MENABUR DAN MENUAI
Oleh: EV. I Ketut Sunalis
Muadi, S.Th
S
|
uatu ketika, ada seorang kakek yang harus
tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang
berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak
menentu, karena penyakit tuanya. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun
ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan
segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk
menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat
si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan
menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita
harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya
untuk pak tua bangka ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan
sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan
sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring,
keduanya juga memberikan mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa untuk si
kakek.
Sering, saat keluarga
itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan.
Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang
keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.
Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah
memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu dan tempurung kelapa.
Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”
Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja
kayu dan mangkok tempurung kelapa buat ayah dan ibu untuk makan saat ayah dan
ibu sudah jadi kakek dan nenek. Soalnya, ketika aku besar dan sudah menikah nanti,
aku juga tidak mau direpotkan sebagaimana kakek merepotkan ibu dan ayah saat
ini. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak
itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Jawaban itu membuat
kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata
lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada
kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus
diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan
bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang
jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan
bersama lagi di meja utama.
Dari cerita di atas
kita melihat bahwa apa yang kita tabur pasti akan kita tuai. Hukum tabur tuai
adalah hukum yang sering atau umum kita
dengar. Bahkan hampir di semua agama kita bisa menemukan hukum ini dengan
berbagai nama. Namun apakah hukum tabur tuai itu sama dengan hukum karma, atau
hukum sebab akibat, hal tersebut akan kita bicarakan dilain kesempatan.
Alkitab
secara implisit menggambarkan bahwa pada dasarnya setiap manusia di muka bumi ini sedang menabur.
Dengan kata lain bahwa setiap orang adalah seorang penabur. Dan pada pelajaran
kali ini saya akan membahas tentang letak perbedaan antara penabur yang satu
dengan penabur lainnya.
I.
PERBEDAANNYA TERLETAK
PADA: BENIH YANG DITABUR
Gal 6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur
orang, itu juga yang akan dituainya(TB).
Gal 6:7 Janganlah tertipu. Allah tidak bisa
dipermainkan! Apa yang ditanam,
itulah yang dituai (BIS).
Gal 6:7 Janganlah kamu tersesat: Allah tiada boleh
diolok-olokkan; karena barang yang ditabur orang, itu juga akan dituainya(TL)
Pernyataan
Paulus mengenai prinsip tabur tuai yang kekal ini didahului dengan pernyataan:
”Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan”. Mengapa Paulus
menambahkan kata-kata tersebut?
Dalam KJV dikatakan :
”Do not be deceived, God is not mocked”. ”Jangan tertipu. Tuhan tidak dapat
dikelabui”.
Paulus mengingatkan,
“Jangan tertipu atau jangan menipu dirimu sendiri! Karena kita tidak akan dapat
mengelabui Tuhan. Tuhan tahu benih apa yang saudara dan saya taburkan dan benih
apapun yang kita taburkan, jenis benih itulah yang akan dituai pada masa
panen.”
Dengan demikian
sebenarnya setiap orang sedang menabur, perbedaannnya terletak pada benih yang
ditaburkan. Alkitab menyebut dengan bermacam-macam benih, tapi pada prinsipnya
bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu:
·
Benih
yang baik
Ams 11:18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi
siapa menabur
kebenaran, mendapat pahala yang tetap.
Gal 6:9
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang
waktunya, kita
akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
·
Benih
yang jahat
Ams 22:8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana,
dan tongkat amarahnya akan habis binasa.
Hos 8:7 Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting
beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka;
tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka
orang-orang lain menelannya.
Selain itu, kita juga bisa melihat benih apa yang sedang
ditabur dari Ekspresi orang yang menabur dan maupun yang menuai di kemudian
hari. Ekspresi orang yang menabur dan menuai adalah salah satu indikator untuk mengetahui
benih apa yang sedang ditabur. Alkitab mengatakan bahwa ada yang menabur dengan
mencucurkan air mata dan menuai dengan bersorak- sorai.
