Sunday, March 24, 2013

Menabur dan Menuai



MENABUR DAN MENUAI
Oleh: EV. I Ketut Sunalis Muadi, S.Th

S
uatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu, karena penyakit tuanya. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek  yang sudah pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan.

Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua bangka ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa untuk si kakek.
Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu dan tempurung kelapa. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”

Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu dan mangkok tempurung kelapa buat ayah dan ibu untuk makan saat ayah dan ibu sudah jadi kakek dan nenek. Soalnya, ketika aku besar dan sudah menikah nanti, aku juga tidak mau direpotkan sebagaimana kakek merepotkan ibu dan ayah saat ini. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Dari cerita di atas kita melihat bahwa apa yang kita tabur pasti akan kita tuai. Hukum tabur tuai adalah hukum yang sering  atau umum kita dengar. Bahkan hampir di semua agama kita bisa menemukan hukum ini dengan berbagai nama. Namun apakah hukum tabur tuai itu sama dengan hukum karma, atau hukum sebab akibat, hal tersebut akan kita bicarakan dilain kesempatan.
            Alkitab secara implisit menggambarkan bahwa pada dasarnya setiap  manusia di muka bumi ini sedang menabur. Dengan kata lain bahwa setiap orang adalah seorang penabur. Dan pada pelajaran kali ini saya akan membahas tentang letak perbedaan antara penabur yang satu dengan penabur  lainnya.

I.                   PERBEDAANNYA TERLETAK PADA: BENIH YANG DITABUR

Gal 6:7  Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya(TB).

Gal 6:7  Janganlah tertipu. Allah tidak bisa dipermainkan! Apa yang ditanam, itulah yang dituai (BIS).

Gal 6:7  Janganlah kamu tersesat: Allah tiada boleh diolok-olokkan; karena barang yang ditabur orang, itu juga akan dituainya(TL)

Pernyataan Paulus mengenai prinsip tabur tuai yang kekal ini didahului dengan pernyataan: ”Jangan Sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan”. Mengapa Paulus menambahkan kata-kata tersebut?
Dalam KJV dikatakan : ”Do not be deceived, God is not mocked”. ”Jangan tertipu. Tuhan tidak dapat dikelabui”.
Paulus mengingatkan, “Jangan tertipu atau jangan menipu dirimu sendiri! Karena kita tidak akan dapat mengelabui Tuhan. Tuhan tahu benih apa yang saudara dan saya taburkan dan benih apapun yang kita taburkan, jenis benih itulah yang akan dituai pada masa panen.”

Dengan demikian sebenarnya setiap orang sedang menabur, perbedaannnya terletak pada benih yang ditaburkan. Alkitab menyebut dengan bermacam-macam benih, tapi pada prinsipnya bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu:

·         Benih yang baik

Ams 11:18  Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.

Gal 6:9  Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

·         Benih yang jahat

Ams 22:8  Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa.

Hos 8:7  Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya.

         
Selain itu,  kita juga bisa melihat benih apa yang sedang ditabur dari Ekspresi orang yang menabur dan maupun yang menuai di kemudian hari. Ekspresi orang yang menabur dan menuai  adalah salah satu indikator untuk mengetahui benih apa yang sedang ditabur. Alkitab mengatakan bahwa ada yang menabur dengan mencucurkan air mata dan menuai dengan bersorak- sorai.

Mzm 126:5  Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Mzm 126:6  Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Ekspresi orang yang menabur kebaikan senantiasa mencucurkan air mata. Semua ini berbicara tentang adanya harga yang harus dibayar atau pengorbanan dalam menabur benih yang baik. Semantara kalau menabur kejahatan ekspresinya penaburnya terbalik seratus delapan puluh derajat dengan penabur benih kebaikan. Mereka akan menabur dengan berhura-hura dan menuai dengan berdukacita.

