Tuesday, July 9, 2013

MODUS OPERANDI GURU-GURU PALSU


MODUS OPERANDI GURU-GURU PALSU
Oleh: Ev. I Ketut Sunalis Muadi, S.Th
Pada umumnya gereja menghadapi ancaman dari dua pihak. Yang pertama adalah ancaman dari “luar gereja”. Sejarah membuktikan bahwa hampir semua rasul mati martir, bukan karena mereka melakukan kriminal/ provokasi, tetapi karena mereka memberitakan Injil/ menyatakan kebenaran Tuhan. Kekristenan dari sejak awal juga mengalami penderitaan. Sejak Stefanus dihukum mati, orang Kristen mulai dianiaya dan tersebar ke mana-mana. Penganiayaan yang dialami orang Kristen semakin hari semakin bertambah banyak dan puncaknya adalah dalam zaman pemerintahan kaisar Nero. Dua rasul terbesar dalam kekristenan yaitu rasul Petrus dan rasul Paulus juga mati di tangan Nero. Nero berusaha keras untuk menghabiskan kekristenan, dia membakar seluruh kota Roma dan menuduh orang Kristen yang melakukannya. Orang Kristen kemudian ditangkapi, diletakkan di coloseum untuk diadu dengan singa, dan dijadikan tontonan, untuk menjadi peringatan bagi orang banyak agar tidak menjadi penganut Kristen. Nero masih belum puas juga, dia menjadikan 600 orang Kristen sebagai obor hidup di seluruh istananya. Orang Kristen tetap tidak bergeming, jumlahnya semakin hari justru menjadi semakin banyak, dan mereka tetap setia dalam iman dan mengikut Tuhan. Sejarah membuktikan bahwa penganiayaan besar sekalipun tidak membuat orang Kristen menjadi habis sebaliknya menjadi bertambah banyak.

Yang kedua adalah ancaman dari “dalam gereja” sendiri, yaitu adanya pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Sebenarnya ancaman yang kedua ini jauh lebih berbahaya daripada yang pertama karena dapat menjauhkan umat Allah dari kebenaran firman Tuhan.


Istilah “Guru-guru Palsu” menggunakan kata “ψευδοδιδασκαλος” (pseudodidaskalos) dalam bahasa Yunaninya. Istilah “ψευδοδιδασκαλος” (pseudodidaskalos)  terdiri dari dua kata yaitu ”ψευδης”(pseudes) yang berarti : Palsu atau pendusta dan kata “διδασκαλος” (didaskalos) yang berarti: Pengajar-pengajar, pendidik-pendidik atau Guru-guru.

Dengan demikian seseorang bisa disebut sebagai guru palsu atau tidaknya ditentukan oleh benar atau tidaknya ajarannya. Pedoman kebenaran orang Kristen adalah Alkitab, jadi kesesuaian dengan Alkitab adalah ukuran ajaran yang benar, dan ajaran yang benar adalah indikator asli atau palsunya seorang guru.


Salah satu kesulitan tersendiri dalam membedakan guru asli atau palsu adalah bahwa ternyata guru-guru palsu adalah mereka yang ada dan aktif di gereja. Yudas, di dalam suratnya, menuliskan kerinduannya pada orang-orang percaya yang tersebar (diaspora), supaya mereka siap menghadapi guru-guru palsu. Yudas mengidentifikasikan sifat dari guru-guru palsu ini dengan istilah “παρεισδυνω” (pareisduno) yang artinya, orang-orang yang telah lama bersembunyi/menyamar, yang hidup di dalam komunitas jemaat, sehingga perilaku dan pengajaran mereka sulit diketahui.
Yudas 1:4  Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup  (παρεισδυνω pareisduno) di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Guru-guru palsu ini tidak hanya ada dalam komunitas masyarakat lokal, tapi juga masuk dalam kehidupan jemaat Kristen mula-mula secara umum. Ciri utama dari guru-guru palsu adalah menolak finalitas dan ketuhanan Yesus Kristus.

Alkitab telah memberitahukan kita bagaimana motif, cara hidup, tujuan dan modus operandi guru-guru palsu tersebut. Namun pada kesempatan kali ini kita akan belajar secara khusus bagaimana modus operandi guru-guru palsu dalam menyesatkan orang percaya? (mengenai motivasi, tujuan dan cara hidupnya akan dibahas secara terpisah).