Mzm
126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan
menuai dengan bersorak-sorai.
Mzm
126:6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti
pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Ekspresi orang yang menabur kebaikan senantiasa
mencucurkan air mata. Semua ini berbicara tentang adanya harga yang harus
dibayar atau pengorbanan dalam menabur benih yang baik. Semantara kalau menabur
kejahatan ekspresinya penaburnya terbalik seratus delapan puluh derajat dengan
penabur benih kebaikan. Mereka akan menabur dengan berhura-hura dan menuai
dengan berdukacita.
Ada
3 orang; A, B, dan C diberi tugas oleh Tuhan untuk memikul salib yang sama
besar dan sangat berat menuju puncak sebuah bukit. Di sana Tuhan berjanji akan
menjemput mereka ke Surga.
Di tengah jalan ketiga
orang itu melihat sebuah gergaji, si B mulai berpikir dan menghasut kedua
temannya untuk memotong salib mereka supaya salib itu menjadi ringan. Namun
kedua temannya tidak menuruti usul si B karena mereka taat dan mengasihi Tuhan.
Kasih mereka kepada Tuhan membuat mereka mau dan rela memikul tanggung jawab
yang Tuhan sudah berikan tanpa keluhan.
Singkat cerita si B
memotong salibnya, sehingga dengan mudah ia mendahului kedua temannya. Sampai
di puncak bukit, si B melihat sebuah jurang yang teramat lebar memisahkan
puncak bukit itu dengan gerbang Surga. Di seberang jurang terlihat malaikat
Tuhan yang sudah menanti kedatangan mereka.
Dengan bersemangat si
B menanyakan jalan mana yang bisa dipakainya untuk sampai ke gerbang Surga,
tapi malaikat Tuhan itu menjawab, “Tuhan sudah sediakan jalan itu”.
Si B sangat bingung
karena dia sama sekali tidak melihat jalan yang
dimaksud sang malaikat Tuhan.
dimaksud sang malaikat Tuhan.
Beberapa
saat kemudian, si A dan C tiba di puncak bukit tersebut. Seperti halnya si B,
mereka bertanya tentang jalan ke seberang pada malaikat Tuhan, mereka
mendapatkan jawaban yang sama, “Tuhan sudah menyediakan jalan itu”.
Kemudian Roh Kudus
bukakan pikiran mereka berdua dan mereka mengerti sesuatu, ukuran salib yang
berat dan besar itu sudah Tuhan buat tepat sama dengan jarak antara puncak
bukit dan gerbang Surga, itulah jalan yang Tuhan sudah sediakan.
Mereka segera sadar
akan hal itu dan bergegas meletakkan salib mereka dan mulai menyeberang.
Si
B kebingungan karena salib yang Tuhan beri untuk dia sudah dia potong hingga
tidak bisa berfungsi sebagai jembatan. Namun dipikirnya dia dapat meminjam
salib A atau C untuk menyeberang. Tapi sungguh kasihan, begitu A dan C selesai
menyeberang dengan salib mereka, salib itu tiba-tiba menghilang. Itu berarti si
B tidak dapat menyeberang ke pintu Surga…
Dari
ilustrasi ini, prinsip manabur benih yang baik adalah berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ketepian. Dan bukan sebaliknya.
Pelajaran
yang sangat penting yang harus kita ketahui adalah bahwa. ”kita akan menuai apa
yang kita tabur. Kita tidak akan menuai yang lain, kita akan menuai hasil
persis seperti apa yang ditabur.” Apabila kita menabur ilalang, kita akan
menuai ilalang. dan tidak mungkin kita
akan menuai gandum. Saat ini saya sedang menabur benih, demikian juga
saudara. Setiap saat adalah saatnya menabur bagi kita. Namun pada waktu yang
sama kita juga sedang menuai. Saat ini kita sedang menuai panen dari bibit yang
ditaburkan pada masa lalu; sebagian kita menaburnya dengan sakit lutut dan
pinggang ; sebagian kita menaburnya dengan air mata. Saudara mengerti
maksudnya? Kita telah melewati banyak pengalaman dalam hidup ini. Apa yang kita
alami saat ini merupakan tuaian dari apa yang kita tabur pada masa lalu.