Ada 3 orang; A, B, dan C diberi tugas oleh Tuhan untuk memikul salib yang sama besar dan sangat berat menuju puncak sebuah bukit. Di sana Tuhan berjanji akan menjemput mereka ke Surga.
Di tengah jalan ketiga orang itu melihat sebuah gergaji, si B mulai berpikir dan menghasut kedua temannya untuk memotong salib mereka supaya salib itu menjadi ringan. Namun kedua temannya tidak menuruti usul si B karena mereka taat dan mengasihi Tuhan. Kasih mereka kepada Tuhan membuat mereka mau dan rela memikul tanggung jawab yang Tuhan sudah berikan tanpa keluhan.
Singkat cerita si B memotong salibnya, sehingga dengan mudah ia mendahului kedua temannya. Sampai di puncak bukit, si B melihat sebuah jurang yang teramat lebar memisahkan puncak bukit itu dengan gerbang Surga. Di seberang jurang terlihat malaikat Tuhan yang sudah menanti kedatangan mereka.
Dengan bersemangat si B menanyakan jalan mana yang bisa dipakainya untuk sampai ke gerbang Surga, tapi malaikat Tuhan itu menjawab, “Tuhan sudah sediakan jalan itu”.
Si B sangat bingung karena dia sama sekali tidak melihat jalan yang
dimaksud sang malaikat Tuhan.
Beberapa saat kemudian, si A dan C tiba di puncak bukit tersebut. Seperti halnya si B, mereka bertanya tentang jalan ke seberang pada malaikat Tuhan, mereka mendapatkan jawaban yang sama, “Tuhan sudah menyediakan jalan itu”.
Kemudian Roh Kudus bukakan pikiran mereka berdua dan mereka mengerti sesuatu, ukuran salib yang berat dan besar itu sudah Tuhan buat tepat sama dengan jarak antara puncak bukit dan gerbang Surga, itulah jalan yang Tuhan sudah sediakan.
Mereka segera sadar akan hal itu dan bergegas meletakkan salib mereka dan mulai menyeberang.
Si B kebingungan karena salib yang Tuhan beri untuk dia sudah dia potong hingga tidak bisa berfungsi sebagai jembatan. Namun dipikirnya dia dapat meminjam salib A atau C untuk menyeberang. Tapi sungguh kasihan, begitu A dan C selesai menyeberang dengan salib mereka, salib itu tiba-tiba menghilang. Itu berarti si B tidak dapat menyeberang ke pintu Surga…
Dari ilustrasi ini, prinsip manabur benih yang baik adalah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Dan bukan sebaliknya.

Pelajaran yang sangat penting yang harus kita ketahui adalah bahwa. ”kita akan menuai apa yang kita tabur. Kita tidak akan menuai yang lain, kita akan menuai hasil persis seperti apa yang ditabur.” Apabila kita menabur ilalang, kita akan menuai ilalang. dan tidak mungkin kita  akan menuai gandum. Saat ini saya sedang menabur benih, demikian juga saudara. Setiap saat adalah saatnya menabur bagi kita. Namun pada waktu yang sama kita juga sedang menuai. Saat ini kita sedang menuai panen dari bibit yang ditaburkan pada masa lalu; sebagian kita menaburnya dengan sakit lutut dan pinggang ; sebagian kita menaburnya dengan air mata. Saudara mengerti maksudnya? Kita telah melewati banyak pengalaman dalam hidup ini. Apa yang kita alami saat ini merupakan tuaian dari apa yang kita tabur pada masa lalu.
Benih yang kita tabur juga merupakan faktor penentu dimana kita akan berada dalam alam kekekalan; di Surga atau di neraka?, disana kita akan menuai panen tersebut untuk selama-lamanya.
Jadi apabila kita menabur, kita akan memperoleh dua macam panen, yakni panen saat ini dan panen yang kekal. Di kekekalan, saudara akan menuai apa yang sudah kita tabur. Namun demikian jenis panen kita ditentukan jenis benih yang kita tabur.



a.      Perhatikan Ekspresi waktu menuai

Mzm 126:5  Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Mzm 126:6  Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Ekspresi orang yang menuai karena menabur benih yang baik adalah bersorak-sorai (Bersukacita). Sebaliknya orang yang menuai benih yang jahat berdukacita. Singkatnya ekspresi menuai adalah salah satu indikator baik atau jahatnya benih yang kita tabur sebelumnya.

