MODUS OPERANDI GURU-GURU
PALSU
Oleh: Ev. I
Ketut Sunalis Muadi, S.Th
Pada umumnya gereja menghadapi
ancaman dari dua pihak. Yang pertama
adalah ancaman dari “luar gereja”. Sejarah membuktikan bahwa hampir
semua rasul mati martir, bukan karena mereka melakukan kriminal/ provokasi,
tetapi karena mereka memberitakan Injil/ menyatakan kebenaran Tuhan.
Kekristenan dari sejak awal juga mengalami penderitaan. Sejak Stefanus dihukum
mati, orang Kristen mulai dianiaya dan tersebar ke mana-mana. Penganiayaan yang
dialami orang Kristen semakin hari semakin bertambah banyak dan puncaknya
adalah dalam zaman pemerintahan kaisar Nero. Dua rasul terbesar dalam
kekristenan yaitu rasul Petrus dan rasul Paulus juga mati di tangan Nero. Nero
berusaha keras untuk menghabiskan kekristenan, dia membakar seluruh kota Roma
dan menuduh orang Kristen yang melakukannya. Orang Kristen kemudian ditangkapi,
diletakkan di coloseum untuk diadu dengan singa, dan dijadikan tontonan, untuk
menjadi peringatan bagi orang banyak agar tidak menjadi penganut Kristen. Nero
masih belum puas juga, dia menjadikan 600 orang Kristen sebagai obor hidup di
seluruh istananya. Orang Kristen tetap tidak bergeming, jumlahnya semakin hari
justru menjadi semakin banyak, dan mereka tetap setia dalam iman dan mengikut
Tuhan. Sejarah membuktikan bahwa penganiayaan besar sekalipun tidak membuat
orang Kristen menjadi habis sebaliknya menjadi bertambah banyak.
Yang kedua adalah ancaman dari “dalam gereja” sendiri, yaitu adanya
pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Sebenarnya
ancaman yang kedua ini jauh lebih berbahaya daripada yang pertama karena dapat
menjauhkan umat Allah dari kebenaran firman Tuhan.
Istilah “Guru-guru Palsu” menggunakan kata “ψευδοδιδασκαλος” (pseudodidaskalos) dalam bahasa Yunaninya. Istilah “ψευδοδιδασκαλος” (pseudodidaskalos) terdiri dari dua
kata yaitu ”ψευδης”(pseudes) yang berarti : Palsu atau pendusta dan kata “διδασκαλος” (didaskalos) yang berarti: Pengajar-pengajar, pendidik-pendidik atau
Guru-guru.
Dengan demikian seseorang bisa disebut sebagai guru palsu
atau tidaknya ditentukan oleh benar atau tidaknya ajarannya. Pedoman kebenaran
orang Kristen adalah Alkitab, jadi kesesuaian dengan Alkitab adalah ukuran
ajaran yang benar, dan ajaran yang benar adalah indikator asli atau palsunya
seorang guru.
Salah satu kesulitan tersendiri dalam membedakan guru asli
atau palsu adalah bahwa ternyata guru-guru palsu adalah mereka yang ada dan
aktif di gereja. Yudas,
di dalam suratnya, menuliskan kerinduannya pada orang-orang percaya yang
tersebar (diaspora), supaya mereka siap menghadapi guru-guru palsu. Yudas
mengidentifikasikan sifat dari guru-guru palsu ini dengan istilah “παρεισδυνω” (pareisduno) yang artinya,
orang-orang yang telah lama bersembunyi/menyamar, yang hidup di dalam komunitas
jemaat, sehingga perilaku dan pengajaran mereka sulit diketahui.
Yudas 1:4 Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah
masuk menyelusup (παρεισδυνω pareisduno) di tengah-tengah kamu, yaitu
orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang
yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan
hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita,
Yesus Kristus.
Guru-guru palsu ini tidak hanya ada dalam
komunitas masyarakat lokal, tapi juga masuk dalam kehidupan jemaat Kristen
mula-mula secara umum. Ciri utama dari guru-guru palsu adalah menolak finalitas
dan ketuhanan Yesus Kristus.
