Wednesday, April 8, 2015

FAKTA ALKITAB PERIHAL MEMBERI



FAKTA ALKITAB PERIHAL MEMBERI
I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH

Ada sebuah karikatur bergambar dua batu nisan bersebelahan. Nisan yang satu bertuliskan, "Di sini terbaring jenazah Peter yang meninggal karena terlalu banyak makan gandum". Sedangkan nisan yang lain bertuliskan, "Di sini terbaring jenazah Akharia yang meninggal karena gandum Peter tidak pernah singgah di sini".

Sebuah sindiran yang sangat mengena bagi kita yang hidup pada zaman akhir ini. Kesenjangan sosial semakin terlihat sebagai akibat manusia lalai dalam menjembatani kesenjangan itu dengan sebuah tindakan yang bernama “memberi”.  Orang Percaya sering diidentikkan dengan kasih, meskipun tidak semua tindakan memberi adalah kasih tapi tidak mungkin kita berbicara tentang kasih tanpa memberi. Saat ini banyak orang Kristen mulai lalai dalam “memberi” karena mulai mencintai diri sendiri dan tidak tahu mengasihi.

Paulus telah menubuatkan tentang keadaan manusia pada akhir zaman, di mana manusia akan semakin mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang dan tidak tahu mengasihi.

2 Tim 3:1-5

1  Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2  Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3  tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4  suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5  Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

Hal senada juga Tuhan Yesus nubuatkan di mana pada zaman akhir nanti, kasih manusia akan menjadi dingin sebagi akibat meningkatnya kedurhakaan.

Mat 24:12  Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.

Selain itu, mungkin yang menjadi penyebab enggannya Orang Kristen dalam memberi adalah karena mereka kurang memahami hakikat dari memberi yang benar. Karena itu pada kesempatan ini kita akan belajar fakta-fakta perihal memberi menurut Alkitab.

I.                   MEMBERI ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN SEMUA ORANG

Pada umumnya orang berpikir bahwa “memberi” hanyalah urusan orang kaya atau orang  berduit, tapi sebenarnya cara berpikir semacam itu adalah cara berpikir yang keliru. Mengapa ? , karena Alkitab mengajar bahwa “memberi” pada dasarnya adalah hak dan kewajiban setiap orang. Mengapa demikian?, jawabannya adalah karena dasar pemberian adalah apa yang ada pada kita, dan bukan pada apa yang tidak ada pada kita.

2Kor 8:12  Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

Konteks ayat di atas adalah Paulus mendorong Jemaat Korintus untuk selangkah lebih maju, yaitu dengan mengikuti teladan jemaat-jemaat di Makedonia. Mereka yang termasuk dalam jemaat Makedonia adalah jemaat Filipi, Tesalonika, Berea. Jemaat-Jemaat makedonia ini  telah menunjukkan kemurahan hati dengan memberikan dukungan dana kepada orang-orang percaya yang miskin di Yerusalem (2-5). Kemurahan hati mereka benar-benar terjadi karena anugerah Allah, sebab mereka sendiri sedang menderita berbagai kesulitan dan sangat miskin.
2 Kor 8:1-3
1  Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
2  Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
3  Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

Meski jemaat ini sangat miskin, mereka memberi melebihi kemampuan mereka dengan sukacita. Teladan mereka seharusnya memotivasi jemaat Korintus untuk memberi juga dengan murah hati. Apa lagi mereka telah menikmati berbagai berkat dari Allah (7). Sebab itu. Ia ingin jemaat Korintus dapat melihat kesempatan untuk menolong jemaat di Yerusalem, sebagai sebuah anugerah dari Allah (9). Respons mereka terhadap kesempatan ini akan merupakan ujian bagi ketulusan kasih mereka pada Kristus.

Alkitab menggambarkan beberapa kali mengenai orang yang di mata dunia mungkin "tidak punya apa-apa", tetapi kerelaan mereka dalam memberi mendapat perhatian khusus dari Tuhan sehingga merekapun tertulis di dalam Alkitab dan bisa kita baca hingga hari ini. Lihatlah janda miskin yang memberikan persembahan "hanya" dua peser dalam Markus 12:41-44. Dikala ada banyak orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, janda miskin ini memberikan jumlah yang sangat tidak sebanding. Tetapi apa kata Yesus? "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay 43). Lihatlah bahwa janda miskin ini telah membuktikan bahwa jumlah bukanlah menjadi patokan dalam penilaian Tuhan, tetapi kerelaan hati dalam memberilah yang Dia perhatikan.

