PERNIKAHAN YANG DIKEHENDAKI TUHAN
OLEH: EV. I KETUT SUNALIS MUADI, S.TH
Banyak orang berpikir bahwa yang disebut
sebagai pernikahan kristen adalah pernikahan yang dilakukan oleh dua orang yang
beragama kristen dan diberkati secara kristen. Sebenarnya pemahaman semacam itu
tidak sepenuhnya salah tapi kurang lengkap.Pernikahan Kristen adalah pernikahan
di mana nilai-nilai kristiani manjadi dasar pernikahan tersebut.
Dengan demikian pernikahan Kristen tidak
hanya berbicara pada saat pernikahan dimulai tapi sampai pernikahan tersebut
berakhir saat maut memisahkan mereka.
Alkitab adalah Pedoman hidup orang
Kristen , sehingga apapun dalam kehidupan kristen harus berlandaskan
nilai-nilai Alkitab. Demikian juga dengan pernikahan, sebagai orang Kristen
kita tentu harus mengerti bagaimana pernikahan yang dikehendaki Tuhan, yang
bisa kita pelejari dari dalam Alkitab.
Untuk itu pada kesempatan kalai ini kita
akan belajar tentang pernikahan yang dikehandaki Tuhan.
PERNIKAHAN YANG DIKEHENDAKI TUHAN
ADALAH:
I.
PERNIKAHAN HETEROSEKSUAL
Kejadian 1:27-28
27 Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi."
Dalam Kejadian
2:27dikatakan bahwa Allah mencipatakan manusia dengan dua macam jenis kelamin
yaitu laki-laki (רכז zakar) dan perempuan (הבקנ n@qebah). Allah tidak pernah
menciptakan jenis kelamin lain selain laki-laki atau perempuan. Selanjutnya dalam ayat 28 Allah memberkati
mereka dan memberi mereka perintah untuk beranak cucu. Jadi, Allah bermaksud
agar perkawinan menjadi ikatan yang permanen dan intim antara seorang pria dan
seorang wanita. Pria dan wanita dirancang untuk saling melengkapi sehingga
mereka dapat saling memuaskan kebutuhan emosi dan seksual serta menghasilkan
keturunan. Dengan demikian pernikahan yang dikehendaki Allah adalah pernikahan
yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan bukan antara laki-laki dengan
laki-laki (gay) bukan juga antara perempuan dengan perempuan (lesbian).
Selanjutnya dalam
Kejadian 2:24 dikatakan bahwa seorang laki-laki( שׁיא
‘iysh) akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya(השׁא ‘ishshah).
Kej
2: 24 Sebab itu seorang laki-laki ( שׁיא
‘iysh) akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya (השׁא ‘ishshah), sehingga keduanya menjadi satu daging.
Kata Ibrani untuk
”istri”adalah (השׁא ‘ishshah), dan menurut
Vine’s Expository Dictionary of Biblical Words, ”memaksudkan seorang
manusia berjenis perempuan”.
Dengan demikian, Ini
berarti bahwa pernikahan Kristen adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan.Dengan kata lain
tidak ada tempat pernikahan sesama jenis dalam Kekristenan.
Tuhan Yesus
meneguhkan bahwa yang dipersatukan dalam perkawinan haruslah ”laki-laki dan perempuan”.
Matius 19:4
Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang
menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
5 Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
6
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Secara anatomi (ilmu tentang
letak dan hubungan bagian-bagian tubuh), persatuan “menjadi satu daging” hanya dapat terjadi antara pria dan wanita.
Persatuan pasangan homoseksual adalah persatuan yang dipaksakan, dan tidak
sesuai dengan kehendak Allah.
Dunia memiliki kecenderungan
untuk melegalkan hubungan sesama jenis (homoseksual), baik sesama jenis pria
(gay) maupun sesama jenis wanita (lesbian). Beberapa negara di benua Eropa dan
Amerika sudah melegalkan hubungan sesama jenis. Sebagian para pejuang HAM juga
beranggapan bahwa menikah dengan sesama jenis merupakan salah satu hak asasi
manusia. Namun Alkitab berpendapat bahwa Allah menghendaki pernikahan pria dan
wanita (heteroseksual) dan bahwa pernikahan homoseksual bertentangan dengan
kehendak Allah.
Kalau Allah memang
menghendaki hubungan heteroseksual,
mengapa dalam dunia ini ada hubungan homoseksual baik dari zaman sodom
dan gomora sampai zaman modern seperti sekarang ini?.