Alkitab telah memberitahukan kita bagaimana motif, cara
hidup, tujuan dan modus operandi guru-guru palsu tersebut. Namun pada
kesempatan kali ini kita akan belajar secara khusus bagaimana modus operandi guru-guru palsu dalam
menyesatkan orang percaya? (mengenai
motivasi, tujuan dan cara hidupnya akan dibahas secara terpisah).
I.
MEREKA
“MEMASUKAN” PENGAJARAN SESAT YANG MEMBINASAKAN
2Ptr 2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di
tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan “παρεισαγω” ( pareisago). pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus
mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri
mereka.
Kata “memasukan” dalam ayat di atas menggunakan
kata “παρεισαγω” ( pareisago). Kata ini bisa berarti “memasukan” tapi
juga “menyelundupkan”. Perbedaan antara “memasukan” dan “menyelundupkan” adalah
kalau “memasukan” penekanannya pada jumlah sedangkan “menyelundupkan” penekanannya
terletak pada caranya yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam.
Ini berarti bahwa modus guru-guru palsu tersebut :
-
Memasukan ajaran yang salah/sesat dalam ajaran yang
benar. Dengan kata lain tidak semua ajarannya salah, tapi ada kandungan ajaran
yang salah dalam ajaran yang benar. Inilah modus mereka, karena kalau tidak
demikian akan dengan mudah ketahuan bahwa mereka adalah guru-guru palsu.
Dulu saya pernah pasang racun babi yang namanya temix,
saya memasukan racun ke dalam pisang, sehingga namanya pisang beracun (pisang
yang mengandung racun). Tapi kalau saya memasukan pisang ke dalam racun itu
namanya “racun berpisang” (racun yang mengandung pisang). Seandainya saya
pasang “racun berpisang” tentu tidak ada babi hutan yang mau makan, tapi karena
saya pasang pisang beracun maka ada babi yang makan.
Demikian juga dengan guru-guru palsu tersebut,
mereka akan memasukan “racun”(ajaran sesat) ke dalam ajaran yang benar untuk
memikat orang. Kalau ajaran ssatnya mencolok maka tentu tidak akan ada orang
yang mau menerima ajaran mereka.
-
Menyelundupkan secara
sembunyi-sembunyi. Menyelundupkan sudah pasti dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan bukan secara terang-terangan . Bagaimana
para guru palsu ini berhasil menyebarkan kesesatan, padahal Alkitab dengan
mudahnya bisa menyingkapkan kesesatan mereka? Petrus memberitahukan bahwa
mereka akan memasukkan ajaran sesat ini “secara
diam-diam”. Dengan perkataan lain, mereka akan memasukkan ajaran sesat ini
secara terselubung bersama dengan ajaran yang benar. Mereka tidak akan segera
menyingkirkan kebenaran. Tetapi tidak lama kemudian mereka akan menggantikan
ajaran benar dengan ajaran sesat. Penekanan pada cara memasukan yang dilakukan
secara diam-diam atau bersifat rahasia, terlihat dalam terjemahan versi NKJV.
NKJV 2Ptr 2:1 But there were also false prophets among the people, even as
there will be false teachers among you, who will secretly bring in destructive
heresies, even denying the Lord who bought them, and bring on themselves swift
destruction.
Selanjutnya apa yang dimasukan atau
diselundupkan???
Yang diselundupkan atau dimasukan adalah
“pengajaran-pengajaran sesat ”αιρεσις” (hairesis). Kata “αιρεσις” (hairesis) ini pada dasarnya berarti
golongan atau sekte/ mazhab., dan hanya pada ayat ini kata ini diterjemahkan
sebagai “pengajaran-pengajaran sesat”.
Untuk itu coba kita lihat dalam beberapa ayat yang
menggunakan kata “αιρεσις’ (hairesis)
Kis 24:5 Telah nyata
kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan
kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa
ia adalah seorang tokoh dari sekte (hairesis)
orang Nasrani.
Kis 24:14 Tetapi aku
mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan
menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte (hairesis). Aku percaya kepada segala
sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi.