Dalam kesempatan lain, kita pun bisa membaca sekelumit kisah pendek mengenai seorang wanita bernama Tabita, yang dalam bahasa Yunani disebut Dorkas. "Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah."(Kisah Para Rasul 9:36). Apa yang dimiliki Tabita sederhana sekali, karena ia hanyalah seorang penjahit. Itu bisa kita lihat dalam ayat 39, dimana ketika ia meninggal para janda semuanya menangis dan mengenangnya dengan menunjukkan pakaian-pakaian yang dia jahitkan untuk para janda ini semasa hidup. Kelihatannya ia tidak memberi uang dalam jumlah besar, dan besar kemungkinan yang dia beri bukanlah uang dan ia pun tidak pintar berkotbah seperti halnya para rasul yang pergi mewartakan kabar keselamatan kemana-mana pada saat itu. Tetapi apa yang ia lakukan ternyata bermakna sangat besar bagi para janda miskin di kotanya, dan Tuhan pun sangat menghargai hal itu. Pada suatu ketika ia sakit dan meninggal. Begitu berkesannya perbuatan baik Tabita kepada banyak orang, sehingga ketika mendengar Petrus tengah melayani di sebuah kota yang tidak jauh dari tempat Tabita, dua orang segera diutus untuk menjumpai Petrus. Petrus pun datang ke rumah dimana Tabita disemayamkan. Dan mukjizat pun terjadi, di mana Tabita dibangkitkan. Bayangkan jika ia bukan orang yang rajin berbuat baik dan memberi sedekah. Mungkin tidak ada orang yang peduli untuk jauh-jauh pergi meminta Petrus untuk datang, maka tidak akan ada mukjizat kebangkitan disana. Tapi perbuatan baik yang ia lakukan dengan tulus, sedekah yang ia berikan lewat menjahitkan baju bagi janda-janda ternyata membuat cerita yang berbeda. Tuhan tidak menutup mata atas kebaikan hati Tabita dan segala yang ia lakukan untuk menolong sesamanya. Tabita pun akhirnya hidup lagi dan menjadi kesaksian yang membuat banyak orang menjadi percaya pada Yesus. (ay 42). Tabita juga menjadi bukti bahwa orang sederhanapun bisa memberi, karena pada prinsipnya memberi adalah kesempatan yang disediakan bagi semua orang, baik itu miskin maupun kaya.


Jemaat Makedonia, janda miskin dan Tabita (Dorkas)  adalah bukti nyata dari Alkitab bahwa orang miskinpun bisa memberi. Memberi tidak harus menunggu kaya.

Dalam kehidupan modern fakta bahwa orang miskinpun bisa memberi, diperlihatkan dalam kehidupan seseorang bernama BAI FANG LI.
BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.
Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.
Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.
Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng.
Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.
Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.
Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.
Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana?” tanya Bai Fang Li.“Saya tidak tahu, ayah ibu saya pemulung. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.
Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.
Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.
Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu.
Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu Rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.
Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan” katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis.
Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan.
Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesarRMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta Rupiah jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Mengapa “memberi” itu adalah hak dan kewajiban semua orang??

-          Karena “memberi” bukan berbicara kwantitas (jumlah), tapi kerelaan.
Dengan demikian, semua orang mempunyai kesempatan untuk memberi. Seandainya “memberi” berbicara tentang jumlah, maka hanya orang-orang kaya yang punya kesempatan untuk memberi. Tuhan tidak melihat berapa banyak yang kita beri, tapi kerelaan kita memberi sebagai tindakan nyata bahwa kita adalah miliknya.

-          Karena memberi tidak hanya berbicara tentang materi tapi berbicara tentang yang ada pada kita.

2Kor 8:12  Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

Memberi tak harus lewat materi. Karena pemberian materi bisa busuk, bisa rusak, bisa hilang, bisa kadaluwarsa. Pemberian materi hanya symbol saja dari pemberian diri kita kepada orang tersebut. Jadi bukan yang utama. Senyuman, sambutan hangat, perhatian dan kehadiran, jauh melampui semua pemberian dalam bentuk materi. Untuk hal ini, Kahlil Gibran, Penyair terkenal dari Palestina, pernah berujar: Bila engkau memberi dari hartamu, tak banyaklah pemberian itu. Namun jika engkau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh arti. Jadi, luangkan waktu untuk memikirkan berbagai cara supaya kita bisa lebih sering memberi kepada orang lain.