I.                   MEREKA “MEMASUKAN” PENGAJARAN SESAT YANG MEMBINASAKAN

2Ptr 2:1  Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan “παρεισαγω” ( pareisago). pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.

Kata “memasukan” dalam ayat di atas menggunakan kata “παρεισαγω” ( pareisago). Kata ini bisa berarti “memasukan” tapi juga “menyelundupkan”. Perbedaan antara “memasukan” dan “menyelundupkan” adalah kalau “memasukan” penekanannya pada jumlah sedangkan “menyelundupkan” penekanannya terletak pada caranya yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi  atau diam-diam.
Ini berarti bahwa modus guru-guru  palsu tersebut :
-          Memasukan  ajaran yang salah/sesat dalam ajaran yang benar. Dengan kata lain tidak semua ajarannya salah, tapi ada kandungan ajaran yang salah dalam ajaran yang benar. Inilah modus mereka, karena kalau tidak demikian akan dengan mudah ketahuan bahwa mereka adalah guru-guru palsu.

Dulu saya pernah pasang racun babi yang namanya temix, saya memasukan racun ke dalam pisang, sehingga namanya pisang beracun (pisang yang mengandung racun). Tapi kalau saya memasukan pisang ke dalam racun itu namanya “racun berpisang” (racun yang mengandung pisang). Seandainya saya pasang “racun berpisang” tentu tidak ada babi hutan yang mau makan, tapi karena saya pasang pisang beracun maka ada babi yang makan.

Demikian juga dengan guru-guru palsu tersebut, mereka akan memasukan “racun”(ajaran sesat) ke dalam ajaran yang benar untuk memikat orang. Kalau ajaran ssatnya mencolok maka tentu tidak akan ada orang yang mau menerima ajaran mereka.

-          Menyelundupkan secara sembunyi-sembunyi. Menyelundupkan sudah pasti dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bukan secara terang-terangan . Bagaimana para guru palsu ini berhasil menyebarkan kesesatan, padahal Alkitab dengan mudahnya bisa menyingkapkan kesesatan mereka? Petrus memberitahukan bahwa mereka akan memasukkan ajaran sesat ini “secara diam-diam”. Dengan perkataan lain, mereka akan memasukkan ajaran sesat ini secara terselubung bersama dengan ajaran yang benar. Mereka tidak akan segera menyingkirkan kebenaran. Tetapi tidak lama kemudian mereka akan menggantikan ajaran benar dengan ajaran sesat. Penekanan pada cara memasukan yang dilakukan secara diam-diam atau bersifat rahasia, terlihat dalam terjemahan versi NKJV.

NKJV     2Ptr 2:1  But there were also false prophets among the people, even as there will be false teachers among you, who will secretly bring in destructive heresies, even denying the Lord who bought them, and bring on themselves swift destruction.

Selanjutnya apa yang dimasukan atau diselundupkan???
Yang diselundupkan atau dimasukan adalah “pengajaran-pengajaran sesat ”αιρεσις” (hairesis).  Kata “αιρεσις” (hairesis) ini pada dasarnya berarti golongan atau sekte/ mazhab., dan hanya pada ayat ini kata ini diterjemahkan sebagai “pengajaran-pengajaran sesat”.

Untuk itu coba kita lihat dalam beberapa ayat yang menggunakan kata “αιρεσις’ (hairesis)
Kis 24:5  Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte (hairesis)  orang Nasrani.
Kis 24:14  Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte (hairesis). Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi.

Dalam Kis 5:17; Kis 26:5; Kis 28:22, kata “αιρεσις” (hairesis) diterjemahkan menjadi Mazhab (Saya tidak tulis ayatnya karena panjang)
Sementara kata tersebut diterjemahkan dengan “roh pemecah” dalam Galatia 5:20

Gal 5:20  penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah(hairesis)  ,