Dalam
Kis 5:17; Kis 26:5; Kis 28:22, kata “αιρεσις” (hairesis) diterjemahkan menjadi Mazhab
(Saya tidak tulis ayatnya karena panjang)
Sementara kata tersebut diterjemahkan dengan “roh
pemecah” dalam Galatia 5:20
Gal 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah(hairesis)
,
Dari
beberapa ayat yang menggunakan kata “hairesis” kita bisa menyimpulkan bahwa yang “dimasukkan”
atau “diselundupkan” adalah ajaran-ajaran yang dianut oleh golongan atau sekte
tertentu, yang menyimpang dari ajaran yang benar berdasarkan Alkitab yang
berpotensi menimbulkan perpecahan.
Dengan
demikian setiap upaya memasukan ajaran sekte atau mazhab tertentu yang
menyimpang dari Alkitab sebagai akibat penafsiran yang keliru dari maksud
Alkitab adalah suatu tindakan menyelundupkan ajaran sesat pada ajaran yang
benar. Dan orang yang melakukan hal itu disebut sebagai- guru palsu. Bisa jadi
mereka itu memiliki perhatian dan kasih yang tulus, dan mungkin mereka
memberitakan pengampunan, damai sejahtera, kepuasan, kasih, dan banyak hal lain
yang berguna, tetapi mereka hidup di bawah pengaruh Iblis. Injil mereka sering
menjadi berita dari akal manusia dan bukan penafsiran yang benar dari penyataan
Allah yang ditemukan dalam Alkitab (Gal 1:6-7;1Pet 2:1-3). Berita mereka
menyimpang dari pengajaran rasul-rasul PB, dengan tujuan untuk merusak dan
membinasakan.
II.
MEREKA “BERDAGANG” CERITA-CERITA ISAPAN JEMPOL
2Ptr
2:3 Dan karena serakahnya guru-guru
palsu itu akan berusaha mencari untung“εμπορευομαι” (emporeuomai) dari kamu dengan ceritera-ceritera
isapan jempol mereka.
Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan
tidak akan tertunda.
Frase “
Mencari untung” menggunakan kata “εμπορευομαι” (emporeuomai) yang secara hurufiah bisa dimengerti sebagai
“berdagang”. Dan tidak salah juga kalau
kata tersebut diterjemahkan dengan “mencari untung” toh berdagang tujuannya
adalah mencari untung. Hal ini coba kita lihat dalam Yakobus 3:14 di mana kata εμπορευομαι” (emporeuomai) diterjemahkan menjadi berdagang.
Yak 4:13 Jadi
sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke
kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang (εμπορευομαι emporeuomai ) serta
mendapat untung,"
Dengan demikian modus dari guru-guru palsu yang
selanjutnya adalah “berdagang”. Sebagaimana halnya orang berdagang, maka
promosi adalah strategi jitu untuk
menjual dagangannya. Mereka akan mengklaim
dan mengiklankan ajaran mereka sebagai ajaran yang paling benar, paling tinggi,
paling diurapi Roh Kudus dan paling Alkitabiah, sehingga banyak orang yakin dan
terpikat dan pada akhirnya bersedia menjadi pengikutnya. Mereka seperti orang jualan kecap (tidak ada
kecap no 2 di indonesia, semuanya no 1), menganggap ajaran mereka adalah ajaran
tertinggi dan jika ada yang keluar dari kelompok mereka dianggap sebagai orang
yang murtad dan tersesat. Selanjutnya dengan mengangkat diri mereka setinggi
langit, mereka akan menjelek-jelekan setiap ajaran yang berbeda dengan ajaran mereka.
Selanjutnya apa yang dijual oleh Guru-guru palsu
tersebut?
Petrus mengajarkan bahwa guru-guru palsu itu
menjual “cerita-cerita isapan jempol”.
2Ptr
2:3 Dan karena serakahnya guru-guru
palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera
(λογος logos) isapan jempol (πλαστος
plastos) mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah
lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Isapan jempol”
mempunyai arti “kabar bohong” atau “kabar yang tidak benar”.
