ALLAH DAN JANJINYA
Oleh: Ev. I Ketut Sunalis
Muadi, S.Th
B
|
ahasa
asli Perjanjian Lama tidak memiliki istilah khusus untuk kata janji,
tetapi ini tidak berarti maksud dari kata tersebut tidak terungkap di situ.
Kata-kata dalam bahasa Ibrani amar (רמא ),
dabar(רבד )yang
diterjemahkan menjadi kata promise (janji) dalam bahasa Inggris memiliki
arti "berkata" atau "berbicara." Tatkala Allah dan
tokoh-tokoh dalam Alkitab berbicara tentang sesuatu yang akan mereka lakukan di
masa mendatang, kata janji itu menjadi sangat sesuai. Dan dalam setiap
peristiwa, perkataan, kehormatan, dan integritas dari orang yang berbicara itu
dipertaruhkan.
Janji
(kata benda): Sebuah pernyataan yang menjamin bahwa seseorang akan melakukan
atau tidak melakukan sesuatu; sumpah. — American
Heritage Dictionary
Perjanjian
Baru mengikuti pola yang sama seperti Perjanjian Lama. Allah memegang apa yang
dikatakan-Nya. Pemikiran tersebut berasal dari kata angelia dalam bahasa
Yunani, yang berarti "pernyataan" atau "pesan." Janji-janji
Allah merupakan inti Alkitab. Segala sesuatu yang telah dikatakan Allah, baik
dalam setiap pernyataan ataupun pesan-Nya, sungguh merupakan janji yang
didasarkan pada karakter Allah yang sempurna, baik, dan dapat dipercaya.
Beberapa
tahun yang lalu ada pemelihan kepala desa di tempat saya. Pada waktu kampanye,
masing-masing menyampaikan visi dan misinya. Masing-masing calon berusaha
memberikan janji yang lebih baik dari yang lain. Tetapi setelah pemilihan
selesai di mana sang kepala desa telah memangku jabatannya, hasilnya ternyata sama saja. Janji pada akhirnya tinggal janji yang tidak akan pernah
terpenuhi. Ada beberapa penyebab sehingga janji-janji tersebut dilanggar: Sebagian
janji dengan cepat dilanggar karena
sang calon tidak pernah bermaksud menepati janjinya. Sedangkan
janji-janji yang lain, meskipun maksudnya baik, berada di luar kemampuan sang calon untuk memenuhinya.
Tetapi Allah bukanlah seperti seorang kepala desa tadi. Dengan
kata lain Allah berbeda dengan manusia. Hal ini jelas dinyatakan dalam Alkitab:
Bil
23:19 Allah bukanlah manusia, sehingga
Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan
tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?
Setiap manusia, bukan hanya seperti kepala desa tadi yang sulit
memegang janji. Kita semua merasa sulit menepati perkataan kita sendiri. Tidak
demikian halnya dengan Allah. Dia memiliki segala kuasa dan hikmat yang ada di
alam semesta ini. Karena itu, Dia tak akan pernah gagal memenuhi apa yang telah
dijanjikan-Nya, dan kita tidak mempunyai alasan untuk tidak memercayai-Nya.
Untuk
itu pada kesempatan ini kita akan belajar bersama-sama mencari jawaban yang
akan menolong untuk meluruskan pandangan kita tentang Allah dan
janji-janji-Nya. Kita akan mendapati bahwa Allah senantisa memenuhi
janji-janji-Nya. Namun demikian janji Allah itu senantiasa berdasar:
(1) Berdasarkan persyaratan-Nya, (2) Berdasarkan cara-Nya, dan (3) Berdasarkan
waktu-Nya.
I.
BERDASARKAN PERSYARATNYA
Dalam Alkitab, baik dalam PL
maupun PB ada 2 sifat janji Allah.
1.
Tak bersayarat
Sebagian janji diberikan
tanpa syarat. Dengan kata lain, Allah akan tetap memegang janji-Nya, apa pun
yang kita lakukan. Sebuah janji yang tak bersyarat adalah janji Allah untuk
melakukan sesuatu, dan tak satu pun yang kita lakukan dapat mencegahnya.
Penggenapan akan janji yang tak bersyarat ini tidak bergantung pada kesetiaan
manusia, melainkan semata-mata pada Allah.