Dari beberapa ayat yang menggunakan kata “hairesis”  kita bisa menyimpulkan bahwa yang “dimasukkan” atau “diselundupkan” adalah ajaran-ajaran yang dianut oleh golongan atau sekte tertentu, yang menyimpang dari ajaran yang benar berdasarkan Alkitab yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
Dengan demikian setiap upaya memasukan ajaran sekte atau mazhab tertentu yang menyimpang dari Alkitab sebagai akibat penafsiran yang keliru dari maksud Alkitab adalah suatu tindakan menyelundupkan ajaran sesat pada ajaran yang benar. Dan orang yang melakukan hal itu disebut sebagai- guru palsu. Bisa jadi mereka itu memiliki perhatian dan kasih yang tulus, dan mungkin mereka memberitakan pengampunan, damai sejahtera, kepuasan, kasih, dan banyak hal lain yang berguna, tetapi mereka hidup di bawah pengaruh Iblis. Injil mereka sering menjadi berita dari akal manusia dan bukan penafsiran yang benar dari penyataan Allah yang ditemukan dalam Alkitab (Gal 1:6-7;1Pet 2:1-3). Berita mereka menyimpang dari pengajaran rasul-rasul PB, dengan tujuan untuk merusak dan membinasakan.

II.                MEREKA “BERDAGANG” CERITA-CERITA ISAPAN JEMPOL

2Ptr 2:3  Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung“εμπορευομαι” (emporeuomai)  dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol  mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Frase “ Mencari untung” menggunakan kata “εμπορευομαι” (emporeuomai) yang secara hurufiah bisa dimengerti sebagai “berdagang”.  Dan tidak salah juga kalau kata tersebut diterjemahkan dengan “mencari untung” toh berdagang tujuannya adalah mencari untung. Hal ini coba kita lihat dalam Yakobus 3:14 di mana kata εμπορευομαι” (emporeuomai) diterjemahkan menjadi berdagang.

Yak 4:13  Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang  (εμπορευομαι emporeuomai ) serta mendapat untung,"

Dengan demikian modus dari guru-guru palsu yang selanjutnya adalah “berdagang”. Sebagaimana halnya orang berdagang, maka promosi adalah strategi jitu  untuk menjual dagangannya.  Mereka akan mengklaim dan mengiklankan ajaran mereka sebagai ajaran yang paling benar, paling tinggi, paling diurapi Roh Kudus dan paling Alkitabiah, sehingga banyak orang yakin dan terpikat dan pada akhirnya bersedia menjadi pengikutnya.  Mereka seperti orang jualan kecap (tidak ada kecap no 2 di indonesia, semuanya no 1), menganggap ajaran mereka adalah ajaran tertinggi dan jika ada yang keluar dari kelompok mereka dianggap sebagai orang yang murtad dan tersesat. Selanjutnya dengan mengangkat diri mereka setinggi langit, mereka akan menjelek-jelekan setiap ajaran yang berbeda dengan ajaran mereka.

Selanjutnya  apa yang dijual oleh Guru-guru palsu tersebut?
Petrus mengajarkan bahwa guru-guru palsu itu menjual “cerita-cerita isapan jempol”.

2Ptr 2:3  Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera (λογος logos) isapan jempol  (πλαστος plastos) mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Isapan jempol” mempunyai arti “kabar bohong” atau “kabar yang tidak benar”.
Namun dalam ayat diatas kata “cerita-cerita”  menggunakan kata “λογος” (logos) yang mengandung arti  “firman”, atau “perkataan”.

Sedangkan kata “Isapan jempol” dalam ayat ini menggunakan kata πλαστος” (plastos)    yang berarti “ dibuat-buat secara  cerdas”.

Dengan demikian guru-guru palsu berdagang “firman” yang dibuat-buat secara cerdas, dengan tujuan untuk  membinasakan. Barang dagangan mereka adalah “firman” yang dibuat-buat seenaknya sendiri dan tidak didasarkan pada hermeneutika yang benar. Mereka tidak mengindahkan peringatan Petrus dalam menafsirkan Alkitab.

2Ptr 1:20  Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,

Ada sebuah gereja yang mengklaim ajaran mereka adalah sebagai “firman pengajaran” dan menganggap bahwa apa yang diajarkan oleh guru besar mereka adalah sebagai pengajaran yang paling tinggi. Semua gereja yang di luar denominasi ini, mereka anggap sebagai gereja halaman, dan jika ada jemaat yang keluar dari denominasi mereka akan dianggap murtad dan dipastikan tidak akan  selamat. Setelah diteliti ternyata dalam membangun ajarannya mereka mengunakan tafsiran full alegoris. Mengapa dikatakan full alegoris, karena hampir semua yang mereka ajarkan ditafsirkan secara alegoris. Ketika saya mengajak pendeta-pendeta mereka untuk berdialog, demi mempertanggung jawabkan apa yang mereka ajarkan, mereka menolak dengan alasan bahwa Firman Tuhan tidak untuk diperdebatkan.
Alegoris adalah salah satu cara menafsirkan  yang keliru, karena memasukan kebenaran kita dalam Alkitab dan bukan menarik kebenaran dari dalam Alkitab. Untuk itu sebaiknya kita berhati-hati dengan ajaran-ajaran, karena kalau tidak, kitapun akan terperangkap dalam ajaran palsu dari guru-guru palsu.

