5  Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau.

Yos 24:9-10 –(9) Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. (10) Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya.

Demikianlah Bileam gagal total dalam mengucapkan kutuk terhadap Bangsa Israel. Namun jika kita teliti lebih lanjut,  dalam Bilangan 25 kita akan mendapati cerita bahwa ada banyak orang Israel yang terlibat perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab, dan lalu perempuan-perempuan Moab itu membujuk mereka sehingga mereka terlibat dalam penyembahan berhala dan makan makanan berhala yang diperuntukkan bagi dewa-dewa Moab.

Bil 25:1-3 – (1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, …”

Hal Ini membuat Tuhan menjadi sangat murka dan Tuhan memerintahkan  Musa untuk membunuh dan menggantung semua orang Israel yang berzinah itu dan menyembah berhala Moab.

Bil 25:4-5 – (4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala itu surut dari pada Israel." (5) Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor."

Akibatnya jumlah orang yang terbunuh pada saat itu begitu banyak yakni sebanyak 24.000 orang.

Bil 25:9 - Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya.

Bilangan 25 hanya menceritakan peristiwa ini saja tanpa menjelaskan ada apa di balik semua ini dan mengapa sampai begitu banyak orang Israel bisa terlibat perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab itu dan bahkan penyembahan berhala? Tetapi belakangan dari kata-kata Musa di Bil 31:16, kita tahu bahwa Bileamlah otak di balik semuanya ini.

Bil 31:16 - Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.

Dari sini kita bisa ketahui bahwa setelah tidak berhasil mengutuk Israel, rupanya Bileam memberikan nasihat kepada raja Moab (Balak) untuk melakukan strategi / siasat menjebak bangsa Israel dengan menyuruh perempuan-perempuan Moab menggoda orang-orang Israel dan melibatkan mereka pada perzinahan dan penyembahan berhala. Dalam Wahyu 2:14 juga dicatat bagaimana Bileam menasihati Balak untuk menyesatkan Israel supaya mereka makan persembahan dan berbuat Zinah.

Wah 2:14 – “…Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.

Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa cinta uang telah membuat Bileam meninggalkan ajaran yang benar dan kompromi dengan ajaran yang menentang kebenaran. Mata hati Bileam  telah dibutakan oleh cinta uang yang membuat dia tidak peduli lagi dengan ajaran yang benar. Yang tidak benar dan menyesatkanpun dia ajarkan asal dia dapat uang.

Banyak hamba-hamba Tuhan sekarang yang bertingkah seperti Bileam. Mulutnya manis, untuk menjilat demi keuntungan. Mau mengajarkan ajaran-ajaran yang tidak alkitabiah Cuma dengan alasan uang. Sudah tahu salah, tidak menggunakan metode hermeneutika yang benar tapi tetap mengajar yang demikian, akibatnya jemaat bukan bertumbuh tapi malah mudur dan kehilangan pengharapan sejati dalam Kristus.

Demikianlah cinta uang bisa membuat orang kompromi dengan ajaran tidak benar, cinta uang bisa membuat orang murtad dan kehilangan pengharapannya dalam Kristus Yesus.

IV.             CINTA UANG AKAN MENIKAMKAN BERBAGAI DUKACITA PADA DIRI KITA

1Tim 6:10  Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Kata “menyiksa” dalam ayat ini adalah “περιπειρω” (peripeiro) yang secara hurufiah berarti: menikam, menusuk atau menyula. Dalam terjemahan lama kandungan makna dari kata “περιπειρω” (peripeiro) terlihat dengan jelas.
            Tim 6:10  Karena tamak akan uang itulah akar segala jenis kejahatan; maka ada orang, yang merebutnya itu, telah tersesat daripada iman, sehingga menikamkan banyak duka cita ke dalam dirinya. (TL)
Dengan demikian sebenarnya cinta uang adalah sikap yang akan menikam/menusuk /menyula diri sendiri dengan berbagai duka cita. Singkat kata cinta uang akan membunuhmu, lebih keras lagi cinta uang adalah bunuh diri bro.

Ketika Tuhan memerintahkan sesuatu agar kita lakukan sebanarnya hal itu untuk kebaikan kita sendiri, demikian juga ketika Tuhan melarang sesuatu agar kita tidak lakukan  itu juga untuk kebaikan kita. Dengan kata lain aturan yang Tuhan berikan adalah semata-mata demi kebaikan kita. Cara berfikir semacam ini seharusnya tertanam dalam pikiran kita sebagai orang Kristen.

Ketika Pemerintah melalui kepolisian membuat peraturan untuk setiap pengendara mobil harus memakai sabuk pengaman dan helm bagi pengendara motor, sebenarnya peraturan itu dibuat bukan untuk keuntungan Pemerintah atau Polisi tapi demi keselamatan para pengendara tadi.

Demikian juga ketika Tuhan melarang kita untuk mencintai uang atau menjadi hamba uang, sebenarnya perintah itu Tuhan berikan demi kebaikan kita sendiri. Tuhan tahu bahwa cinta uang akan bisa menyiksa kita, bisa menikam kita, bisa menyula kita dengan berbagai-bagai duka. Tuhan tahu bahwa cinta uang bisa  membunuh kita, dengan cara yang sangat menyiksa dan menyakitkan.