Alkitab memberikan beberapa
contoh tentang janji yang tak bersyarat ini:
-
Janji Allah kepada Nuh bahwa tidak akan ada air bah lagi (Kej
9:8-17)
-
Janji Allah kepada Daud bahwa kerajaannya akan kokoh untuk
selamanya.
2Sam
7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh
untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya."
-
Janji Yesus bahwa Dia akan
datang kembali ke dunia ini untuk memberi upah bagi orang benar dan hukuman
bagi orang jahat
(
Matius 16:27; 25:31-46).
2.
Bersyarat
Persyaratan yang dikemukakan
Allah dalam setiap janji-Nya dinyatakan dengan sangat jelas. Apa yang telah
dijanjikan-Nya, pasti akan digenapi. Janji-janji yang sifatnya bersyarat, persyaratannya harus kita penuhi dulu jika
kita ingin menikmati yang telah dijanjikan-Nya. Dengan kata lain, penggenapan
janji-janji bersyarat ini tergantung pada bagaimana kita memenuhi persyaratan
tersebut.
.
Berikut ini adalah
contoh-contoh dari Alkitab tentang janji Allah yang bersyarat.
-
Allah berjanji bahwa Adam dan Hawa akan menikmati kehidupan di
Taman Eden bila mereka menaati perintah-Nya, tetapi mereka akan mati bila tidak
taat. (Kejadian 2:16,17)
-
Tuhan berjanji bahwa
apabila mereka berpegang pada perjanjian-Nya dan taat sepenuhnya, Dia akan
membuat mereka menjadi harta kesayangan-Nya. (Keluaran 19:3-6)
-
Tuhan berjanji bahwa Dia akan menghukum semua orang yang
menyembah berhala, tetapi menunjukkan kasih setia kepada mereka yang
mengasihi-Nya. (Keluaran 20:4-6) Dia akan memandang bersalah setiap
orang yang menyebut nama-Nya dengan tidak hormat atau sembarangan (ayat 7). Dia
menjanjikan umur panjang di Tanah Perjanjian kepada mereka yang menghormati
orangtuanya (ayat 12).
-
Tuhan berjanji bahwa Dia akan membinasakan musuh-musuh Israel
sewaktu mereka memasuki Palestina, menjauhkan penyakit, memberikan umur
panjang, dan menjamin tidak akan ada wanita yang keguguran. Tetapi ada
persyaratannya, yaitu mereka harus memerhatikan dan menaati Maleakhiaikat
Allah, menyembah Allah, dan tidak membuat perjanjian dengan musuh ataupun
mengizinkan mereka tinggal di Tanah Perjanjian. (Keluaran 23:20-33 )
-
Tuhan berjanji bahwa apabila seseorang mengikuti nasihat Tuhan,
maka ia akan menerima kebbaikan Tuhan (Mazmur 1)
-
Tuhan berjanji bahwa Seseorang dapat menikmati hubungan yang dekat
dengan Allah bila ia berbuat benar, mengatakan kebenaran, tidak berbuat
jahat kepada sesama, tidak memandang hina orang yang jahat, menghormati orang benar,
memegang janji, dan tidak memanfaatkan orang lain (Mazmur 15).
-
Tuhan berjanji bahwa Dia akan memberkati bila kita miskin
di hadapan-Nya, berdukacita atas dosa, lemah lembut, lapar dan haus akan
kebenaran, murah hati,memiliki hati suci, membawa damai, atau mengalami
penganiayaan karena nama Allah. (Matius 5:1-12)
-
Tuhan berjanji jika kita mencari apa yang kekal, maka Allah akan
memenuhi kebutuhan kita yang bersifat sementara. (Matius 6:25-34)
-
Tuhan berjanji jika kita percaya pada Yesus, maka kita akan
memperoleh hidup yang kekal; tetapi bila kita menolak-Nya, maka kita tidak akan
luput darihukuman. ( Yohanes 3:16-18).
-
Tuhan berjanji bahwa Allah akan mengampuni bila kita
mengakui dosa-dosa kita (1Yohanes 1:9).