Pada suatu hari sorang pemuda sedang berjalan di tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur yang mengambang, semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok. Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga memberikan pertolongannya, dengan susah payah yang terperosok itu dapat diselamatkan. Pemuda yang pertama memapah pemuda yang terperosok ini pulang ke rumahnya.
Ternyata rumah si pemuda kedua sangat bagus, besar, megah, dan mewah.  Ayah pemuda ini sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya dan hendak memberikan uang. Pemuda yang pertama ini menolak pemberian tersebut. Ia berkata bahwa sudah selayaknya sesama manusia menolong orang lain yang dalam kesusahan. Sejak kejadian ini mereka menjalin persahabatan.
Si pemuda pertama adalah seorang yang miskin, sedangkan si pemuda yang kedua adalah bangsawan yang kaya raya Si pemuda yang miskin ini mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter, namun ia tidak mempunyai biaya untuk kuliah. Tetapi, ada seseorang yang murah hati, yaitu ayah dari pemuda bangsawan itu. Ia memberikan beasiswa sampai akhirnya meraih gelar dokter.
Alexander Fleming [smithsonianmag]
Tahukah saudara siapa nama pemuda miskin yang jadi dokter itu? Namanya ALEXANDER FLEMING, yang kemudian menemukan obat Pinisilin. Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang, ia terluka parah sehingga menyebabkan demam sangat tinggi karena infeksi. Pada waktu itu belum ada obat untuk infeksi serupa itu. Para dokter mendengar tentang pinisilin penemuan Dr. Fleming dan mereka menyuntikan dengan pinisilin yang merupak obat penemuan baru. Apa yang terjadi ? Berangsur-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda akhirnya sembuh!!
Tahukah saudara siapakah nama pemuda itu? Namanya adalah WINSTON CHURCHIL, Perdana Menteri Inggris yang termasyur itu. Dari kisah ini kita dapat melihat hukum menabur dan menuai. Fleming menabur kebaikan, ia menuai kebaikan pula. Cita-citanya terkabul, ia menjadi dokter. Fleming menemukan pinisilin yang akhirnya menolong jiwa Churchil. Tidak sia-sia bukan beasiswa yang diberikan ayah Churchil ?


b.      Perhatikan tuaiannya

Ams 22:8  Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa.

Hos 8:7  Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-orang lain menelannya.

Orang yang menabur yang jahat pasti menerima yang jahat, tapi tidak semua orang yang sedang menerima yang jahat karena menabur benih yang jahat. Kasus ini terjadi pada Ayub. Jadi dalam konteks ujian Tuhan terhadap anaknya, maka apa yang dialami seseorang saat ini tidak berarti itu adalah akibat menabur kejahatan sebelumnya.
Namun demikian setiap orang yang menabur kejahatan, kejahatan pula yang akan ia tuai.

Yakub dalam Kejadian 27-29? Yakub menipu ayahnya Ishak. Ia memakai kulit kambing berbulu dan berpura-pura menjadi kakaknya Esau. Yakub ingin merebut berkat hak anak sulung milik Esau. Jadi, ia menipu ayahnya yang sudah rabun tua. Setelah berhasil menipu ayahnya, ia melarikan diri kepada pamannya, Laban. Yakub berpikir bahwa ia sudah terlepas. Ia berpikir ia sudah bebas dan bersih dari dosa penipuan. Kemudian ia jatuh cinta pada anak bungsu Laban yang cantik bernama Rahel. Untuk menikah dengan Rahel, Laban meminta Yakub untuk berkerja selama 7 tahun bagi dia. Pada hari pernikahan setelah upacara pernikahan selesai dan komitmen dibuat, Yakub membuka tudung mempelainya. Dan di balik tudung adalah kakak Rahel bernama Lea. Si penipu telah tertipu. Pada saat bulan madu Yakub menyadari : “Anda menuai apa yang Anda tabur.” Anda tidak menuai sesuatu yang berbeda tetapi Anda menuai sesuai jenisnya. Anda menuai mirip yang Anda tabur.