Guru-guru palsu tersebut berdagang atau menjual omong kosong (karena tidak ada kandungan firman Tuhannya sama sekali). Untuk itu mereka akan berusaha mempromosikan secara berlebih-lebihan tentang apa yang mereka ajarkan, laksana penjual obat dipinggir jalan. Seandainya memang apa yang mereka ajarkan adalah kebenaran tanpa promosipun orang akan berbondong-bondong mencarinya.

III.             MEREKA “MEMUTARBALIKKAN” INJIL KRISTUS

Gal 1: 6-7            
6  Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
7  yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.

8  Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
9  Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
10   Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.


Istilah “memutarbalikan”  dalam ayat ini adalah  “μεταστρεφω” (metastrepho) dalam bahasa Yunaninya. Kata ini bisa berarti : berubah, ganti dan juga memutarbalikkan. Untuk itu coba kita lihat bukti bahwa kata“μεταστρεφω” (metastrepho) mempunyai arti lain selain “memutarbalikkan”.

Kis 2:20  Matahari akan berubah (μεταστρεφω metastrepho) menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.
Yak 4:9  Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti (μεταστρεφω metastrepho) dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.
Dengan demikian ini berarti bahwa modus guru-guru palsu tersebut adalah mengganti atau merubah Injil yang benar dengan injil yang lain yang tentunya bukan injil.

Dalam pembukaan Galatia, Paulus menegaskan sendi-sendi Injil yang sejati. Pertama, kematian dan kebangkitan Yesus (Gal 1:1). Kedua, sebab dan tujuan kematian Yesus (ayat Gal 1:3-4). Sebab: "karena dosa-dosa kita." Tujuan: "untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini." Ketiga, kematian Yesus dan tujuannya berakar dalam kehendak Allah. Demi Injil yang sejati itulah Paulus ditetapkan sebagai rasul oleh Allah dan Putra-Nya, baik untuk memberitakannya kepada bangsa-bangsa nonyahudi, maupun untuk mempertahankan kemurniannya. Itu sebabnya ia bereaksi keras terhadap pemalsuan Injil, yang disebutnya "injil lain, yang sebenarnya bukan Injil" (Gal 1:6-7). Rupanya ada orang yang bermaksud mengacaukan jemaat di Galatia. Untuk menjadi Kristen, kata mereka, tidak cukup hanya menerima Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus juga melaksanakan tuntutan-tuntutan Taurat seperti halnya orang Yahudi. Bagi Paulus, memalsukan Injil seperti itu adalah penyesatan yang akan membinasakan iman sejati. Maka dengan keras Paulus menyatakan penyesat-penyesat itu sebagai "terkutuk" (Gal 1:8,9).

Ini berarti bahwa injil yang diberitakan oleh guru-guru palsu sudah dimodifikasi sedemikian rupa dari Injil yang sebenarnya. Sudah terjadi perubahan, penggantian berupa penambahan maupun pengurangan dari Injil yang sebenarnya. Bisa juga Injil Kristus diturunkan standarnya sedemikian rupa agar diterima dalam zaman yang maju secara pesat ini.

Dalam menghadapi kemajuan zaman yang begitu cepat, dengan berbagai nilai yang berkembang di dalamnya, maka sering Injil Kristus dianggap sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dan dianggap sudah tidak relevan dengan zaman modern ini. Untuk itu terkadang Injil dikemas sedemiakin rupa agar sesuai dan relevan dengan perkembangan zaman. Jadi bukan zamannya yang dirubah agar sesuai dengan injil tapi injilnya yang dirubah agar sesuai dengan zaman. Inilah modus guru-guru palsu, lebih senang mengubah injil demi perkembangan zaman daripada mengubah perkembangan zaman agar sesuai dengan injil.