Paulus mengatakan bahwa
hubungan sesama jenis dan segala hubungan-hubungan yang tak pantas dan tak
wajar adalah bentuk hukuman atau balasan terhadap:
-
Manusia yang menindas kebenaran
dengan kelaliman (Roma 1:18),
-
Manusia yang tidak memuliakan Allah
ataupun mengucap syukur pada-Nya meskipun mereka mengenal-Nya( Roma 1:21),
-
Mereka yang bodoh dan menyembah
berhala (Roma 1:22-23, 25b),
-
Mereka yang menggantikan kebenaran
Allah dengan dusta (Roma 1:25).
Roma 1:26-29
26 Karena itu Allah
menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan
yang wajar dengan yang tak wajar.
27 Demikian juga suami-suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi
mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan
mereka.
28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk
mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang
terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:
29 penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu
muslihat dan kefasikan.
Dengan demikian pernikahan Kristen atau
pernikahan yang dikehendaki Allah adalah pernikahan heteroseksual yaitu antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan dan bukan pernikahan homoseksual. Ini
artinya bahwa sebuah pernikahan bisa disebut pernikahan Kristen kalau dilakukan
antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan antara laki-laki dengan laki-laki
atau pernikahan antara perempuan dengan perempuan adalah bukan pernikahan
Kristen, meskipun dilakukan oleh orang yang mengaku Kristen atau diberkati
secara Kristen.
Fakta ini seakan-akan tidak adil dan melanggar hak
asasi manusia, namun kita tidak boleh mengorbankan kebenaran atas nama hak
asasi, tapi justru hak asasi dan keadilan harus didasarkan pada kebenaran yaitu
Firman Tuhan. Setiap orang yang hidup dalam keterikatan dalam hubungan yang tak
wajar, hendaknya bertobat. Karena menjadi Banci, pemburit dan sebagainya bukanlah
rancangan Allah untuk kita. Orang yang demikian tidak akan mendapat tempat
bukan hanya dalam pernikahan Kristen akan tetapi juga dalam Kerajaan Allah.
1Kor 6:9 Atau tidak
tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang
berzinah, banci, orang pemburit
10 pencuri, orang kikir,
pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
II.
PERNIKAHAN MONOGAMI
Kejadian 2:21-23
21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur
nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya,
lalu menutup tempat itu dengan daging.
22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari
manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
dibawa-Nya kepada manusia itu.
23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki."
Diceritakan
bahwa ketika Tuhan “membangun” (הנב banah) perempuan dari tulang rusuk Adam,
hasilnya adalah”seorang perempuan” dan bukan “banyak perempuan”. Monogami secara implisit
tersirat dalam cerita ini karena Allah menciptakan hanya satu istri bagi Adam,
dan bukan banyak istri.
Selanjutnya
dalam ayat yang 23 adalah ungkapan kebahagiaan dari Adam saat ia melihat pasangan yang
diberikan Tuhan kepadanya.
Kejadian 2: 23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil
dari laki-laki."
Jikalau
bentuk kalimat dan pemakaian kata pada ayat ini dianalisa dalam bahasa Ibrani,
maka ayat ini merupakan klimaks dari perikop tersebut, yaitu ekspresi suatu
kepuasan puncak tentang perkawinan. Ayat ini juga memperlihatkan hubungan yang
benar diantara laki-laki dan perempuan. Orang Ibrani mengemukakan hubungan yang
sangat intim bukan dengan mempergunakan istilah "hubungan darah" tetapi
"hubungan tulang dan daging".Oleh karena itu hubungan laki-laki dan
perempuan adalah hubungan yang sangat intim dan saling memiliki. Hubungan ini
bukan hanya dalam hal fisik, tetapi psikologis dan ekonomis, dalam cinta kasih
dan juga dalam kesulitan (bnd. Kej 2:24). Hubungan intim yang seperti ini
dialami apabila laki-laki Yaazab (artinya: melupakan) ketergantungannya pada
ayah dan ibunya (Kej 2:23a), dan yang paling penting apabila
"keduanya" menjadi satu (Kej 2:23b). Kebahagiaan perkawinan dapat
direalisasikan hanya bila hubungan intim tersebut tidak dirusakkan (diceraikan)
dan bila dalam hubungan tersebut hanya ada dua oknum (yaitu satu laki-laki dan
satu perempuan) bukan dua, tiga atau empat. Dengan kata lain kebahagiaan sejati
dalam pernikahan hanya akan diperoleh jika pernikahan tersebut heteroseksual
dan monogami.
Mungkin
ada yang tidak setuju dengan memperlihatkan banyaknya tokoh-tokoh Alkitab yang
berpoligami. Memang benar, tapi itu terjadi sejak manusia sudah jatuh dalam
dosa. Namun konsep awal pernikahan dalam rancangan Allah adalah monogami dan
bukan poligami.