Benih yang kita tabur
juga merupakan faktor penentu dimana kita akan berada dalam alam kekekalan; di
Surga atau di neraka?, disana kita akan menuai panen tersebut untuk
selama-lamanya.
Jadi apabila kita
menabur, kita akan memperoleh dua macam panen, yakni panen saat ini dan panen
yang kekal. Di kekekalan, saudara akan menuai apa yang sudah kita tabur. Namun
demikian jenis panen kita ditentukan jenis benih yang kita tabur.
a. Perhatikan Ekspresi waktu menuai
Mzm 126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan
air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorai.
Mzm 126:6 Orang yang berjalan maju dengan menangis
sambil menabur benih, pasti pulang
dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Ekspresi orang yang menuai karena menabur benih yang
baik adalah bersorak-sorai (Bersukacita). Sebaliknya orang yang menuai benih
yang jahat berdukacita. Singkatnya ekspresi menuai adalah salah satu indikator
baik atau jahatnya benih yang kita tabur sebelumnya.
Pada
suatu hari sorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia
mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya
dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang, semakin bergerak
malah semakin dalam ia terperosok. Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat
tenaga memberikan pertolongannya, dengan susah payah yang terperosok itu dapat
diselamatkan. Pemuda yang pertama memapah pemuda yang terperosok ini pulang ke
rumahnya.
Ternyata rumah si
pemuda kedua sangat bagus, besar, megah, dan mewah. Ayah pemuda ini sangat berterima kasih atas
pertolongan yang diberikan kepada anaknya dan hendak memberikan uang. Pemuda
yang pertama ini menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya
sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesusahan. Sejak kejadian ini
mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama
adalah seorang yang miskin, sedangkan si pemuda yang kedua adalah bangsawan
yang kaya raya Si pemuda yang miskin ini mempunyai cita-cita untuk menjadi
dokter, namun ia tidak mempunyai biaya untuk kuliah. Tetapi, ada seseorang yang
murah hati, yaitu ayah dari pemuda bangsawan itu. Ia memberikan beasiswa sampai
akhirnya meraih gelar dokter.
Alexander Fleming [smithsonianmag]
Tahukah saudara siapa
nama pemuda miskin yang jadi dokter itu? Namanya ALEXANDER FLEMING, yang
kemudian menemukan obat Pinisilin. Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan
dalam suatu tugas ke medan perang, ia terluka parah sehingga menyebabkan demam
sangat tinggi karena infeksi. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi
serupa itu. Para dokter mendengar tentang pinisilin penemuan Dr. Fleming dan
mereka menyuntikan dengan pinisilin yang merupak obat penemuan baru. Apa yang
terjadi ? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda akhirnya
sembuh!!
Tahukah saudara
siapakah nama pemuda itu? Namanya adalah WINSTON CHURCHIL, Perdana Menteri Inggris yang termasyur itu. Dari kisah ini kita
dapat melihat hukum menabur dan menuai. Fleming menabur kebaikan, ia menuai
kebaikan pula. Cita-citanya terkabul, ia menjadi dokter. Fleming menemukan
pinisilin yang akhirnya menolong jiwa Churchil. Tidak sia-sia bukan beasiswa
yang diberikan ayah Churchil ?
b. Perhatikan tuaiannya
Ams 22:8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana,
dan tongkat amarahnya akan habis binasa.
Hos 8:7 Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting
beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka;
tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka
orang-orang lain menelannya.