Namun dalam ayat diatas kata “cerita-cerita” menggunakan
kata “λογος” (logos) yang mengandung arti “firman”,
atau “perkataan”.
Sedangkan kata
“Isapan jempol” dalam ayat ini menggunakan kata “πλαστος” (plastos) yang berarti “ dibuat-buat secara cerdas”.
Dengan demikian
guru-guru palsu berdagang “firman” yang dibuat-buat secara cerdas, dengan
tujuan untuk membinasakan. Barang
dagangan mereka adalah “firman” yang dibuat-buat seenaknya sendiri dan tidak
didasarkan pada hermeneutika yang benar. Mereka tidak mengindahkan peringatan
Petrus dalam menafsirkan Alkitab.
2Ptr
1:20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah
bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,
Ada sebuah
gereja yang mengklaim ajaran mereka adalah sebagai “firman pengajaran” dan
menganggap bahwa apa yang diajarkan oleh guru besar mereka adalah sebagai
pengajaran yang paling tinggi. Semua gereja yang di luar denominasi ini, mereka
anggap sebagai gereja halaman, dan jika ada jemaat yang keluar dari denominasi
mereka akan dianggap murtad dan dipastikan tidak akan selamat. Setelah diteliti ternyata dalam
membangun ajarannya mereka mengunakan tafsiran full alegoris. Mengapa dikatakan
full alegoris, karena hampir semua yang mereka ajarkan ditafsirkan secara
alegoris. Ketika saya mengajak pendeta-pendeta mereka untuk berdialog, demi
mempertanggung jawabkan apa yang mereka ajarkan, mereka menolak dengan alasan
bahwa Firman Tuhan tidak untuk diperdebatkan.
Alegoris adalah
salah satu cara menafsirkan yang keliru,
karena memasukan kebenaran kita dalam Alkitab dan bukan menarik kebenaran dari
dalam Alkitab. Untuk itu sebaiknya kita berhati-hati dengan ajaran-ajaran,
karena kalau tidak, kitapun akan terperangkap dalam ajaran palsu dari guru-guru
palsu.
Guru-guru palsu
tersebut berdagang atau menjual omong kosong (karena tidak ada kandungan firman
Tuhannya sama sekali). Untuk itu mereka akan berusaha mempromosikan secara
berlebih-lebihan tentang apa yang mereka ajarkan, laksana penjual obat
dipinggir jalan. Seandainya memang apa yang mereka ajarkan adalah kebenaran
tanpa promosipun orang akan berbondong-bondong mencarinya.
III.
MEREKA “MEMUTARBALIKKAN” INJIL KRISTUS
Gal 1: 6-7
6 Aku heran, bahwa kamu
begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah
memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
7 yang sebenarnya bukan
Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil
Kristus.
8 Tetapi sekalipun kami
atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang
berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
9 Seperti yang telah kami
katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu
terima, terkutuklah dia.
10 Jadi bagaimana
sekarang: adakah
kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada
manusia?
Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah
hamba Kristus.
Istilah “memutarbalikan” dalam ayat
ini adalah “μεταστρεφω”
(metastrepho) dalam bahasa Yunaninya. Kata
ini bisa berarti : berubah, ganti dan
juga memutarbalikkan. Untuk itu coba kita lihat bukti bahwa kata“μεταστρεφω” (metastrepho) mempunyai
arti lain selain “memutarbalikkan”.
Kis 2:20 Matahari akan berubah (μεταστρεφω
metastrepho) menjadi gelap gulita dan bulan
menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.
Yak 4:9 Sadarilah
kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti (μεταστρεφω
metastrepho) dengan ratap dan
sukacitamu dengan dukacita.
Dengan
demikian ini berarti bahwa modus guru-guru palsu tersebut adalah mengganti atau
merubah Injil yang benar dengan injil yang lain yang tentunya bukan injil.
Dalam
pembukaan Galatia, Paulus menegaskan sendi-sendi Injil yang sejati. Pertama,
kematian dan kebangkitan Yesus (Gal 1:1). Kedua, sebab dan tujuan
kematian Yesus (ayat Gal 1:3-4). Sebab: "karena dosa-dosa
kita." Tujuan: "untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang
ini." Ketiga, kematian Yesus dan tujuannya berakar dalam kehendak Allah.