-
Tuhan berjanji jika kita meminta segala sesuatu menurut kehendak
Allah, maka kita akan menerima apa yang kita doakan. (1Yohanes 5:14,15)
Sebenarnya masih banyak
janji-janji Allah yang sifatnya bersyarat, namun apa yang sudah saya jelaskan
sudah cukup untuk membuktikan bahwa pemenuhan janji-janji Allah itu ada yang
bersyarat. Karena Allah bukan manusia yang terbatas dalam memenuhi atau
menggenapi janjinya maka janji-Nya pasti Ia genapi asal kita memenuhi semua
persyaratan yang Ia telah tetapkan. Kalau seandainyaAllah memenuhi janji-Nya
sementara di pihak kita tidak memenuhi persyaratannya, maka itu berarti bahwa
Allah tidak setia pada Janji-Nya.
Selanjutnya,
seandainya ada janji-janji Allah yang tidak tergenapi dalam hidup kita, itu
bukan karena Allah ingkar janji. Yang pasti letak kesalahannya terletak pada
manusia yang tidak memenuhi persyaratan-Nya.
Suatu
ketika ada seorang hamba Tuhan yang berusaha mengusir setan dari seseorang yang sedang kerasukan setan.
Setelah dia berusaha sekian jam lamanya rupa-rupanya si setan tidak kunjung
keluar. Si hamba Tuhan mulai meragukan janji-janji Tuhan, dia menganggap bahwa
Tuhan telah ingkar janji. Karena itu dengan geramnya ia berkata untuk terakhir
kalinya kepada orang yang kerasukan tersebut:” Dalam Nama Yesus keluar, kalau kamu tidak mau keluar, saya yang keluar!!”
Si hamba Tuhan tidak sadar bahwa ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menerima janji Tuhan. Tuhan menjanjikan kemenangan melawan kuasa iblis tapi
syaratnya tinggal dalam kuat kuasa-Nya, menggunakan seluruh perlengkapan
senjata rohani, baik senjata yang digunakan untuk bertahan, maupun senjata
untuk menyerang.
II.
BERDASARKAN CARANYA
Sering kali Tuhan menggenapi
janji-janji-Nya dengan cara dan alasan yang dapat kita pahami. Banyak anak
Tuhan kecewa pada Tuhan dan akhirnya mundur cuma karena dia memaksakanTuhan
bekerja dengan cara yang dia mau. Dia tidak membiarkan Tuhan bekerja dengan
cara-Nya sendiri.
Yes 55:8 Sebab rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu
bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Yes 55:9 Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Meskipun alasan Allah sulit
untuk dimengerti, dan cara-Nya juga mengherankan, Allah senantiasa menggenapi
segala janji-Nya. Rasul Paulus berkata, "Yang bodoh dari Allah lebih besar
hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada
manusia." (1Kor 1:25). Dengan kata lain untuk bisa memahami cara Allah dalam menggenapi
janji-Nya adalah memiliki hikmat Allah.
Bagaimana
cara Allah menggenapi janji-Nya?. Alkitab
mencatat bahwa Allah dalam menggenapi janji-janji-Nya dengan berbagai cara:
1.
Dengan Cara Yang Mudah dimengerti
Alkitab penuh dengan janji
Allah. Ada janji yang sudah digenapi, sedang digenapi dan ada pula yang akan
digenapi. Dalam menggenapi janji-Nya tersebut Allah punya cara tersendiri, di
mana salah satunya adalah dengan cara yang mudah dimengerti, karena dilakukan
dengan cara yang langsung, jelas dan nyata.
Berikut kita akan melihat
contoh-contoh bagaimana Allah menggenapi janjinya dengan cara yang mudah
dimengerti.
-
Ketika berkata kepada Firaun bahwa Dia akan mengirimkan tulah
katak, Allah benar-benar melakukannya. (Keluaran 8)
-
Ketika Tuhan berkata kepada Daud bahwa anaknya kelak akan
membangun Bait Allah, lahirlah Salomo yang di kemudian hari membangun Bait
Allah itu. (2Samuel 7:1-17; 1Raj 5-8)
-
Ketika Allah mengatakan bahwa Yehuda akan dihakimi dan dibuang
karena ketidaksetiaannya, maka itu benar-benar terjadi. ( Yeremia 25)
-
Ketika Allah menjanjikan Juruselamat, yaitu Mesias, maka datanglah
Yesus ke dunia ini. (Yesaya 53; Matius 1)
-
Ketika Yesus berkata bahwa Bait Allah akan dihancurkan, dan pada tahun
70 Masehi Bait Allah itu diruntuhkan. (TB Matius 24:2)
-
Yesus berjanji akan membangun gereja-Nya, dan gereja benar-benar
berkembang sejak saat itu. (Matius 16:18)
-
Ketika Yesus berjanji akan mengirimkan Roh Kudus, dan pada hari
Pentakosta Roh Kudus turun (Yohanes 14:16,17; Kisah 2:1-4).