Sejak zaman Lamekh (Kejadian 4:19) rupa-rupanya
poligami mulai dipraktekkan dan Alkitab mencatat semuanya itu.
Kej 4:19
Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu
namanya Ada, yang lain Zila.
Nampaknya Allah membiarkan manusia menggumuli hal itu dengan
mencari tahu dari pengalamannya sendiri, bahwa aturan asli dari Allah adalah monogami
dan monogamilah hubungan yg sewajarnya dan yang akan membawa pada kebahagiaan
puncak dalam pernikahan.
Selanjutnya jelas ditunjukkan bahwa poligami menimbulkan
kesukaran-kesukaran, dan sering menimbulkan dosa, misalnya Abraham (Kejadian
21); Gideon (Hakim 8:29-9:57); Daud (2 Sam 11; 13); Salomo (1 Raj 11:1-8). Kecemburuan
dalam keluarga timbul karena poligami, seperti halnya kedua istri Elkana saling
memusuhi (1 Samuel 1:6; bnd Imamat 18:18). Sukar diketahui betapa jauh poligami
dipraktikkan, tapi berdasarkan kemampuan ekonomi poligami mungkin lebih banyak
di kalangan orang berada daripada orang biasa. Sementara poligami dipraktikkan,
maka status dan hubungan antar para istri dapat dikumpulkan baik dari
cerita-cerita Alkitab maupun hukum. Adalah biasa jika seorang suami lebih tertarik
kepada istri yg satu daripada istri yg satu lagi. Demikianlah Yakub, yg tertipu
berpoligami, lebih mencintai Rahel daripada Lea (Kejadian 29). Elkana lebih
mengutamakan Hana kendati tidak melahirkan anak (1 Samuel 1:18). Dalam Ulangan
21:15-17 dikatakan bahwa seorang suami akan mencintai istri yg satu dan
membenci yg lain.
Belajar dari kebiasaan-kebiasaan Timur, raja-raja Israel
diperingatkan supaya menentang poligami.
Ulangan 17:17
Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya
hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu
banyak.
Dengan demikian pada prinsipnya rancangan awal Allah
terhadap lembaga pernikahan adalah Monogami, dan hanya dalam hubungan monogami
tersebut kita akan menemukan kebahagian puncak dalam pernikahan. Sebaliknya
jika poligami dilakukan, hal itu bukanlah rancangan Allah tapi kedegilan
manusia itu sendiri sebagai akibat dosa. Di dalam poligami manusia tidak akan
pernah mengalami puncak kebahagiaan, tapi justru berada dalam berbagai
persoalan yang timbul sebagai akibat berpoligami.Karena itu jika kita ingin
berbahagia maka milikilah pernikahan monogami, maka kita akan menikmati
kepuasan puncak pernikahan sebagaimana yang dialami Adam dan Hawa sebelum
mereka jatuh dalam dosa.
III.
PERNIKAHAN SEUMUR HIDUP
Roma 7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada
suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
Berapa lamakah perkawinan itu
seharusnya bertahan? Dalam ayat di
atas dikatakan bahwa seorang isteri
terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi
apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada
suaminya itu. Ini berarti bahwa pernikahan Kristen adalah pernikahan seumur
hidup. Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang berakhir sampai maut
memisahkan mereka.
Janji pernikahan Kristen
bukalah janji : “Saya terima nikahnya saudari ………. binti….. dengan mas kawin dengan
seperangkat alat sholat dibayar tunai…..sah, sah sah. Tapi di dalam
pernikahan kristen terkandung janji atau komitmen untuk setia sampai maut
memisahkan mereka. Pada prinsipnya janji pernikahan kristen subtansinya sama
antara gereja yang satu dengan gereja yang lainnya, Cuma redaksinya yang
berbeda-beda. Saya kutip janji pernikahan sebuah gereja tentang janji
pernikahan mereka.
Di
hadapan Allah dan jemaatnya saya:………………………………………... menyatakan kesungguhan
hati, memilih dan menerima………………………………………. menjadi istri/suami saya yang sah, sebagai kasih karunia dari
Tuhan. Sebagai suami/istri yang setia dan taat akan Allah, saya berjanji
senantiasa mengasihi, menyayangi dan saling setia sepanjang waktu , baik pada
waktu suka maupun pada waktu duka, baik pada waktu berkelimpahan maupun pada
waktu kekurangan , baik pada waktu sehat maupun pada waktu sakit, sampai maut
memisahkan kami. Saya berjanji menjadi ayah/ibu yang baik bagi anak-anak yang
dipercayakan Tuhan. Saya senantiasa berbakti kepada Allah dan hidup suci dengan
mematuhi segala Firman-Nya. saya
berjanji.