Apa rahasia bisa memberi dalam segala keadaan?

Paulus memberikan rahasia jemaat Makedonia yang berani dalam memberi dan kaya dalam kemurahan. Rahasianya adalah memberi diri kepada Allah.

2Kor 8:5  Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami
Jemaat Makedonia menyadari bahwa diri mereka adalah milik Tuhan, sehingga mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Tuhan. Kemudian kesadaran ini berimplikasi secara horizontal, yaitu pada saudara seiman. Dengan kata lain, kemurahan hati jemaat Kristen Makedonia merupakan hasil dari kecintaan mereka pada Tuhan. Kecintaan tersebut menghasilkan kecintaan terhadap sesama (bdk. Mat. 22:37-39; 1Yoh. 4:21). Rupa-rupanya “roh kikir” hanya bisa diusir kalau kita memberi diri pada Allah. Orang yang tidak memberi diri pada Allah akan tetap terikat dengan roh kikir ini.
Bagaimana dengan kita? Kiranya kemurahan hati jemaat Kristen Makedonia, Janda miskin , Tabita dan Bai Fang Li menjadi teladan bagi kita, sehingga kita dapat saling berbagi dengan saudara seiman. Sekalipun dalam kekurangan, biarlah kita belajar untuk tetap rela memberi dan menolong orang lain. Memberi tidak harus menunggu saat kita dalam kelimpahan, memberi di dalam kekurangan anda akan lebih bermakna. Dengan memahami memberi adalah hak dan kewajiban semua orang, semoga kita tidak lagi memberi sebagai kewajiban, tapi sebagai sebuah kesempatan.


II.                MEMBERI  TIDAK AKAN MEMBUAT KITA MENJADI MISKIN

Victoria Osteen pernah berkata:” Apa yang kita berikan disaat kita memberi, memang terlepas dari “tangan kita”, tapi tidak pernah lepas dari “hidup kita”.
Ada juga orang yang berkata: “Memberi bukanlah mengurangi bagian berkat kita dari Tuhan, melainkan mengembalikan berkat orang lain yang dititipkan Tuhan pada kita”.
Memberi berarti berkurang ?,  Ini adalah pandangan yang umum dalam pemikiran kita. Pandangan ini membuat orang sulit memberi karena dia berpikir bahwa jika memberi berarti yang dimilikinya pasti berkurang. Pada satu sisi memang hal ini bisa dibenarkan, tetapi pada sisi lain, justru kita akan menemukan pengalaman yang indah. Manusia berusaha dalam hidupnya untuk semakin menambahkan apa yang dimilikinya dan bukan menguranginya. Namun demikian Alkitab menjanjikan bahwa disaat kita memberi (menguranginya) kita tidak akan kekurangan atau miskin.

Ams 28:27   Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.

Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang suka memberi tidak akan kekurangan. Kata “kekurangan” dalam ayat ini menggunakan kata “רוסחמ” (machcowr) dalam bahasa Ibraninya. Kata itu bisa berarti”kekurangan (lack)” tapi juga bisa berarti “miskin (poor)”. Dengan demikian, ini berarti orang yang memberi tidak akan jatuh menjadi miskin. Inilah janji Tuhan dalam Firman-Nya, kita perlu meng-imani bahwa apa yang Tuhan katakan itu benar adanya. Kalau kita tidak percaya pada apa yang Tuhan katakan itu berarti cara berpikir kita masih duniawi karena tidak percaya pada Firman Tuhan sepenuhnya.
Rahasia dibalik fakta bahwa orang yang memberi tidak akan menjadi miskin dan berkekurangan adalah janji Tuhan yang akan memberkati setiap orang yang memberi.
Ams 11:25  Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
Salomo juga mendapati fakta pada zamannya bahwa orang yang memberi itu tidak menjadi miskin tapi justru tambah diberkati.  Dalam Amsal 11:24-25 dikatakan:
Ams 11:24   Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
Penulis Amsal memberikan catatan bahwa menjadi murah hati dan suka memberi tidak membuat orang menjadi miskin. Kemurahan hati justru membuat orang diberkati Allah. Sebaliknya kikir tidak membuat orang jadi kaya! Pesan ini mengingatkan kita untuk memiliki cara pandang yang benar terhadap harta kekayaan. Karena Tuhan menganugerahkan kita harta kekayaan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga agar dipakai untuk menolong orang lain.
Alkitab mencatat bahwa janda di Sarfat adalah satu bukti nyata bahwa ketika ia memberi, apa yang ada padanya tidak menjadi habis, tetapi tetap berkecukupan. Banyak pengalaman orang percaya di jaman ini yang mengalami betapa luar biasanya saat  memberi, karena apa yang dipunyainya bukan semakin habis, tapi Allah semakin memberi kelimpahan kepadanya. Allah di dalam kedaulatan-Nya tidak pernah tinggal diam kepada setiap orang yang memberi dengan tulus hati dan sukacita. Pemberian yang hanya ditujukan kepada Allah tidak pernah mengecewakan, tapi akan melihat keadaan-keadaan yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita. Allah yang penuh rahmat selalu memperhitungkan setiap pemberian kita

