Fakta Alkitab Tentang Kasih Setia Allah
1. KASIH SETIA ALLAH BERSIFAT KEKAL
MAZMUR 118:1-3
1 Beryukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik! Bahwasanya UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIANYA.
2 Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIANYA!”
3 Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIANYA!”
RATAPAN 3:22-23
TAK BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN , tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar setia-Mu.
Kasih setia Allah itu kekal, karena Allah itu kekal. Artinya kasih
setia Allah merupakan hakekat Allah yang kekal. Namun demikian kita
harus membedakan KASIH SETIA” Allah yang melekat pada diri-Nya dan KASIH
SETIA Allah dalam konteks perjanjian dengan umat-Nya.
II. KASIH SETIA ALLAH PADA JANJINYA TIDAK BISA DIBATALKAN OLEH FAKTOR-FAKTOR LUAR
- BENCANA ALAM
YESAYA 54:10
Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukitpun bergoyang
tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian
damai-Ku tidak akan bergoyang.
Dalam ayat ini jelas kita bisa
lihat bahwa kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya tidak bisa berubah karena
situasi dan kondisi diluar perjanjian orang percaya dan Allah. Allah
setia pada janji-Nya, dan janji-Nya tidak akan batal Cuma karena bencana
alam dan keadaan bumi yang lagi gonjang ganjing ( gunung-gunung
beranjak dan bukit-bukit bergoyang).
- PENGANIAYAAN DAN KESULITAN HIDUP
ROMA 8:35
Siapakah yang akan memisahkan kita aminan keselamatan jika hal itu
dikaitkan dengan kesulitan hidup seperti penganiayaan , penindasan dan
kelaparan. Kita harus menimani hal ini bahwa memang kasih dan kesetiaan
Tuhan terhadap kita orang percaya tidak bisa dipisahkan OLEH
faktor-faktor eksternal. Tapi apakah ini berarti tidak ada yang bisa
memisahkan kita dari kasih Kristus?, hal itu saya akan BAHAS sebentar.
- INTIMIDASI PIHAK KETIGA
ROMA 8:38-39
38 Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik
malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang
39 atau kuasa-kuasa, baik yang diatas ,
maupun yang dibawah, ataupun sesuatu mahluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Yesus Kristus.
Ayat ini memberikan jamian keselamatan dari segala rongrongan pihak
ketiga. Dengan kata lain ayat ini mau meneguhkan orang percaya bahwa
kasih setia Allah tidak akan berubah karena tekanan pihak luar. Kita
sebagai orang percaya tentu bersyukur akan hal ini, tapi tidak berarti
ayat ini kita bisa jadikan jaminan palsu bahwa sekali selamat tetap
selamat, karena ayat ini tidak berbicara tentang faktor internal.
- KETERBATASAN-KETERBATASN DAN HUKUM ALAM
IBRANI 11:11
Karena iman Ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak
cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang
memberikan janji itu setia.
Ia adalah Allah yang setia terhadap
apa yang Ia janjikan (Ibrani 11:11).Sara adalah seorang yang mandul (
Kejadian 11:30), selain itu Sara juga sudah mencapai umur yakni seratus
tahun yang “tak mungkin lagi” untuk mengandung dan melahirkan karena
rahimnya telah tertutup(Monopouse), dan keadaan tubuhnya sangatlah
lemah. Kemenangan iman dalam pengalaman Sara adalah karena iman Sara
bersandar kepada Firman yang dijanjikan Allah dan kepada kesetiaan-Nya
yang aktif dalam memenuhi Firman-Nya ( Roma 4:19-22). Saya yakin kalau
sara tidak beriman (Taat dan setia dalam memenuhi Firman-Nya) maka apa
yang Tuhan janjikan itu akan batal dengan sendirinya. Hal ini bukan
karena Tuhan tidak setia tapi justru karena Dia setia. Seandainya Tuhan
tetap mengabulkan janji-Nya terhadap Abraham dan Sara sementara Abraham
dan Sara tidak taat dan setia terhadap perjanjian tersebut maka bisa
dikatakan bahwa Tuhan tidak setia terhadap perjanjian-Nya.