Dari janji pernikahan diatas
tercermin bahwa pernikahan kristen adalah perjalan dari satu titik yaitu dari
titik awal pernikahan, sampai titik dimana maut memisahkan mereka. Dengan
demikian pernikahan kristen tidak memberi tempat bagi ketidak setiaan dan
perceraian.
Berulang-ulang kali Alkitab
menekankan pentingnya kesetiaan dalam lembaga pernikahan. Dalam hukum sepuluh
ada larangan untuk berzinah (Kel 20:14). Tuhan Yesus juga melarang sesorang
untuk berzinah, bahkan Yesus menekankan sampai sumbernya yaitu hati
Mat 5:28
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya..
Penulis Ibrani juga
menekankan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan
Ibr 13:4
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap
perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang
sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.
Alkitab begitu menekankan kesetiaan
dalam lebaga pernikahan, dengan melarang berzinah, karena lembaga pernikahan
adalah seumur hidup sifatnya. Perzinahan adalah wujud ketidak setiaan yang bisa
mengancam komitmen seumur hidup dalam pernikahan kristen, yang pada akhirnya
berakhir dalam perceraian.
Kristus mengakui hanya satu
alasan sah untuk perceraian. Dalam Matius 5:32 dikatakan bahwa satu-satunya
alasan untuk sebuah perceraian adalah
perzinahan.
Mat 19:9
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena
zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
Namun demikian, ini tidak
berarti Yesus merestui atau senang dengan perceraian.Allah sangat tidak senang
dengan orang-orang yang menceraikan istri atau suaminya yang selalu telah
berlaku setia.
Mal 2:14-16
14 Dan
kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara
engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal
dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.
15
Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah
yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah
orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.
16 Sebab Aku membenci
perceraian, firman TUHAN, Allah Israel — juga orang yang menutupi pakaiannya
dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah
berkhianat!
Dari uraian di atas bisa
disimpulkan bahwa pernikahan Kristen adalah pernikahan yang berlangsung sampai
maut memisahkan mereka. Karena prinsip seumur hidup inilah makanya perzinahan
atau ketidaksetiaan itu dilarang karena dapat menimbulkan dosa dan perceraian
dalam pernikahan Kristen. Dengan kata lain pernikahan Kristen adalah pernikahan
yang menuntut kesetiaan karena pernikahan kristen adalah pernikahan seumur
hidup. Prinsip inilah yang mewarnai janji pernikahan dalam agama Kristen, yang
telah memberi kekuatan terhadap banyak pasangan dalam menjaga komitmen seumur
hidup.
CHRISTOPHER
REEVE adalah orang yang memerankan tokoh superman dalam film Superman. Ia
menikah pada tahun 1992 dengan seorang wanita bernama DANA dan dikaruniai
seorang anak bernama William. Pada usia tiga tahun pernikahannya CHRISTOPHER
REEVE mengalami kecelakaan berkuda yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan total. Mendapati
dirinya dari seorang tokoh terkenal kemudian menjadi seorang yang tak bisa
berbuat apa-apa membuat CHRISTOPHER REEVE menjadi putus asa dan sering hendak
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Dalam
kondisi semacam ini DANA punya
kesempatan untuk meninggalkan suaminya yang sudah lumpuh dan tidak bisa diharap
apa-apa. DANA tetap setia menemani dan
merawat suaminya, bahkan berhasil membangkitkan kembali semangat suaminya.
Usaha DANA tidak sia-sia, suaminya bangkit kembali dan menemukan jati dirinya
kembali dan membuka sebuah yayasan sosial untuk menolong orang-orang yang
cacat. 9 Tahun kelumpuhannya CHRISTOPHER REEVE meninggal akibat komplikasi
jantung. Ketika ditanya apa yang membuat DANA setia pada suaminya, meskipun
suaminya udah cacat, jawabannya adalah janji setia terhadap pernikahan baik dalam suka maupun duka, susah maupun
senang, kaya maupun miskin , sehat mapun sakit. DANA dikemudian hari merubah
janji pernikahannya bukan sampai maut memisahkan mereka tapi sampai selama-lamanya.
1,5
tahun (18 bulan) sejak kematian suaminya DANA meninggal dunia karena kanker
paru-paru. Kisah ini telah menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk menteri
luar negeri AS yaitu Hillary Clinton.
Ketika
kita mengucapkan janji dihadapan Tuhan dan jemaat-Nya, sebenarnya kita telah berjanji untuk setia semuar hidup sebagaimana
Dana.
~AMIN~
No comments:
Post a Comment