II.                PERBEDAANNYA TERLETAK PADA: BANYAK SEDIKITNYA BENIH YANG DITABUR

2Kor 9:6  Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

Jemaat Korintus pernah menyatakan kesiapan mereka untuk membantu jemaat miskin di Yerusalem (2b). Kesiapan mereka malah merangsang orang lain untuk melakukan hal yang sama (2c). Sikap jemaat Korintus membuat Paulus membanggakan mereka di hadapan jemaat Makedonia. Namun seiring perjalanan waktu, mereka tidak melaksanakan janji tersebut. Berarti, mereka tidak sepenuh hati ingin membantu jemaat miskin itu. Itu sebabnya Paulus mendesak agar mereka mewujudkan komitmen mereka. Kini Paulus membalik posisi jemaat Korintus, dengan menyebut-nyebut jemaat Makedonia untuk membangkitkan rasa malu mereka (4). Karena itu Paulus meminta Titus dan saudara-saudara yang lain untuk pergi mendahuluinya ke Korintus, dengan harapan agar jemaat Korintus memenuhi janji mereka untuk mengumpulkan bantuan bagi jemaat Yerusalem (5). Selanjutnya Paulus dalam ayat (6) memberikan prnsip hukum tabur tuai. Prinsip tabur tuai bukan hanya mengatakan kepada kita bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur, tetapi juga bahwa kita akan menuai lebih banyak daripada apa yang kita tabur.
                                   
Saya dulu punya lahan pertanian yang cukup luas. Lahan tersebut sering saya tanam tanaman palawija seperti jagung atau kedelai.  Ketika saya menebar benih di ladang, saya  seakan-akan membuang benih tersebut. Benih itu seolah-olah hilang, tetapi tidak benar-benar hilang. Dalam beberapa waktu ia akan memperolehnya kembali-dengan lebih banyak tambahannya alias berkali-kali lipat.

Demikian juga saat menyerahkan diri kepada Kristus, kita seolah-olah menyia-nyiakan hidup. Namun, Dia bersabda bahwa jika kita kehilangan hidup demi Dia, kita akan memperoleh hidup sejati .

Mat 10:39  Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Yesus mengajar kita untuk mengukur hidup dengan kehilangan daripada perolehan, dengan berkorban daripada menikmati kenyamanan bagi diri sendiri, dengan menghabiskan waktu bersama orang lain daripada untuk diri sendiri, dengan menaburkan cinta daripada menikmati cinta. Inilah aturan hidup: Allah memberkati orang yang memberikan hidup dan harta bendanya (2Korintus 9:6). Sampaikanlah kebenaran yang Anda ketahui, maka Dia akan memberi Anda lebih banyak hal untuk Anda bagikan lagi. Berikanlah waktu Anda, maka Anda akan memperoleh lebih banyak waktu untuk diberikan. Janganlah membatasi kasih Anda, maka Anda akan memperoleh kasih yang lebih banyak untuk orang lain daripada sebelumnya.
Seorang bijak Israel berkata, "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya" (Amsal 11:24). Ini adalah salah satu paradoks kuno di dunia ini, tetapi benar-benar terjadi.

Banyak para penabur kebaikan, menabur hanya sedikit atau hanya asal menabur, dengan kata lain mereka lebih memilih untuk jadi penabur yang malas atau kikir. Mereka belum tahu bahwa jumlah yang  mereka taburkan adalah ukuran yang akan mereka tuai. Seorang petani yang menanami ratusan atau ribuan are tanah mengetahui bahwa, ia akan menuai lebih banyak daripada yang ia tabur, namun selalu dalam proporsi dengan apa yang ia tanam. Orang yang murah hati dengan waktunya, talentanya, dan sumber dayanya akan menuai dengan limpah. Orang yang murah hati dengan kasih, penghargaan, dan belas kasihan akan menuai sesuai dengan proporsi sifat-sifat yang ia taburkan. Ketika kita menanam sebutir biji jagung, kita menuai sebatang tanaman jagung dengan beberapa bonggol jagung. Pada bonggol-bonggol jagung itu terdapat ratusan butir jagung. Demikian juga dengan sebatang gandum. Hanya Allah yang dapat merancang keajaiban ini. Hukum pengembalian yang bertambah ini membuat pertanian menjadi suatu usaha yang dapat dijalankan. Tetapi, menabur menurut Roh memberi hasil dalam kehidupan kekal. 1 Korintus 2:9 berkata, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

Jadi prinsip tabur tuai bukan hanya mengatakan kepada kita bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur, tetapi juga bahwa kita akan menuai lebih banyak daripada apa yang kita tabur. Hal itu adalah benar, terlepas dari apapun yang kita tabur entah itu baik atau jahat. Untuk itu Alkitab mengajar kita untuk tidak jemu-jemu dalam menabur kebaikan karena suatu saat kita pasti menuainya.