Ada hubungan yang erat antara iman manusia dan kesetiaan Allah . Kesetiaan Allah adalah dasar iman kita.
III. KASIH SETIA ALLAH DALAM KAITAN DENGAN JANJINYA BERSIFAT BERSYARAT
Tentunya akan banyak yang tidak setuju dengan mengatakan bahwa kasih
setia Tuhan terhadap janjinya bersyarat, seolah-olah ada indikasi bahwa
Sifat Allah yang setia bergantung pada syarat-syarat yang Ia tetapkan.
Secara essensial Maka sifat Allah yang setia itu memang tidak bergantung
sama sekali dengan kesetiaan manusia, karena “SETIA” adalah sifat yang
melekat pada diri Allah. Namun yang dimaksudkan disini adalah dalam
konteks Allah yang mengikat perjanjian dengan manusia. Allah yang kasih
setianya kekal tersebut mengikat perjanjian kekal dengan manusia dengan
syarat bahwa berlakunya janji-janji Allah yang setia itu tergantung pada
ketaatan dan kesetiaan orang percaya terhadap Firman-Nya.
ULANGAN 7:9
sebab itu haruslah kau ketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah,
Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap
orang-orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya,
sampai kepada beribu-ribu keturunan.
Istilah PERJANJIAN
senantiasa melibatkan dua pihak atau lebih. Sebagai pihak pertama Ayat
ini memperlihatkan bahwa Tuhan setia terhadap PERJANJIANNYA terhadap
ORANG-ORANG YANG KASIH PADA-NYA. Dalam 1 Yohanes 5:3 menjelaskan bahwa
kasih kepada Allah adalah menuruti perintah-perintah Allah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa janji-janji Allah hanya akan berlaku
efektive terhadap orang yang taat pada Firman-Nya. Ketaatan dan
kesetiaan sampai akhir membuat perjanjian tersebut berlaku secara kekal.
Dan jika perjanjian tersebut tidak berlaku dalam hidup kita, itu murni
kesalahannya terletak pada kita yang tidak taat dan setia dan bukan pada
Allah, karena Allah adalah Allah yang setia dan tidak akan pernah
mengingkari janji-Nya. Tidak berlakunya perjanjian (Pembatalan
perjanjian) dari pihak Allah jika orang percaya tidak taat dan setia
manusia pada Firman-Nya, adalah bentuk kesetian Tuhan terhadap
janji-Nya.
Hakim-hakim 2:1-2
¹ Lalu malaikat Tuhan pergi
dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: “Telah kutuntun kamu keluar dari
Mesir dan Kubawa ke negeri yang kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyangmu dan Aku telah berfirman:
AKU TIDAK AKAN MEMBATALKAN
PERJANJIANKU DENGAN KAMU UNTUK SELAMA-LAMANYA, ²TETAPI JANGANLAH KAMU
MENGIKAT PERJANJIAN DENGAN PENDUDUK NEGERI INI dst
Dalam ayat
ini juga terlihat dengan jelas bahwa berlakukanya janji Tuhan yang kekal
berlaku jikalau orang Israel tetap taat dan setia pada Firman Tuhan
dengan jalan tidak mengikat perjanjian dengan penduduk kanaan.
Ia setia pada apa yang Ia janjikan untuk itu kita harus setia (Ibrani 10:23)
sifat kesetiaan Tuhan pada janjinya itu bersyarat. Artinya Tuhan tidak
akan pernah wanprestasi pada janjinya, selagi kita tetap setia pada
perjanjiannya. Inilah sifat sebuah perjanjian. Apabila salah satu pihak
ingkar janji maka perjanjian itu batal dengan sendirinya. Jika manusia
tidak setia, maka janji Allah pada manusia itu batal dengan sendirinya.
Pembatalan janji tersebut tidak bisa disebut bahwa Allah ingkar janji,
justru kalau ia tidak membatalkan janjinya maka ia disebut tidak setia
pada janji, karena dalam janjinya bahwa ia berjanji untuk membatalkan
janji-janjinya jika manusia ingkar janji. Dengan kata lain berlakunya
janji yang kekal dalam hidup manusia tergantung ketaatan dan kesetiaan
manusia sampai akhir.
AMIN
No comments:
Post a Comment