-
Ketika Allah mengatakan kepada Rasul Paulus bahwa Dia akan
melindunginya sementara melayani di Korintus, dan Paulus pun tidak mendapat
gangguan ( Kis 18:9-11).
2.
Dengan cara yang sulit dimengerti.
Terkadang
kita mungkin akan sangat sulit memahami bagaimana Allah menggenapi sebuah janji
atau membayangkan bagaimana Dia akan menggenapi sebuah janji. Untuk itu coba kita perhatikan contoh-contoh
sebagai beriku:
-
Dalam Perjanjian Lama, tatkala Allah berjanji akan mengirim seorang
Mesias, hanya sedikit orang yang mengharapkan datangnya Mesias seperti Yesus.
Tak seorang pun dapat menduga cara Allah mempersatukan bangsa Yahudi dan
non-Yahudi dalam satu tubuh Kristus, yaitu jemaat. Tak seorang pun menduga
bahwa setelah melaksanakan karya penebusan-Nya, Mesias harus menunggu cukup
lama lagi sebelum Dia menjadi Hakim dan Raja. Pada berbagai kesempatan lainnya,
Rasul Paulus menggunakan kata misteri untuk melukiskan bagaimana rencana
keselamatan dari Allah telah digenapi melalui Kristus. Tuhan menyatakan
kebenaran-kebenaran berikut ini: penggenapan janji tentang keselamatan dari
Allah bagi bangsa Yahudi maupun non-Yahudi, ( Roma 11:25; Efesus 3:2-6) pengampunan
dosa yang dikerjakan oleh Yesus, (Roma 16:25; Kolose 1:24-27) kebangkitan
orang percaya dalam tubuh yang dimuliakan, (1Kor 15:51-54) kemuliaan
Kristus yang diam di dalam kita, ( Kolose 1:27) dan pembangunan jemaat
sebagai bagian penting dari rencana Allah untuk menggenapi janji-Nya. (
Efesus 3:8-10)
"Sebab Kristus adalah
"ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan
"Amin" untuk memuliakan Allah." 2Kor 1:20
Inti dari penggenapan janji
Allah yang misterius dalam hal keselamatan, kehidupan masa kini dan yang akan
datang adalah Yesus Kristus. Dalam 2Kor 1:20 diungkapkan, "Sebab
Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita
mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan Allah." Yesus Kristus menggenapi semua
yang tertulis dalam "kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
( Lukas 24:44) Semua janji, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru didasarkan pada dan akan digenapi melalui apa yang telah dan akan
dilakukan Kristus. ( Roma 9:1-11:36; Galatia 3:1-5:26; Ibrani 7:1-10:39)
. Cara Allah menggenapi janji-Nya dalam PL dalam Yesus Kristus adalah
suatu cara yang sulit dimengerti.
3.
Dengan Cara yang tak
terduga
Terkadang dalam kesempatan
lain dalam menggenapi janji-Nya Tuhan juga melakukan sesuatu yang sangat tak
terduga. Coba kita perhatikan beberapa kasus dalam Alkitab yang memperlihatkan
pada kita bahwa Tuhan bisa menggenapi janji-Nya dengan cara yang tak terduga.
-
Musa dan orang Israel tidak pernah menduga bagaimana cara Allah
mengalahkan tentara Firaun tatkala mengejar orang Israel yang melarikan diri, (Keluaran
14)
-
Orang Israel tidak pernah menduga bagaimana runtuhnya tembok kota
Yerikho,hanya dengan menitarinya (Yosua 6)
-
Umat Tuhan tidak pernah menduga tewasnya 185.000 orang Asyur oleh Malaikat
Tuhan (2Raj 19:35) menunjukkan bahwa Allah dapat menggenapi janji-Nya secara
tak terduga dan adikodrati.