Gal 6:9  Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
2Tes 3:13  Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.

III.             PERBEDAANNYA TERLETAK PADA: TEMPAT  MENABURNYA

Karena kita semua menuai apa yang kita tabur, kita sangat perlu untuk menabur di tempat yang benar. Alkitab menyatakan bahwa hanya punya 2 ladang/tempat  di mana kita bisa menabur.

1.      Menabur dalam daging

Gal 6:8  Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

Gal 6:6. Membagi berarti ikut ambil bagian bersama dengan orang lain. Orang yang menerima pengajaran dalam Firman membagi materi yang dimilikinya dengan orang yang mengajarinya. Dengan cara ini dia ikut ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Ini adalah rencana ilahi.
Gal 6:7 Paulus mengingatkan jemaat Galatia untuk waspada jangan sampai ada yang mengesampingkannya prinsip yang dia kemukakan pada ayat 6..  Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Kata dipermainkan berarti mengejek. Tidak seorang pun dapat melalukan hal itu dengan berhasil terhadap Allah atau mengelak ketetapan-Nya bahwa "apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" .

Dalam konteks seperti itulah frase “menabur dalam daging” itu dikemukakan oleh Paulus dalam Gal 6:8. Dengan demikian kita mudah memahami bahwa orang Kristen yang mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan kebutuhan orang lain dan tidak berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan adalah sama dengan orang menabur dalam dagingnya.  Orang yang menabur dalam daging adalah orang yang memakai sumber daya yang ada padanya untuk memuaskan keinginan pribadinya dan mengabaikan sama sekali tanggung jawabnya di dalam pekerjaan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa orang semacam ini  pasti akan menuai kebinasaan.

Ketika kita menabur dalam daging, kita akan menuai “kebinasaan” (φθορα phthora). Kata ini berarti “membusuk, rusak, musnah”, dan itulah yang kita lakukan jika kita secara moral dan rohani membusuk. Kita berubah dari hidup menjadi mati. Itulah sebabnya jika seorang umat percaya merangkul pola hidup kedagingan, mereka beralih dari baik menjadi buruk dan dari burukmenjadi buruk sekali, di mana pembusukan mulai berjalan, dan ia mulai mati. Akhirnya kita tidak pantas digunakan dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, “…barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (Galatia 5:21). Jika kita menabur dalam daging, kita akan menuai kerusakan oleh daging. Hosea 8:7 berkata, “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung…” Yakobus 1:15 : “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

2.      Menabur dalam Roh

Gal 6:8  Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

Menabur dalam Roh adalah kebalikan dari menabur dalm daging. Kalau menabur dalam daging adalah orang yang menabur hanya untuk diri sendiri, maka menabur dalam Roh adalah orang yang mau berbagi untuk orang lain dan mau mengambil bagian secara aktif untuk pekerjaan Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Galatia untuk senantiasa mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, entah melalui daya, dana maupun doa.

Alkitab berulang kali menekankan kita untuk memikirkan kepentingan orang lain dengan cara berbagi. Pembagian (Berbagi) adalah matematikanya orang Kristen, sedangkan perkalian dan penjumlahan adalah matematikanya orang dunia dan orang kikir. Di saat kita berbagi bagi orang susah, bagi pekerjaan Tuhan, maka pada saat itu pula kita telah menabur di ladang yang tepat, yaitu di ladang Roh.
Tuhan menjanjikan bahwa setiap orang yang menabur dalam roh akan menuai hidup yang kekal.

Keadaan saudara dan saya kelak tergantung pada di mana kita menabur saat ini, apa di dalam daging atau dalam Roh.