Orang yang menabur
yang jahat pasti menerima yang jahat, tapi tidak semua orang yang sedang
menerima yang jahat karena menabur benih yang jahat. Kasus ini terjadi pada
Ayub. Jadi dalam konteks ujian Tuhan terhadap anaknya, maka apa yang dialami
seseorang saat ini tidak berarti itu adalah akibat menabur kejahatan
sebelumnya.
Namun demikian setiap
orang yang menabur kejahatan, kejahatan pula yang akan ia tuai.
Yakub dalam Kejadian
27-29? Yakub menipu ayahnya Ishak. Ia memakai kulit kambing berbulu dan
berpura-pura menjadi kakaknya Esau. Yakub ingin merebut berkat hak anak sulung
milik Esau. Jadi, ia menipu ayahnya yang sudah rabun tua. Setelah berhasil
menipu ayahnya, ia melarikan diri kepada pamannya, Laban. Yakub berpikir bahwa
ia sudah terlepas. Ia berpikir ia sudah bebas dan bersih dari dosa penipuan.
Kemudian ia jatuh cinta pada anak bungsu Laban yang cantik bernama Rahel. Untuk
menikah dengan Rahel, Laban meminta Yakub untuk berkerja selama 7 tahun bagi
dia. Pada hari pernikahan setelah upacara pernikahan selesai dan komitmen
dibuat, Yakub membuka tudung mempelainya. Dan di balik tudung adalah kakak
Rahel bernama Lea. Si penipu telah tertipu. Pada saat bulan madu Yakub
menyadari : “Anda menuai apa yang Anda tabur.” Anda tidak menuai sesuatu yang
berbeda tetapi Anda menuai sesuai jenisnya. Anda menuai mirip yang Anda tabur.
II.
PERBEDAANNYA TERLETAK
PADA: BANYAK SEDIKITNYA BENIH YANG DITABUR
2Kor
9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit,
akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Jemaat Korintus pernah
menyatakan kesiapan mereka untuk membantu jemaat miskin di Yerusalem (2b). Kesiapan
mereka malah merangsang orang lain untuk melakukan hal yang sama (2c). Sikap
jemaat Korintus membuat Paulus membanggakan mereka di hadapan jemaat Makedonia.
Namun seiring perjalanan waktu, mereka tidak melaksanakan janji tersebut.
Berarti, mereka tidak sepenuh hati ingin membantu jemaat miskin itu. Itu
sebabnya Paulus mendesak agar mereka mewujudkan komitmen mereka. Kini Paulus
membalik posisi jemaat Korintus, dengan menyebut-nyebut jemaat Makedonia untuk
membangkitkan rasa malu mereka (4). Karena itu Paulus meminta Titus dan
saudara-saudara yang lain untuk pergi mendahuluinya ke Korintus, dengan harapan
agar jemaat Korintus memenuhi janji mereka untuk mengumpulkan bantuan bagi
jemaat Yerusalem (5). Selanjutnya Paulus dalam ayat (6) memberikan prnsip hukum
tabur tuai. Prinsip tabur tuai bukan hanya mengatakan kepada kita bahwa kita akan
menuai apa yang kita tabur, tetapi juga bahwa kita akan menuai lebih banyak
daripada apa yang kita tabur.
Saya dulu punya lahan pertanian
yang cukup luas. Lahan tersebut sering saya tanam tanaman palawija seperti
jagung atau kedelai. Ketika saya menebar
benih di ladang, saya seakan-akan membuang
benih tersebut. Benih itu seolah-olah hilang, tetapi tidak benar-benar hilang.
Dalam beberapa waktu ia akan memperolehnya kembali-dengan lebih banyak
tambahannya alias berkali-kali lipat.
Demikian juga saat menyerahkan
diri kepada Kristus, kita seolah-olah menyia-nyiakan hidup. Namun, Dia bersabda
bahwa jika kita kehilangan hidup demi Dia, kita akan memperoleh hidup sejati .