Demi Injil yang sejati itulah Paulus ditetapkan sebagai rasul oleh Allah dan
Putra-Nya, baik untuk memberitakannya kepada bangsa-bangsa nonyahudi, maupun
untuk mempertahankan kemurniannya. Itu sebabnya ia bereaksi keras terhadap
pemalsuan Injil, yang disebutnya "injil lain, yang sebenarnya bukan
Injil" (Gal 1:6-7). Rupanya ada orang yang bermaksud mengacaukan
jemaat di Galatia. Untuk menjadi Kristen, kata mereka, tidak cukup hanya
menerima Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus juga melaksanakan
tuntutan-tuntutan Taurat seperti halnya orang Yahudi. Bagi Paulus, memalsukan
Injil seperti itu adalah penyesatan yang akan membinasakan iman sejati. Maka
dengan keras Paulus menyatakan penyesat-penyesat itu sebagai
"terkutuk" (Gal 1:8,9).
Ini berarti
bahwa injil yang diberitakan oleh guru-guru palsu sudah dimodifikasi sedemikian
rupa dari Injil yang sebenarnya. Sudah terjadi perubahan, penggantian berupa
penambahan maupun pengurangan dari Injil yang sebenarnya. Bisa juga Injil
Kristus diturunkan standarnya sedemikian rupa agar diterima dalam zaman yang
maju secara pesat ini.
Dalam
menghadapi kemajuan zaman yang begitu cepat, dengan berbagai nilai yang
berkembang di dalamnya, maka sering Injil Kristus dianggap sebagai sesuatu yang
ketinggalan zaman dan dianggap sudah tidak relevan dengan zaman modern ini. Untuk
itu terkadang Injil dikemas sedemiakin rupa agar sesuai dan relevan dengan
perkembangan zaman. Jadi bukan zamannya yang dirubah agar sesuai dengan injil
tapi injilnya yang dirubah agar sesuai dengan zaman. Inilah modus guru-guru
palsu, lebih senang mengubah injil demi perkembangan zaman daripada mengubah
perkembangan zaman agar sesuai dengan injil.
Saat ini
sudah ada pemberkatan nikah untuk para gay maupun lesbian. Pelayanan dan
persekutuan untuk para banci tanpa upaya
menjadikan mereka orang yang bertobat. Injil disesuaikan, dirubah agar sesuai
dengan kaum gay/lesbian dan banci. Inilah salah satu bukti bahwa injil Kristus
telah dirubah sedemikian rupa yang pada akhirnya menimbulkan kebinasaan.
Selain itu
injil dirubah agar sesuai dengan keinginan telinga para pendengarnya. Jadi yang
diberitakan hanya yang baik-baik dan enak-anak saja. Ingat
bahwa nabi asli juga memberitakan hal-hal yang enak, misalnya kalau percaya
Yesus dosa diampuni, kalau percaya Yesus bisa dapat damai dan sukacita, dan
sebagainya. Jadi, yang salah bukanlah memberitakan hal-hal yang enak, tetapi
memberitakan hal-hal yang enak terus menerus. Dengan kata lain, mereka
takut memberitakan hal yang sekalipun benar dan penting, tetapi tidak enak
didengar telinga. Hal semacam ini suadah
terjadi pada zaman Raja Yosafat dan besannya Raja Ahab.
2Taw 18:12 “Suruhan
yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau
juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang
baik.’”.
Demikian pula halnya pada zaman
nabi Yeremia, di mana nabi-nabi palsu selalu merubah berita yang sesungguhnya.
Berita “malapetaka” dirubah menjadi berita “damai sejahtera”. Daya tarik mereka
terutama adalah pesan yang mereka beritakan menghibur dan tidak menegur dosa.
Mereka menjanjikan berkat Allah tanpa menuntut perubahan gaya hidup yang
berdosa. Mereka memberitakan damai sejahtera yang palsu (baca juga Yer. 6:14).
Mereka menawarkan berita yang ingin didengarkan orang banyak.