Di kabupaten Poso (Sulawesi Tengah) ada sebuah danau bernama danau Poso. Danau ini merupakan danau yang cukup luas dan merupakan salah satu danau terluas di Indonesia. Dari Danau Poso ini, mengalir sebuah sungai yang besar dan dalam. Sungai ini adalah Sungai Poso, yang membelah  Kota Poso menjadi  dua bagian. Kalau kita bayangkan besarnya debet air Sungai Poso, yang mengalir dari Danau Poso menuju ke Laut, seharusnya hanya dalam beberapa bulan saja dapat dipastikan bahwa Danau Poso akan menjadi kering. Namun anehnya debit air Danau Poso tidak berkurang sama sekali. Mengapa demikian?, karena Tuhan menggisi kembali Danau Poso dengan curah hujan dan mata  air yang cukup sehingga Danau tersebut tidak menjadi kering.

Prinsip ini juga berlaku bagi kita saat kita “memberi”. Tuhan akan memberkati kita secara berlimpah sehingga kita tidak akan menjadi kering dan miskin karena kita memberi.


Sebaliknya di Israel sana ada sebuah danau yang sering disebut Danau laut mati. Dalam Alkitab danau ini sering disebut dengan sebutan-sebutan yang berbeda. Di antaranya: Laut Asin’ (Kej 14:3), ‘Laut Timur’ ( Yeh 47:18), ‘Laut Araba’ (Ul 4:49). Sastra Yunani: Asfaltites, kemudian ‘Laut Mati’, istilah Arab: ‘Laut Lot’.

Permukaan air danau ini ialah  427 m di bawah permukaan laut, dan dasar paling rendah dari dasar danau ini ialah 433 m lagi ke bawah. Panjang danau kr 72 km dan lebarnya dari jurang-jurang terjal Moab ke pegunungan Yehuda berkisar antara 10-14 km. Dari sebelah timur saja ada 4 sungai kecil yg bermuara di danau ini, yaitu: S Moyin (Arnon), S Zerka Main, S Kerak dan S Zered. Belum di tambah sungai Yordan dan sumber-sumber mata air lainnya ditambah dengan curah hujan setahun kr 50 min. Dengan mendapatkan masukan air yang begitu besar, seharusnya Danau Laut mati ini adalah Danau yang berkelimpahan dengan air, tapi faktanya debit airnya tidak pernah bertambah. Hal ini karena tingkat penguapannya tinggi sekali (suhu pada waktu musim panas mencapai 110¦), sehingga masuknya air sungai-sungai tadi dan S Yordan ke danau ini hanyalah merupakan penambah supaya garis permukaan danau itu tetap.

Sampai pertengahan abad 19 danau ini bisa dijalani (karena dangkalnya) dengan jalan kaki dari Lisan (’ lidah’), yaitu jazirah yg mencuat dari sisi Kerak, sampai sejauh kr 3 km mendekati tepi pantai seberang. Di sebelah selatan Lisan, danau itu sangat dangkal, dan akhirnya berubah menjadi rawa-rawa asin (Zef 2:9) yg disebut Sebkha.

Endapan-endapan kimia yg sudah keras (garam, potas, magnesium, khlorida kapur dan bromida, 25% dari air danau), yg memberi kepada Laut Mati daya apung dan meracuni ikan.

Laut mati adalah bukti bahwa menerima saja tanpa menyalurkan tidak akan membuat  berkelimpahan. Kalau tidak disalurkan, maka yang akan terjadi adalah penguapan. Prinsip ini juga berlaku disaat kita tidak memberi. Kita tidak akan berkelimpahan saat kita tidak memberi tetapi akan terjadi penguapan.