Mat 10:39
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Yesus mengajar kita untuk mengukur hidup dengan
kehilangan daripada perolehan, dengan berkorban daripada menikmati kenyamanan
bagi diri sendiri, dengan menghabiskan waktu bersama orang lain daripada untuk
diri sendiri, dengan menaburkan cinta daripada menikmati cinta. Inilah aturan
hidup: Allah memberkati orang yang memberikan hidup dan harta bendanya
(2Korintus 9:6). Sampaikanlah kebenaran yang Anda ketahui, maka Dia akan
memberi Anda lebih banyak hal untuk Anda bagikan lagi. Berikanlah waktu Anda,
maka Anda akan memperoleh lebih banyak waktu untuk diberikan. Janganlah
membatasi kasih Anda, maka Anda akan memperoleh kasih yang lebih banyak untuk
orang lain daripada sebelumnya.
Seorang bijak Israel berkata, "Ada yang
menyebar harta, tetapi bertambah kaya" (Amsal 11:24). Ini adalah salah
satu paradoks kuno di dunia ini, tetapi benar-benar terjadi.
Banyak para penabur kebaikan, menabur hanya sedikit atau hanya asal
menabur, dengan kata lain mereka lebih memilih untuk jadi penabur yang malas
atau kikir. Mereka belum tahu bahwa jumlah yang
mereka taburkan adalah ukuran yang akan mereka tuai. Seorang petani yang menanami ratusan atau ribuan are
tanah mengetahui bahwa, ia akan menuai lebih banyak daripada yang ia tabur,
namun selalu dalam proporsi dengan apa yang ia tanam. Orang yang murah hati
dengan waktunya, talentanya, dan sumber dayanya akan menuai dengan limpah.
Orang yang murah hati dengan kasih, penghargaan, dan belas kasihan akan menuai
sesuai dengan proporsi sifat-sifat yang ia taburkan. Ketika kita menanam
sebutir biji jagung, kita menuai sebatang tanaman jagung dengan beberapa
bonggol jagung. Pada bonggol-bonggol jagung itu terdapat ratusan butir jagung.
Demikian juga dengan sebatang gandum. Hanya Allah yang dapat merancang
keajaiban ini. Hukum pengembalian yang bertambah ini membuat pertanian menjadi
suatu usaha yang dapat dijalankan. Tetapi, menabur menurut Roh memberi hasil
dalam kehidupan kekal. 1 Korintus 2:9 berkata, “Apa yang tidak pernah dilihat
oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul
di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi
Dia.”
Jadi
prinsip tabur tuai bukan hanya mengatakan kepada kita bahwa kita akan menuai
apa yang kita tabur, tetapi juga bahwa kita akan menuai lebih banyak daripada
apa yang kita tabur. Hal itu adalah benar, terlepas dari apapun yang kita tabur
entah itu baik atau jahat. Untuk itu Alkitab mengajar kita untuk tidak
jemu-jemu dalam menabur kebaikan karena suatu saat kita pasti menuainya.
Gal 6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena
apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
2Tes
3:13 Dan kamu, saudara-saudara,
janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.
III.
PERBEDAANNYA TERLETAK
PADA: TEMPAT MENABURNYA
Karena
kita semua menuai apa yang kita tabur, kita sangat perlu untuk menabur di tempat
yang benar. Alkitab menyatakan bahwa hanya punya 2 ladang/tempat di mana kita bisa menabur.
1. Menabur
dalam daging
Gal 6:8
Sebab barangsiapa menabur
dalam dagingnya, ia akan menuai
kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia
akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Gal
6:6. Membagi berarti ikut ambil bagian bersama dengan
orang lain. Orang yang menerima pengajaran dalam Firman membagi materi
yang dimilikinya dengan orang yang mengajarinya. Dengan cara ini dia ikut ambil
bagian dalam pekerjaan Tuhan. Ini adalah rencana ilahi.
Gal
6:7 Paulus mengingatkan
jemaat Galatia untuk waspada jangan sampai ada yang mengesampingkannya
prinsip yang dia kemukakan pada ayat 6..
Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Kata dipermainkan berarti mengejek.