Orang yang cinta uang selalu kuatir dalam hidupnya. Saat dia tidak punya uang dia kuatir, saat banyak uang juga kuatir. Pokoknya hidupnya senantiasa diwarnai dengan ketakutan, kecemasan, risau, galau. Dan jangan pernah berpikir orang yang takut, cemas, galau, kuatir tersebut tidak tersiksa hidupnya. Perasaan-perasaan tersebut adalah perasaan yang menyiksa sekali laksana ada pisau yang menghujam pas di hati kita. Perasaan semacam itu membuat metabolisme tubuh kita terganggu dan akhirnya berakibat pada kematian. Namun alangkah bahagianya di saat kita bisa terlepas dari perasaan-perasaan tersebut. Ternyata caranya belajar berkata cukup. Dan untuk bisa berkata cukup caranya adalah jangan jadi hamba uang atau cinta uang.


V.                CINTA UANG BISA MEMBUAT FIRMAN YANG DITABURKAN DALAM HATI KITA MENJADI TIDAK BERBUAH

Mat 13:22  Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

Pada dasarnya orang kuatir bukan karena tidak punya uang tapi karena cinta uang. Orang cinta uang akan kuatir saat tidak punya dan juga akan terus kuatir saat punya.

Cinta uang membuat kita tidak akan pernah puas, selanjutnya kita akan terus kuatir. Selanjutnya kekuatiran dan tipu daya kekayaan akan menyebabkan firman yang tertanam dalam hati kita akan terhimpit dan tidak akan menghasilkan buah. Inilah yang Yesus ajarkan saat Dia memberi perumpamaan tentang seorang penabur.

Sebagai contoh,  entah berapa kali kita sudah mendengar atau mungkin membaca Firman Tuhan agar kita tidak kuatir. Tapi anehnya kita masih saja  kuatir. Ini membuktikan bahwa Firman tetang kekuatiran baik yang kita dengar ataupun baca tidak berbuah. Apa yang membuat firman yang sudah tertanam dalam hati itu tidak berbuah?, jawabannya adalah kuatir. Dan kuatir penyebabnya adalah cinta uang.

Tuhan Yesus mengajar kita untuk tidak kuatir tentang apapun juga,  dengan dasar bahwa hidup itu lebih penting dari makanan dan tubuh itu lebih penting dari  pakaian (Mat 6:25).

Mat 6:25  "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Maksud Tuhan di sini adalah bahwa Tuhan memperhatikan hal-hal yang penting apalagi hal-hal kurang penting. Kalau Hidup saja Tuhan beri apalagi perlengkapannya yaitu makanan. Kalau Tubuh saja Tuhan berikan apalagi Cuma aksesorisnya yaitu pakaian sudah pasti Tuhan berikan.  Ibaratnya begini, kalau orang tua kita membelikan kita motor, jangan kuatir  kalau mereka tidak mau membelikan kita helm. Motor saja mereka berikan apalagi cuma helm.

Selanjutnya Tuhan Yesus menyuruh kita untuk memandang burung-burung di udara yang tidak menabur dan tidak menuai, toh dipelihara oleh Bapa di Sorga.

Mat 6:26  Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Di sini Yesus mengajak kita untuk melihat bahwa kita sebagai orang percaya melebihi baurung-burung tersebut. Burung dan segala binatang lainnya hanyalah hewan peliharaan dalam kacamata Allah, sedangkan kita adalah anak-anaknya. Hewan peliharaan-Nya saja dipelihara apalagi kita.

Di rumah saya ada 3 ekor anjing yaitu Angel, cemonk, dan Ciyus Hachiko. Setiap hari mereka diberi makan dan dimandikan. Kalau anjing-anjing ini sakit maka mereka akan diobati agar sembuh. Demikianlah saya dalam memelihara mereka. Kalau kemudian anak saya kuatir kalau tidak diberi makan dan pakaian, maka itu berarti bahwa anak saya belum mengetahui bahwa mereka jauh lebih berharga daripada hewan peliharaan saya, karena mereka adalah anak-anak saya. Kalau hewan peliharaan saja saya perhatikan apalagi anak-anak saya sendiri.

Demikian juga dengan Tuhan yang adalah Bapa kita, Ia akan memelihara kita melebihi Ia memelihara hewan peliharaan-Nya, karena kita jauh lebih berharga.

Namun ironisnya, meskipun kita sudah mengerti dan sering mendengar Firman Tuhan tentang kuatir, tapi jujur seringkali kita tetap saja kuatir. Ini membuktikan bahwa firman Tuhan tersebut telah dihimpit oleh kekuatiran dan kekuatiran itu penyebabnya adalah cinta uang.

Dengan kata lain Firman Tuhan tidak punya efek sama sekali karena kekuatiran dan tipu daya kekayaan. Firman Tuhan tidak bertumbuh dan berbuah sama sekali, dan ternayata penyebabnya adalah cinta uang.

Untuk itu dapat saya simpulkan bahwa cinta uang itu berbahaya bro.  Karena itu jangan cinta uang atau menjadi hamba uang, toh uang bukanlah segala-galanya.

Dengan uang, engkau dapat :

Membeli tempat tidur, tapi tidak dapat membeli tidur nyenyak…

Membeli sebuah jam, tapi tidak dapat membeli waktu…

Membeli sebuah buku, tapi tidak dapat membeli pengetahuan…

Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan, tapi tidak dapat membeli kehormatan…

Membeli obat-obatan, tapi tidak dapat membeli kesehatan…

Membeli darah, tetapi tidak dapat membeli kehidupan…

Jadi, uang bukanlah segalanya… Karena jangan jadi hamba uang tapi jadikan uang sebagai hamba.



~AMIN~

No comments:

Post a Comment