III.             MEMBERI ADALAH SALAH SATU CARA MEMULIAKAN TUHAN

Ams 3:9  Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
10  maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Kata “Memuliakan” dalam bahasa Ibraninya adalah ” דבכ” (kabad) yang berarti memberi hormat/ menghormati. Dengan demikain disaat kita memberi, kita sedang menghormati Tuhan. Dengan kata lain “memberi” adalah salah satu cara menghormati atau memuliakan Tuhan.
Mengapa “memberi” adalah satu cara menghormati Tuhan?, karena cara memuliakan atau menghormati Tuhan bisa dilakukan dengan banyak cara. Alkitab menjabarkan ada beberapa cara untuk menghormati Tuhan.

-          Dengan menaikkan Puji-pujian dan Nyanyian syukur
2Taw 7:6  Para imam telah siap berdiri pada tempat mereka. Begitu pula orang-orang Lewi telah siap dengan alat-alat musik untuk memuliakan TUHAN, yakni alat-alat musik yang dibuat raja Daud untuk mengiringi nyanyian syukur bagi TUHAN: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" setiap kali mereka ditugaskan Daud menyanyikan puji-pujian. Dalam pada itu para imam berdiri berhadapan dengan mereka sambil meniup nafiri, sedang segenap orang Israel berdiri.
Luk 2:20  Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Luk 17:15  Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,
-          Dengan memberikan persembahan Syukur dan mengucap syukur
Mzm 50:23  Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."
Yes 43:23  Engkau tidak membawa domba korban bakaranmu bagi-Ku, dan tidak memuliakan Aku dengan korban sembelihanmu. Aku tidak memberati engkau dengan menuntut korban sajian atau menyusahi engkau dengan menuntut kemenyan.
Ibr 13:15  Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

-          Dengan meng-amini janji-janji Allah
2Kor 1:20  Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Rm 4:20  Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,

Dengan demikian kalau ada orang-orang Kristen yang bingung dalam cara menghormati atau memuliakan Allah, maka sebenarnya disaat kita “memberi” pada saat yang sama kita telah menghormati Allah.

IV.             MEMBERI TERNYATA SANGAT BERMANFAAT.

Memberi bukan hanya bermanfaat bagi orang yang diberi, tapi juga sangat bermanfaat bagi si pemberi sendiri. 


1.      Memberi akan membuat kita berbahagia
Kis 20:35  Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."

Tidak ada yang bisa menyamai rasa senang dan bahagianya ketika kita tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang sangat baik untuk orang lain. Tak peduli, apakah orang lain itu tahu atau tidak tahu, kita melakukan sesuatu yang baik untuk mereka. Kita percaya, background budaya kita, profesi kita, status social kita, yang namanya memberi kepada orang lain, pasti berada di puncak tertinggi perbuatan baik kita.
Seorang wanita cantik bergaun mahal yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti. Maka si psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya," Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya."

Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: "OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.

Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.

Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi."

Ketika si wanita kaya mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

2.      Memberi akan membuat hidup kita mujur

Mzm 112:5  Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.

Ibu Theresa, seorang tokoh spiritual dari India, terkenal sebagai guru perdamaian, persaudaraan, amal, kebaikan dan cinta. Kutipan ucapannya yang paling saya sukai adalah yang bunyinya begini: Kita tidak bisa melakukan hal besar di Bumi ini. Kita hanya bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar. Yang ia maksud adalah, kita tidak perlu mengubah dunia dengan tindakan kita. Kita hanya melakukan sumbangan kecil yang tak pernah berhenti.
Suatu kali Ibu Theresa ditanya oleh seseorang: Apa yang bisa dilakukan seseorang untuk menjadi lebih bahagia? Ia menjawab: Lakukan sesuatu yang menyenangkan untuk orang lain. Kalau kita melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk orang lain, maka dunia akan terlihat lebih baik. Kalau kita bersikap baik dan penuh perhatian, dunia juga akan mengembalikan kebaikan itu kepada kita.

3.      Memberi adalah kesempatan menjamu Tuhan dan Malaikat

Mat 25:35  Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
Mat 25:36  ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Ibr 13:2  Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.

4.      Memberi adalah kesempatan memiutangi Tuhan
Ams 19:17   Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.


5.      Memberi Membuat Kita akan diberi

Luk 6:38  Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

No comments:

Post a Comment