Tidak seorang pun dapat melalukan hal itu dengan berhasil terhadap Allah atau
mengelak ketetapan-Nya bahwa "apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya" .
Dalam konteks seperti itulah frase “menabur
dalam daging” itu dikemukakan oleh Paulus dalam Gal 6:8. Dengan
demikian kita mudah memahami bahwa orang Kristen yang mementingkan diri sendiri
dan tidak memikirkan kebutuhan orang lain dan tidak berpartisipasi dalam
pekerjaan Tuhan adalah sama dengan orang
menabur dalam dagingnya. Orang
yang menabur dalam daging adalah orang yang memakai sumber daya yang ada
padanya untuk memuaskan keinginan pribadinya dan mengabaikan sama sekali
tanggung jawabnya di dalam pekerjaan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa orang
semacam ini pasti akan menuai
kebinasaan.
Ketika kita menabur
dalam daging, kita akan menuai “kebinasaan” (φθορα phthora). Kata ini berarti “membusuk, rusak, musnah”,
dan itulah yang kita lakukan jika kita secara moral dan rohani membusuk. Kita
berubah dari hidup menjadi mati. Itulah sebabnya jika seorang umat percaya
merangkul pola hidup kedagingan, mereka beralih dari baik menjadi buruk dan dari
burukmenjadi buruk sekali, di mana pembusukan mulai berjalan, dan ia mulai
mati. Akhirnya kita tidak pantas digunakan dalam Kerajaan Allah. Itulah
sebabnya Rasul Paulus berkata, “…barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah” (Galatia 5:21). Jika kita menabur dalam daging, kita akan menuai
kerusakan oleh daging. Hosea 8:7 berkata, “Sebab
mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung…” Yakobus 1:15
: “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi,
ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
2.
Menabur dalam
Roh
Gal 6:8
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan
dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur
dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu.
Menabur
dalam Roh adalah kebalikan dari menabur dalm daging. Kalau menabur dalam daging
adalah orang yang menabur hanya untuk diri sendiri, maka menabur dalam Roh
adalah orang yang mau berbagi untuk orang lain dan mau mengambil bagian secara
aktif untuk pekerjaan Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Galatia untuk
senantiasa mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, entah melalui daya, dana
maupun doa.
Alkitab
berulang kali menekankan kita untuk memikirkan kepentingan orang lain dengan cara
berbagi. Pembagian (Berbagi) adalah matematikanya orang Kristen, sedangkan
perkalian dan penjumlahan adalah matematikanya orang dunia dan orang kikir. Di
saat kita berbagi bagi orang susah, bagi pekerjaan Tuhan, maka pada saat itu
pula kita telah menabur di ladang yang tepat, yaitu di ladang Roh.
Tuhan
menjanjikan bahwa setiap orang yang menabur dalam roh akan menuai hidup yang
kekal.
Keadaan
saudara dan saya kelak tergantung pada di mana kita menabur saat ini, apa di
dalam daging atau dalam Roh.
IV.
PERBEDAANNYA TERLETAK
PADA: WAKTU UNTUK MENUAI
Pkh 3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk
meninggal, ada waktu untuk menanam,
ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
Alkitab mengajar kita
bahwa setiap jenis tanaman mempunyai waktu menuai berbeda-beda, tergantung pada
jenis tanaman yang ditanam. Kalau kita menanam jagung, padi, kedelai tentu 3-4 bulan kita suadah panen. Tapi kalau
kita tanam kelapa, kelapa sawit,atau karet 3-7 tahun baru kita akan bisa
memetik hasilnya.
Suatu pelajaran yang
pasti menabur adalah bagian kita, sedang menuai itu urusan Tuhan. Untuk itu
lakukan saja bagian kita, karena suatu saat namun pasti kita akan menuai, baik
selama kita di bumi ini atau di bumi yang baru.
Adalah
anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu
sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka
oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
Tapi sang gadis tahu,
anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga
segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.