Saat ini sudah ada pemberkatan nikah untuk para gay maupun lesbian. Pelayanan dan persekutuan  untuk para banci tanpa upaya menjadikan mereka orang yang bertobat. Injil disesuaikan, dirubah agar sesuai dengan kaum gay/lesbian dan banci. Inilah salah satu bukti bahwa injil Kristus telah dirubah sedemikian rupa yang pada akhirnya menimbulkan kebinasaan.

Selain itu injil dirubah agar sesuai dengan keinginan telinga para pendengarnya. Jadi yang diberitakan hanya yang baik-baik dan enak-anak saja. Ingat bahwa nabi asli juga memberitakan hal-hal yang enak, misalnya kalau percaya Yesus dosa diampuni, kalau percaya Yesus bisa dapat damai dan sukacita, dan sebagainya. Jadi, yang salah bukanlah memberitakan hal-hal yang enak, tetapi memberitakan hal-hal yang enak terus menerus. Dengan kata lain, mereka takut memberitakan hal yang sekalipun benar dan penting, tetapi tidak enak didengar telinga. Hal semacam  ini suadah terjadi pada zaman Raja Yosafat dan besannya Raja Ahab.

2Taw 18:12  “Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’”.
Demikian pula halnya pada zaman nabi Yeremia, di mana nabi-nabi palsu selalu merubah berita yang sesungguhnya. Berita “malapetaka” dirubah menjadi berita “damai sejahtera”. Daya tarik mereka terutama adalah pesan yang mereka beritakan menghibur dan tidak menegur dosa. Mereka menjanjikan berkat Allah tanpa menuntut perubahan gaya hidup yang berdosa. Mereka memberitakan damai sejahtera yang palsu (baca juga Yer. 6:14). Mereka menawarkan berita yang ingin didengarkan orang banyak.
Yer 8:11  “Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.
Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

Kalau kita membandingkan ajaran yang enak didengar telinga dengan ajaran yang tidak enak didengar telinga, maka ingat bahwa apa yang enak didengar belum tentu lebih bermanfaat dari pada yang tidak enak didengar telinga.
Sebagai contoh, ada seseorang yang sedang sakit dan pergi ke dokter. Dokter Budi memeriksa orang tersebut, dan mendapati bahwa dia terkena kanker. Dokter Budi lalu berkata dengan jujur dan kasar: ‘Kamu kena kanker, kalau tidak segera dioperasi, kamu akan mati’. Kata-kata ini sangat tidak enak, dan ia  pergi ke dokter  yang lain untuk memeriksakan diri. Dokter Cahyono juga mendapati bahwa ia kena kanker dan sebetulnya memang harus dioperasi. Tetapi Dokter Chayono ini  ingin menyenangkan orang tersebut, dan ia tidak mau pasiennya terlalu banyak kepikiran tentang hal itu. Dokter Cahyono lalu berkata: ‘Tidak apa-apa, istirahat saja dan kamu akan sembuh’. Kata-kata ini menyenangkan anda karena enak didengar telinga. Sekarang, yang mana yang lebih benar dan bermanfaat?
Merubah/mengganti, baik itu menambah atau mengurangi adalah modus operandi dari guru-guru palsu. Selain menambahkan hal-hal yang tidak perlu, guru-guru palsu juga bisa mengurangi apa yang perlu.Tidak memberikan makanan penting yang yang dibutuhkan orang itu adalah juga modus guru-guru palsu. Misalnya, diberi air dan nasi saja terus menerus, sementara orang tersebut  membutuhkan daging / protein, sayur, buah-buahan, dan susu, tetapi semua itu tidak  diberikan. Maka lambat tetapi pasti, kesehatan orang itu akan turun, dan akhirnya mati.

Ada banyak guru-guru palsu dalam gereja yang ‘membunuh’ jemaatnya dengan cara seperti ini. Mereka hanya mengajar moral dan etika. Pada prinsipnya tidak ada yang salah dengan ajaran-ajaran ini. Mereka mengajar tentang kasih, rendah hati, jujur, hormat orang tua dan sebagainya. Tetapi karena mereka terus menerus mengajarkan hal-hal ini, dan tidak pernah mengajarkan hal-hal yang bersifat doktrin, dan juga tidak pernah memberitakan Injil kepada jemaatnya, maka jemaat tidak akan tahu bahwa mereka membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat, dan mereka tidak akan percaya kepadaNya. Ini akhirnya menyebabkan jemaat itu binasa.