Yer 8:11 “Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai
sejahtera”.
Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman
TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan
perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya
mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari
mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata
kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap
orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan
menimpa kamu!’”.
Kalau kita membandingkan
ajaran yang enak didengar telinga dengan ajaran yang tidak enak didengar
telinga, maka ingat bahwa apa yang enak didengar belum tentu lebih bermanfaat
dari pada yang tidak enak didengar telinga.
Sebagai contoh, ada
seseorang yang sedang sakit dan pergi ke dokter. Dokter Budi memeriksa orang
tersebut, dan mendapati bahwa dia terkena kanker. Dokter Budi lalu berkata
dengan jujur dan kasar: ‘Kamu kena kanker, kalau tidak segera dioperasi, kamu
akan mati’. Kata-kata ini sangat tidak enak, dan ia pergi ke dokter yang lain untuk memeriksakan diri. Dokter
Cahyono juga mendapati bahwa ia kena kanker dan sebetulnya memang harus
dioperasi. Tetapi Dokter Chayono ini ingin menyenangkan orang tersebut, dan ia
tidak mau pasiennya terlalu banyak kepikiran tentang hal itu. Dokter Cahyono
lalu berkata: ‘Tidak apa-apa, istirahat saja dan kamu akan sembuh’. Kata-kata ini
menyenangkan anda karena enak didengar telinga. Sekarang, yang mana yang lebih benar dan bermanfaat?
Merubah/mengganti, baik itu
menambah atau mengurangi adalah modus operandi dari guru-guru palsu. Selain
menambahkan hal-hal yang tidak perlu, guru-guru palsu juga bisa mengurangi apa
yang perlu.Tidak
memberikan makanan penting yang yang dibutuhkan orang itu adalah juga modus
guru-guru palsu. Misalnya, diberi air dan nasi saja terus menerus, sementara
orang tersebut membutuhkan daging /
protein, sayur, buah-buahan, dan susu, tetapi semua itu tidak diberikan. Maka lambat tetapi pasti,
kesehatan orang itu akan turun, dan akhirnya mati.
Ada banyak guru-guru palsu dalam gereja
yang ‘membunuh’ jemaatnya dengan cara seperti ini. Mereka hanya mengajar
moral dan etika. Pada prinsipnya tidak ada yang salah dengan ajaran-ajaran ini.
Mereka mengajar tentang kasih, rendah hati, jujur, hormat orang tua dan
sebagainya. Tetapi karena mereka terus menerus mengajarkan hal-hal ini, dan tidak
pernah mengajarkan hal-hal yang bersifat doktrin, dan juga tidak pernah
memberitakan Injil kepada jemaatnya, maka jemaat tidak akan tahu bahwa mereka
membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat, dan mereka tidak akan percaya kepadaNya.
Ini akhirnya menyebabkan jemaat itu binasa.
IV.
MEREKA RAMAH DAN MENGGUNAKAN
BAHASA YANG MANIS DALAM BERKOMUNIKASI.
Roma 16:17-18
TB 17
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada
terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima,
menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
18 Sebab orang-orang demikian tidak melayani
Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan
dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka
menipu orang-orang yang tulus hatinya.
BIS Rm 16:18
Sebab orang-orang yang berbuat begitu bukannya bekerja untuk Kristus
Tuhan kita, melainkan untuk memuaskan keinginan hati mereka sendiri. Dengan
bujukan dan kata-kata yang manis, mereka menipu orang-orang
yang tidak tahu apa-apa.
TL Rm 16:18
Karena orang yang semacam ini bukannya bertuhankan Tuhan kita, yaitu
Kristus, melainkan bertuhankan perutnya sendiri; dan dengan perkataan
yang manis dan elok mereka itu memperdayakan orang yang
tulus hati.
Istilah “ kata-kata
yang muluk-muluk” dalam bahasa yunaninya adalah “χρηστολογια” (chrestologia).
Istilah ini berasal dari dua kata yaitu “χρηστος” (chrestos) yang berarti baik , enak
, kemurahan ,ramah dan
kata “λεγω”
(lego) yang berarti “berkata-kata“.