-
Sebuah contoh lain dari Perjanjian Baru menunjukkan bahwa sebagian
janji dapat digenapi dengan cara yang berbeda dari yang kita perkirakan
sebelumnya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati
sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam
Kerajaan-Nya." (Matius 16:28) Enam hari kemudian Yesus membawa
Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana
Yesus berubah rupa, dan para murid-Nya sepintas melihat kemuliaan Kristus yang
akan datang (Matius 17:1-8). Mereka melihat sebagian penggenapan dari
apa yang akan digenapi sepenuhnya di masa mendatang tatkala Yesus datang dengan
kemuliaan untuk membangun pemerintahan-Nya atas seluruh bumi.
4.
Dengan Cara Yang
bersifat Rohani
Meskipun terkadang Allah
menggenapi janji-Nya secara jelas nyata dan mudah dimengerti, pada saat yang
lain Dia menunjukkan kesetiaan-Nya dengan menyediakan berkat yang tidak
dinyatakan dengan jelas dan bersifat rohani.
Selanjutnya kita akan
melihat bahwa banyak janji Tuhan pemenuhannya itu bersifat rohani.
-
Kasus berkat
Kitab Mazmur berisi banyak
pernyataan tentang kuasa Allah untuk memberkati orang benar dengan
perlindungan, kekayaan, kesehatan, dan umur panjang. Meskipun demikian, kita
tidak boleh menyimpulkan bahwa kita harus mengharapkan kemakmuran jasmani
semata-mata dalam hidup ini. Kehidupan Raja Daud menunjukkan bahwa pandangan
tersebut tidak benar. Kehidupan Raja Daud penuh dengan konflik dan gejolak
dalam hal kesejahteraan jasmani.
Memang benar bahwa kita akan
menuai apa yang kita tabur, (Galatia 6:7,8) tetapi bukan berarti bahwa
kita dapat menuai semua hasilnya, dalam kehidupan kita sekarang, dan dalam
bentuk yang terlihat nyata. Ayub memahami hal ini. Sahabat-sahabatnya membuat
kesalahan dengan beranggapan bahwa hidup orang benar harus bebas dari segala
macam kesulitan. Lihat saja kehidupan Rasul Paulus. Ia melewati segala macam
pengalaman suka dan duka, meskipun demikian sepanjang hidupnya ia merasa puas
karena Allah setia kepadanya. (Filipi 4:11-13)
Yos
21:45 Dari segala yang baik yang
dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya
terpenuhi
-
Yesaya 40:29-31
29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan
teruna-teruna jatuh tersandung,
31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan
TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka
berjalan dan tidak menjadi lelah.
Ayat-ayat ini pemenuhannya
hanya bersifat rohani. Meskipun Allah mampu mebuat kita tidak lelah secara
jasmani ketika olah raga, namun bukan itu maksud dalam ayat ini. Ayat ini
mengajarkan bahwa orang yang “menanti-nantikan” ( הוק qavah/qawah) Tuhan, yaitu
orang yang berharap dan bersandar
pada-Nya tidak akan menjadi lelah, karena harapan dan penantian mereka dijamin
oleh Pribadi yang setia.
Namun demikian hal
ini tidak ada sangkut pautnya dengan “tidak menjadi lelah” ketika kita sedang lari marathon, atau
sedang main bola. Hal ini penting, karena kalau memang ayat ini pemenuhannya
bersifat jasmani maka setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan menjadi
juara dunia lari .
Meskipun demikian, ayat-ayat
puitis tersebut sebenarnya menjanjikan kekuatan Allah bagi kita untuk melakukan
apa yang Dia kehendaki dari Anda dan saya. Pengertian dari ayat-ayat tersebut
digemakan oleh pernyataan Paulus, "Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13) Dengan
demikian, janji yang terdapat dalam Yesaya 40 itu digenapi ketika Allah
mengaruniakan kekuatan rohani dalam diri kita.
Kadang-kadang kita
terperangkap dalam pemikiran bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya dengan cara
seperti yang kita harapkan. Kita mungkin menganggap bahwa Dia akan melakukannya
secara jelas dan segera, bukan dengan cara yang tidak segera menampakkan hasil.
Kita mungkin mengharapkan Dia mengubah keadaan dan lingkungan di luar diri
kita, padahal sesungguhnya Allah ingin kita mengerti bahwa janji-Nya dapat
digenapi melalui perubahan dalam diri kita.