IV.             PERBEDAANNYA TERLETAK PADA: WAKTU UNTUK MENUAI

Pkh 3:2  Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;

Alkitab mengajar kita bahwa setiap jenis tanaman mempunyai waktu menuai berbeda-beda, tergantung pada jenis tanaman yang ditanam. Kalau kita menanam jagung, padi, kedelai  tentu 3-4 bulan kita suadah panen. Tapi kalau kita tanam kelapa, kelapa sawit,atau karet 3-7 tahun baru kita akan bisa memetik hasilnya.
Suatu pelajaran yang pasti menabur adalah bagian kita, sedang menuai itu urusan Tuhan. Untuk itu lakukan saja bagian kita, karena suatu saat namun pasti kita akan menuai, baik selama kita di bumi ini atau di bumi yang baru.

Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.
“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.
“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.

Belasan tahun berlalu…

Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.
Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu  pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…
“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.
(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)
Begitulah …
Jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita. We will harvest what we plant..



Seseorang suatu kali berkata, “Apa yang kita tabur pada masa muda, akan kita tuai pada saat tua. Dan apa yang kita tabur pada waktunya, akan kita tuai dalam kekekalan.” Kita mungkin tidak selalu menuai dengan cepat tetapi kita akan selalu menuai. Petani tahu ada waktu untuk menanam dan ada waktu untuk memetik – masing-masing terjadi pada waktu yang berbeda. Allah selalu menyelesaikan perhitungan-Nya. Hari pembalasan kan datang suatu hari kelak dan setiap orang akan menuai sesuai kerangka waktu Allah. Salah satu pemikir terbesar di dunia telah mengingatkan kita, “Taburlah pikiran maka Anda akan menuai tindakan, taburlah tindakan maka Anda akan menuai kebiasaan, taburlah kebiasaan maka akan menuai karakter, dan taburlah karakter maka Anda akan menuai masa depan.”


Seorang penginjil muda dari Eropa berangkat dengan penuh semangat ke tanah Afrika sebagai seorang misionaris. Dia membawa serta istrinya dan anak perempuannya yang masih kecil. Lama dia berusaha, tidak ada hasil. Istrinya mati dengan menyedihkan di tempat misi mereka. Tak ada hasil. Satu-satunya yang dia dapat, hanyalah seorang anak desa yang kumuh dan ingusan yang mendengarkan cerita tentang Yesus. Pulanglah dia dengan kepahitan dan sakit hati. Dia mengabaikan anaknya dan meninggalkan Tuhan. Hidup mabuk-mabukan dalam kesengsaraan yang merobek jiwa. Tahun demi tahun berlaku, anak perempuannya tumbuh dan menikah dengan pria baik-baik dan kemudian berusaha mencari ayahnya. Menyertai dia, adalah seorang penginjil kulit hitam yang telah berkhotbah di hadapan ribuan orang di berbagai Negara. Penginjil itu adalah anak kecil yang dikhotbahi penginjil yang sakit hati itu, dahulu kala.
Karena itu lihatlah ladang market place kita. Apa yang kita lihat? Tuaian yang menguning. Kita bisa melihat dengan pahit dan kecewa seperti sang penginjil itu, atau kita melihat dengan mata iman, bahwa sungguh Allah yang menyediakan tuaian.Kenali ladang tuaian anda dan kerjakan bagian anda, karena kapan kita akan menuai itu adalah bagian Tuhan.
~AMIN~

2 comments:

  1. Halleluya,Things Will Get Better With Jesus Christ

    ReplyDelete
  2. Kita jg pwrliu melihat. Bgmna sikap org tua itu ktika anknya mah kcil. Krn byk yg kita dapati. Org tua, terutama ayah. Slalu sibuk dgn kesenangan sndri. Ga peduli kpda anknya. Krn menurutnya. Urusan ank adlh urusan istri. Shingga tdk ada ikatan bthin antara ank dan ayh. Mka jgn slhkan ank kk tua. Ank pun tdk ada ikatan batin dgn ayhnya. Apalagi ank prnh tersakiti hati oleh pengkhianatan ayh terhdap ibunya.kita hnya mlht dari luar dan kisah skrg SJ. Kita TDK tau asal-muasal penyebabnya. Jf jgn menghakimi.

    ReplyDelete