Dengan demikian
sebenarnya arti dari “χρηστολογια” (chrestologia) pada dasarnya adalah baik, di
mana dalam berkomunikasi guru-guru palsu itu menggunakan kata-kata yang baik
dan ramah. Cuma karena motivasinya adalah menipu maka arti “kata-kata yang baik
dan ramah” memang lebih tepat jika diterjemahkan secara negatif yaitu
“kata-kata yang muluk-muluk”.
Selanjutnya istilah “bahasa yang manis” menggunakan “ευλογια”
(eulogia) dalam bahasa aslinya. Kata benda ini berasal dari kata
kerja “ευλογεω” (eulogeo) yang berarti “Memberkati”, “Memuji” dan “memuliakan”.
Dengan demikian arti
dari “bahasa yang manis”(eulogia) adalah adanya pujian-pujian/sanjungan-sanjungany
ang berlebih-lebihan dan yang tak wajar juga tak perlu dalam berkomunikasi,
dengan tujuan untuk menjilat.
Yud 1:16 Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan
mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka
mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka
menjilat orang untuk mendapat keuntungan.
Ini mengingatkan kita,
kalau bertemu dengan orang yang ramah dan suka memuji yang mungkin lebih
dikenal dengan istilah “bermulut manis”, bisa jadi itu adalah guru-guru palsu. Ini
tidak berarti bahwa semua orang yang berkata-kata dengan ramah dan senang memuji
adalah guru palsu. Maksudnya adalah jika berkata-kata ramah dibarengi dengan
suka memuji yang tidak pada tempatnya dan dilakukan secara berlebih-lebihan, orang tersebut adalah orang yang perlu
dicurigai.Ini juga tidak berarti bahwa kita tidak boleh memuji orang, karena
pujian yang proporsional itu baik dan perlu untuk membangun orang lain.
V.
MEREKA SUKA MEMBUAL MENGENAI DIRI
MEREKA SENDIRI
TB 2 Petrus 2:18 Sebab mereka mengucapkan kata-kata
yang congkak dan hampa(huperogkos)
dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja
melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan.
Frase “kata-kata yang congkak” dalam
ayat ini dalam bahasa aslinya adalah “υπερογκος”
(huperogkos). Kata ini dalam 2 Petrus
2:18 diterjemahkan menjadi “kata-kata yang congkak dan hampa”, sedangkan dalam
dalam Yudas 1:16 diterjemahkan menjadi “perkataan yang bukan-bukan”.
TB Yudas 16b mengatakan, “Tetapi mulut
mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan(huperogkos) dan mereka menjilat orang
untuk mendapat keuntungan.”
Secara hurufiah arti kata “υπερογκος” (huperogkos)
adalah “kata-kata bualan kosong tentang diri sendiri”. Makna semacam itu
berhasil ditangkap dalam Terjemaan lama dan BIS.
TL 2Ptr 2:18 Karena membesarkan diri
dengan perkataan yang sia-sia, mereka itu mengumpan
orang, yang baharu lepas daripada orang yang melakukan perbuatan yang sesat
itu, dengan jalan menurut hawa nafsu dengan percabulannya.
BIS Yud 1:16
Orang-orang itu selalu saja menggerutu dan menyalahkan orang lain.
Mereka hidup menurut keinginan-keinginan mereka yang berdosa. Mereka
membual mengenai diri sendiri, dan menjilat orang
supaya mendapat keuntungan.
Dengan demikian, ini berarti bahwa guru-guru palsu tersebut
selain bermulut manis, ia juga adalah orang yang gemar memuji diri sendiri
(Membesarkan diri). Membesarkan diri adalah salah satu cara guru-guru palsu
dalam meyakinkan orang agar mau
mengikuti mereka. Hal semacam ini pernah ditemui atau dihadapi Paulus dalam
pelayanannya. Mereka adalah orang yang suka memuji dirinya sendiri dan
membandingkan dirinya dengan dirinya sendiri.
2Kor 10:12 Memang kami tidak berani menggolongkan diri
kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan
diri sendiri. Mereka mengukur dirinya
dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka
sendiri. Alangkah bodohnya mereka!