Kita cenderung berpikiran
dangkal, padahal Allah memiliki perencanaan jangka panjang. Kita hanya melihat
apa yang tampak, peristiwa yang terjadi di sini pada masa kini, dan tidak
memahami Allah bekerja di belakang layar untuk menyatukan semuanya dan
membentuk suatu pola yang utuh. Semua tindakan Allah di masa lalu menunjukkan
bahwa Dia juga sering menggenapi janji-Nya secara bertahap maupun secara tak
terduga.
Kadangkala kita
mempertanyakan cara Allah. Apabila kita tidak melihat janji-Nya menjadi
kenyataan dengan cara yang kita inginkani, kita menjadi marah. Kita harus
belajar bahwa cara Allah adalah cara yang
terbaik. Angel idola cilik menyanyiak lagu yang pada reffreinnya sbb:
Kau s’lalu punya cara untuk menolongku,
Kau salalu punya jalan
keajaiban-mu,
Kau dasyat dalam segala
perbuatan-Mu
Dan ku tenang di dalam cara-Mu.
III.
BERDASARKAN
WAKTUNYA
Anak
saya yang bungsu karena umurnya baru 3 tahun belum bisa membedakan kemarin,
hari ini, besok, tadi, sekarang atau nanti. Dengan kata lain ia belum mengerti
apa itu waktu. Suatu saat ia minta diantar berenang, karena saya malas
mengantarnya karena sibuk, maka saya jawab saja ya, kemarin ya. Ia menggangguk
menyetujui dan terus menanyakan apakah “kemarin” yang saya masuksudkan sudah
tiba waktunya. Semua itu karena ia belum tahu apa waktu itu.
Demikian
juga dengan manusia dalam kaitannya dengan waktu Allah. Kita merasa sulit
memahami waktu Allah dan bagaimana Dia menggenapi janji-Nya. Kita tidak sabar
menunggu. Kita ingin janji itu digenapi hari ini atau besok, bukan
bertahun-tahun yang akan datang.
Pengkhotbah melihat waktu
Allah dengan cara pandang yang benar. Ia mengatakan, "Untuk segala sesuatu
ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya…. Allah membuat
segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati
mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah
dari awal sampai akhir…. Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang
tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya" (3:1,11,17).
Pkh 3: 1
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada
waktunya.
Pkh 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Pkh 3:17 Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan
mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal
dan segala pekerjaan ada waktunya."
Kadangkala kita
mempertanyakan waktu Allah. Apabila kita tidak melihat janji-Nya menjadi
kenyataan saat ini, kita menjadi tidak sabar. Kita harus belajar bahwa waktu
Allah adalah yang terbaik. Karena yang berjanji itu Allah maka penggenapannya
sepenuhnya berada dalam waktu Allah.
Alkitab
memperlihatkan pada kita bahwa terkadang apa yang tepat dalam waktu Allah kita
anggap terlambat dalam waktu manusia:
-
Ibrani 11 memberi contoh tentang orang-orang
kudus dalam Perjanjian Lama yang menyadari bahwa Allah menggenapi janji-Nya
pada waktu-Nya. Mereka hidup dengan iman, dan percaya bahwa Allah pasti
menggenapi semua yang dijanjikan-Nya, meskipun dalam waktu manusia Allah
terlambat. Penulis Ibrani menuliskan nama Gideon, Barak, Samson, Yefta, Daud,
Samuel, dan para nabi. Kehidupan mereka menggambarkan perpaduan antara berkat
yang didapat dengan segera dan penggenapan janji yang terlihat terlambat. Ayat
33-35 memaparkan peristiwa yang di dalamnya mereka melihat berkat Allah. Tetapi
ayat 35-38 memaparkan penganiayaan, hukuman penjara, dan kematian yang
dihadapi. Pasal tersebut diakhiri dengan kata-kata berikut, "Dan mereka
semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah
memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah
menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat
sampai kepada kesempurnaan (ayat 39,40).