“Ibu mengajarkan
kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.
“Aku berterima kasih
dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu
tersebut.
Belasan tahun berlalu…
Gadis itu tumbuh
menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota
kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana
terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly
dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit
pancaran aneh di mata sang dokter.
Bergegas ia turun dari
kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan.
Wanita itu pun menerima amplop tagihan
Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski
dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu,
dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…
“Telah dibayar lunas
dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.
(dr. Howard Kelly
adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr
buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania,
AS)
Begitulah …
Jangan ragu berbuat
baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu
mengikuti kita. We will harvest what we plant..
Seseorang suatu kali berkata,
“Apa yang kita tabur pada masa muda, akan kita tuai pada saat tua. Dan apa yang
kita tabur pada waktunya, akan kita tuai dalam kekekalan.” Kita mungkin tidak
selalu menuai dengan cepat tetapi kita akan selalu menuai. Petani tahu ada
waktu untuk menanam dan ada waktu untuk memetik – masing-masing terjadi pada
waktu yang berbeda. Allah selalu menyelesaikan perhitungan-Nya. Hari pembalasan
kan datang suatu hari kelak dan setiap orang akan menuai sesuai kerangka waktu
Allah. Salah satu pemikir terbesar di dunia telah mengingatkan kita, “Taburlah pikiran maka Anda akan menuai
tindakan, taburlah tindakan maka Anda akan menuai kebiasaan, taburlah kebiasaan
maka akan menuai karakter, dan taburlah karakter maka Anda akan menuai masa
depan.”
Seorang
penginjil muda dari Eropa berangkat dengan penuh semangat ke tanah Afrika
sebagai seorang misionaris. Dia membawa serta istrinya dan anak perempuannya
yang masih kecil. Lama dia berusaha, tidak ada hasil. Istrinya mati dengan
menyedihkan di tempat misi mereka. Tak ada hasil. Satu-satunya yang dia dapat,
hanyalah seorang anak desa yang kumuh dan ingusan yang mendengarkan cerita
tentang Yesus. Pulanglah dia dengan kepahitan dan sakit hati. Dia mengabaikan
anaknya dan meninggalkan Tuhan. Hidup mabuk-mabukan dalam kesengsaraan yang
merobek jiwa. Tahun demi tahun berlaku, anak perempuannya tumbuh dan menikah
dengan pria baik-baik dan kemudian berusaha mencari ayahnya. Menyertai dia,
adalah seorang penginjil kulit hitam yang telah berkhotbah di hadapan ribuan
orang di berbagai Negara. Penginjil itu adalah anak kecil yang dikhotbahi
penginjil yang sakit hati itu, dahulu kala.
Karena
itu lihatlah ladang market place kita. Apa yang kita lihat? Tuaian yang
menguning. Kita bisa melihat dengan pahit dan kecewa seperti sang penginjil
itu, atau kita melihat dengan mata iman, bahwa sungguh Allah yang menyediakan
tuaian.Kenali ladang tuaian anda dan kerjakan bagian anda, karena kapan kita
akan menuai itu adalah bagian Tuhan.
~AMIN~
Halleluya,Things Will Get Better With Jesus Christ
ReplyDeleteKita jg pwrliu melihat. Bgmna sikap org tua itu ktika anknya mah kcil. Krn byk yg kita dapati. Org tua, terutama ayah. Slalu sibuk dgn kesenangan sndri. Ga peduli kpda anknya. Krn menurutnya. Urusan ank adlh urusan istri. Shingga tdk ada ikatan bthin antara ank dan ayh. Mka jgn slhkan ank kk tua. Ank pun tdk ada ikatan batin dgn ayhnya. Apalagi ank prnh tersakiti hati oleh pengkhianatan ayh terhdap ibunya.kita hnya mlht dari luar dan kisah skrg SJ. Kita TDK tau asal-muasal penyebabnya. Jf jgn menghakimi.
ReplyDelete