Mungkin guru-guru palsu
tersebut bisa digambarkan dengan anak kecil yang sedang mengukur
dirinya.Diceritakan bahwa ada seorang anak umur 5 tahun berkata kepada ibunya:”
mama sekarang tinggiku sudah setinggi goliat, karena tinggiku sekarang sudah 3
meter”. Ibunya kemudian bertanya: ”Dari mana kamu tahu bahwa tinggimu 3
meter?”. “aku sudah mengukurnya mama”, jawab anak itu. Ternyata anak itu
membuat ukuran sendiri dan bukan menggunakan ukuran/meteran standart yang
sering digunakan oleh orang dewasa.
Demikian juga dengan
guru-guru palsu, mereka memuji diri sendiri berdasarkan standart atau ukuran
yang mereka buat sendiri. Standart setiap orang adalah Firman Tuhan, karena itu
berilah penilaian yang obyektif tentang diri kita berdasarkan Firman Tuhan, atau kita sama dengan guru-guru palsu
yang suka membual tentang dirinya sendiri, tentang kehebatannya, tentang
prestasinya dan tentang pengalamannya.
VI.
MEREKA MENJANJIKAN KEBEBASAN PALSU
TB 2 Petrus 2:18 Sebab mereka mengucapkan kata-kata
yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul
untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup
dalam kesesatan.
2Ptr 2:19 Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka
sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia
adalah hamba orang itu.
TL 2 Ptr 2: 18
Karena membesarkan diri dengan perkataan yang sia-sia, mereka itu
mengumpan orang, yang baharu lepas daripada orang yang melakukan perbuatan yang
sesat itu, dengan jalan menurut hawa nafsu dengan percabulannya.
19 Mereka itu menjanjikan kebebasan kepada orang-orang itu, padahal mereka itu sendiri menjadi hamba
kepada keadaan yang akan binasa; karena orang menjadi hamba kepada barang yang
mengalahkan dia.
Meski
sesat, ada saja orang yang termakan pengajaran para guru palsu dan menjadi
korban. Ironisnya, sementara mereka menawarkan kemerdekaan atau kebebasan untuk
mengejar nafsu, mereka sesungguhnya diperbudak nafsu. Oleh karena itu, Petrus
memperingatkan bahwa orang-orang yang terpancing penyesatan para guru palsu itu
( 2Pet 2:20-22) akan mengalami keadaan yang lebih buruk daripada keadaan
semula (band. Mat 12:43-45). Keadaan ini digambarkan dengan peribahasa
"anjing yang kembali ke muntahnya dan babi yang kembali ke
kubangannya" (Mat 12:22). Bisa jadi ada orang yang penampilan
lahiriahnya saleh dan mempesona dengan kata-kata rohani. Namun akhirnya mereka
akan kembali kepada "kubangan dosanya," karena itulah natur mereka
yang sesungguhnya.
Guru-guru palsu ini menjanjikan kemerdekaan… padahal mereka sendiri
adalah hamba-hamba kebinasaan. Teolog-teolog dari
setengah abad yang lalu telah banyak meminum racun berupa kemerdekaan atau
kebebasan dari kewenangan Alkitab dan bahkan kewenangan Allah. Disaat kita
menuntut kemerdekaan atau kebebasan dari Firman Allah, maka akan kita dapati
bahwa kita akan semakin terikat dengan dosa. Kereta api akan bebas bergerak
saat ia berada di atas rel. Sebaliknya ketika kereta api tidak berjalan di atas
rel maka justru ia tidak akan menemukan kebebasannya.Demikian juga dengan orang
kristen, mereka akan bebas saat berjalan di atas rel kebenaran Firman Tuhan.
Pada saat kita keluar dari rel tersebut kita akan terikat dosa.
Inilah
modus dari guru-guru palsu yang menawarkan kebebasan palsu. Kebebasan yang ia
janjikan tapi keterikatan yang ia bayarkan karena itu waspada!!, waspada !!!
waspada!!!!!!!!!!!!!!
~AMIN~
No comments:
Post a Comment