IV.             MEREKA RAMAH DAN MENGGUNAKAN BAHASA YANG MANIS DALAM BERKOMUNIKASI.

Roma 16:17-18

TB    17  Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
18  Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.


BIS     Rm 16:18  Sebab orang-orang yang berbuat begitu bukannya bekerja untuk Kristus Tuhan kita, melainkan untuk memuaskan keinginan hati mereka sendiri. Dengan bujukan dan kata-kata yang manis, mereka menipu orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

TL     Rm 16:18  Karena orang yang semacam ini bukannya bertuhankan Tuhan kita, yaitu Kristus, melainkan bertuhankan perutnya sendiri; dan dengan perkataan yang manis dan elok mereka itu memperdayakan orang yang tulus hati.


Istilah “ kata-kata yang muluk-muluk” dalam bahasa yunaninya adalah “χρηστολογια” (chrestologia). Istilah ini berasal dari dua kata yaitu “χρηστος” (chrestos) yang berarti baik , enak ,  kemurahan ,ramah  dan  kata “λεγω” (lego) yang berarti “berkata-kata“.
Dengan demikian sebenarnya arti dari “χρηστολογια” (chrestologia) pada dasarnya adalah baik, di mana dalam berkomunikasi guru-guru palsu itu menggunakan kata-kata yang baik dan ramah. Cuma karena motivasinya adalah menipu maka arti “kata-kata yang baik dan ramah” memang lebih tepat jika diterjemahkan secara negatif yaitu “kata-kata yang muluk-muluk”.

Selanjutnya  istilah “bahasa yang manis” menggunakan “ευλογια” (eulogia) dalam bahasa aslinya. Kata benda ini berasal dari kata kerja “ευλογεω” (eulogeo) yang berarti “Memberkati”, “Memuji” dan “memuliakan”.

Dengan demikian arti dari “bahasa yang manis”(eulogia) adalah adanya pujian-pujian/sanjungan-sanjungany ang berlebih-lebihan dan yang tak wajar juga tak perlu dalam berkomunikasi, dengan tujuan untuk menjilat.

Yud 1:16  Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.


Ini mengingatkan kita, kalau bertemu dengan orang yang ramah dan suka memuji yang mungkin lebih dikenal dengan istilah “bermulut manis”, bisa jadi itu adalah guru-guru palsu. Ini tidak berarti bahwa semua orang yang berkata-kata dengan ramah dan senang memuji adalah guru palsu. Maksudnya adalah jika berkata-kata ramah dibarengi dengan suka memuji yang tidak pada tempatnya dan dilakukan secara berlebih-lebihan,  orang tersebut adalah orang yang perlu dicurigai.Ini juga tidak berarti bahwa kita tidak boleh memuji orang, karena pujian yang proporsional itu baik dan perlu untuk membangun orang lain.

V.                MEREKA SUKA MEMBUAL MENGENAI DIRI MEREKA SENDIRI

TB     2 Petrus 2:18  Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa(huperogkos) dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan.

Frase “kata-kata yang congkak” dalam ayat ini dalam bahasa aslinya adalah  “υπερογκος” (huperogkos). Kata ini  dalam 2 Petrus 2:18 diterjemahkan menjadi “kata-kata yang congkak dan hampa”, sedangkan dalam dalam Yudas 1:16 diterjemahkan menjadi “perkataan yang bukan-bukan”.

TB      Yudas 16b mengatakan, “Tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan(huperogkos) dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.”

Secara hurufiah arti kata “υπερογκος” (huperogkos) adalah “kata-kata bualan kosong tentang diri sendiri”. Makna semacam itu berhasil ditangkap dalam Terjemaan lama dan BIS.

TL        2Ptr 2:18  Karena membesarkan diri dengan perkataan yang sia-sia, mereka itu mengumpan orang, yang baharu lepas daripada orang yang melakukan perbuatan yang sesat itu, dengan jalan menurut hawa nafsu dengan percabulannya.

BIS      Yud 1:16  Orang-orang itu selalu saja menggerutu dan menyalahkan orang lain. Mereka hidup menurut keinginan-keinginan mereka yang berdosa. Mereka membual mengenai diri sendiri, dan menjilat orang supaya mendapat keuntungan.