Marilah kita teguh berpegang
pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.-#/TB
Ibrani 10:23
Penulis kitab Ibrani melihat
bahwa semua janji itu pada akhirnya digenapi dalam diri Kristus, yaitu melalui
apa yang telah dilakukan-Nya untuk menyediakan keselamatan dan apa yang akan
dilakukan-Nya untuk menggenapi rencana Allah di bumi ini. Beriman berarti sabar
menunggu dan percaya bahwa Tuhan akan menggenapi semua hal yang telah
dijanjikan-Nya, walaupun hidup ini terasa berat bagi kita saat ini.
-
Abraham merupakan contoh yang jelas. Ketika Allah memerintahkan
untuk menyiapkan barang-barang dan pergi ke Tanah Perjanjian, Abraham taat,
meski ia tidak tahu ke mana ia akan pergi. Tuhan memberitahu Abraham bahwa ia
dan Sara akan memiliki seorang anak, tetapi Dia baru menggenapi janji-Nya
ketika mereka sudah tua. Meskipun terlihat terlambat tapi itulah waktu Tuhan
dan waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik.
Adanya perbedaan waktu
penggenapan janji Allah antara maunya manusia dan keputusan Tuhan menimbulkan
masalah tertentu.
-
Ada yang bimbang pada kesetiaan Allah
Abraham pun pernah merasa
bimbang, meskipun ia adalah bapa orang beriman. Ketika istrinya Sara semakin
tua dan tak kunjung mempunyai anak, Abraham dan Sara mulai berupaya untuk
menggenapi janji Allah. Lahirnya Ismail dari Hagar merupakan hasil dari upaya
tersebut. (Kejadian 16) Tetapi pada waktu-Nya, Allah membuat keajaiban
dengan kelahiran Ishak. ( Kejadian 21:1-7) .
-
Ada yang bersungut-sungut
Umat
Israel
yang keluar dari Mesir berkeluh-kesah dan bersungut-sungut pada Musa dan Allah
karena kenyataan yang mereka hadapi tidaklah seperti yang diharapkan setelah
lolos dari perbudakan di Mesir. Akibatnya, mereka harus mengembara di padang
gurun selama 40 tahun, dan seluruh umat itu kehilangan kesempatan untuk
menikmati janji memasuki tanah Palestina. ( Bilangan 14)
-
Ada yang mencemooh
Pada akhir zaman, orang-orang
yang belum percaya akan menertawakan janji mengenai kedatangan Kristus yang
kedua kali. Rasul Petrus menulis bahwa para pengejek itu akan berkata, "Di
manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?" ( 2Petrus 3:4)
Petrus menjawab sebagai
berikut:
2Ptr 3:8 Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih,
yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari
sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.
2Ptr 3:9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya,
sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat.
-
Ada yang tetap
percaya dan setia
Daud diurapi sebagai raja ketika Saul masih bertakhta. Ia lari dari
para "pemburu" Saul selama bertahun-tahun. Ketika akhirnya ia menjadi
raja, Daud melihat banyak bukti kebaikan Tuhan kepadanya. Tetapi pemerintahan
Raja Daud jauh dari ketenangan, dan terjadi banyak pengkhianatan dan pergolakan
(1Samuel 16-31; 2Samuel 1-24).
Ayub sadar bahwa keadilan yang sempurna tidak akan kita alami dalam
hidup ini. Ia belajar bahwa penentuan waktu dan rencana Allah itu sempurna dan
bijaksana. (Ayub 42)
Para murid harus tahu bahwa Yesus tidak akan segera memulihkan kerajaan bagi
Israel dan menyatakan pemerintahan kerajaan-Nya (Kis 1:6-8). Mereka
harus tahu bahwa akan ada suatu kurun waktu yang tak dapat ditentukan antara
kedatangan-Nya yang pertama dengan kedatangan-Nya yang kedua. (Matius 24; 25)
.
Paulus menulisk31an
kata-kata penghiburan bagi orang-orang percaya yang berada dalam bahaya keputusasaan
karena menghadapi penganiayaan dan yang kemungkinan tidak akan segera
memperoleh kelegaan. (1Kor 15; 2Kor 4)
"Semua janji Allah digenapi dengan penentuan waktu-Nya yang
sempurna, sesuai dengan hikmat-Nya."
Karena waktu Tuhan adalah yang terbaik, maka percayakan saja
sepenuhnya pada Dia yang maha Tahu.
~AMIN~
No comments:
Post a Comment