Dengan demikian,  ini berarti bahwa guru-guru palsu tersebut selain bermulut manis, ia juga adalah orang yang gemar memuji diri sendiri (Membesarkan diri). Membesarkan diri adalah salah satu cara guru-guru palsu dalam  meyakinkan orang agar mau mengikuti mereka. Hal semacam ini pernah ditemui atau dihadapi Paulus dalam pelayanannya. Mereka adalah orang yang suka memuji dirinya sendiri dan membandingkan dirinya dengan dirinya sendiri.

2Kor 10:12  Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!

Mungkin guru-guru palsu tersebut bisa digambarkan dengan anak kecil yang sedang mengukur dirinya.Diceritakan bahwa ada seorang anak umur 5 tahun berkata kepada ibunya:” mama sekarang tinggiku sudah setinggi goliat, karena tinggiku sekarang sudah 3 meter”. Ibunya kemudian bertanya: ”Dari mana kamu tahu bahwa tinggimu 3 meter?”. “aku sudah mengukurnya mama”, jawab anak itu. Ternyata anak itu membuat ukuran sendiri dan bukan menggunakan ukuran/meteran standart yang sering digunakan oleh orang dewasa.
Demikian juga dengan guru-guru palsu, mereka memuji diri sendiri berdasarkan standart atau ukuran yang mereka buat sendiri. Standart setiap orang adalah Firman Tuhan, karena itu berilah penilaian yang obyektif tentang diri kita berdasarkan Firman  Tuhan, atau kita sama dengan guru-guru palsu yang suka membual tentang dirinya sendiri, tentang kehebatannya, tentang prestasinya dan tentang pengalamannya.

VI.             MEREKA MENJANJIKAN KEBEBASAN PALSU


TB     2 Petrus 2:18  Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan.

2Ptr 2:19  Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.
TL   2 Ptr 2: 18  Karena membesarkan diri dengan perkataan yang sia-sia, mereka itu mengumpan orang, yang baharu lepas daripada orang yang melakukan perbuatan yang sesat itu, dengan jalan menurut hawa nafsu dengan percabulannya.
19  Mereka itu menjanjikan kebebasan kepada orang-orang itu, padahal mereka itu sendiri menjadi hamba kepada keadaan yang akan binasa; karena orang menjadi hamba kepada barang yang mengalahkan dia.



Meski sesat, ada saja orang yang termakan pengajaran para guru palsu dan menjadi korban. Ironisnya, sementara mereka menawarkan kemerdekaan atau kebebasan untuk mengejar nafsu, mereka sesungguhnya diperbudak nafsu. Oleh karena itu, Petrus memperingatkan bahwa orang-orang yang terpancing penyesatan para guru palsu itu ( 2Pet 2:20-22) akan mengalami keadaan yang lebih buruk daripada keadaan semula (band. Mat 12:43-45). Keadaan ini digambarkan dengan peribahasa "anjing yang kembali ke muntahnya dan babi yang kembali ke kubangannya" (Mat 12:22). Bisa jadi ada orang yang penampilan lahiriahnya saleh dan mempesona dengan kata-kata rohani. Namun akhirnya mereka akan kembali kepada "kubangan dosanya," karena itulah natur mereka yang sesungguhnya.

Guru-guru palsu ini menjanjikan kemerdekaan… padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan. Teolog-teolog dari setengah abad yang lalu telah banyak meminum racun berupa kemerdekaan atau kebebasan dari kewenangan Alkitab dan bahkan kewenangan Allah. Disaat kita menuntut kemerdekaan atau kebebasan dari Firman Allah, maka akan kita dapati bahwa kita akan semakin terikat dengan dosa. Kereta api akan bebas bergerak saat ia berada di atas rel. Sebaliknya ketika kereta api tidak berjalan di atas rel maka justru ia tidak akan menemukan kebebasannya.Demikian juga dengan orang kristen, mereka akan bebas saat berjalan di atas rel kebenaran Firman Tuhan. Pada saat kita keluar dari rel tersebut kita akan terikat dosa.
Inilah modus dari guru-guru palsu yang menawarkan kebebasan palsu. Kebebasan yang ia janjikan tapi keterikatan yang ia bayarkan karena itu waspada!!, waspada !!! waspada!!!!!!!!!!!!!!

~AMIN~

No comments:

Post a Comment